Loading...
FLORA & FAUNA
Penulis: Dewasasri M Wardani 10:30 WIB | Jumat, 16 Juni 2017

Kumis Kucing, Tonik Ginjal dan Kandung Kemih

Kumis kucing (Orthosiphon aristatus). (Foto: images.travelpod.com)

SATUHARAPAN.COM – Pernah lihat tanaman kumis kucing? Bentuknya yang mirip kumis kucing, menjadi ciri khas tanaman obat yang satu ini. Tapi, jangan salah, selain berbentuk kumis kucing, ternyata tanaman obat ini menyimpan banyak manfaat untuk mengobati bermacam penyakit. 

Dalam tanaman kumis kucing, dikutip dari ub.ac.id, mengandung glikosida orthosiphonin yang berkhasiat untuk melarutkan asam urat, fosfat, dan oksalat dari tubuh, terutama dari kandung kemih, empedu, dan ginjal. Tanaman kumis kucing berkhasiat untuk memperlancar pengeluaran air kemih.

Sejak dulu tanaman kumis kucing dikenal sebagai java tea atau cat's whiskers, ramuan obat tradisional untuk berbagai penyakit di Asia Tenggara dan Eropa.

Tanaman kumis kucing, dikutip dari webmedcentral.com, telah terdaftar di farmasi Prancis, Indonesia, Belanda, dan Swiss, untuk pengobatan bagi gangguan ginjal dan kemih yang meliputi nefritis (kerusakan pada glomerulus ginjal akibat infeksi bakteri streptococcus), sistitis (peradangan kandung kemih), dan uretritis (infeksi saluran kandung kemih).

Daun tanaman yang biasa disebut the jawa (java tea) ini, biasa digunakan di negara-negara Asia Tenggara dan Eropa untuk teh herbal. Bahkan di Eropa, orang menggunakan ekstrak daun kumis kucing sebagai tonik untuk ginjal dan kandung kemih, masalah hati dan kandung empedu, dan infeksi saluran kemih. Kini daun kumis muncul dalam banyak produk komersial berupa ramuan bubuk, daun kering, teh dalam bentuk saset, minuman, ekstrak, tablet dan kapsul.

Dr Mohamed Khadeer Ahamed Basheer dan Dr Amin Malik Shah Abdul Majid dari Departemen Farmakologi, Sekolah Farmasi, Universitas Sains Malaysia, telah meneliti tanaman ini. Hasil penelitian mereka membuktikan kumis kucing berpotensi mengobati kanker payudara, karena memiliki kemampuan bio-enhancing yang sinergis untuk tamoxifen melawan kanker payudara pada manusia.

Daun kumis kucing telah menunjukkan berbagai sifat farmakologis seperti anti-inflamasi, antioksidan, antibakteri, dan sifat antiangiogenetik. Ramuan ini terbukti sangat aman tanpa toksisitas secara in vitro dan in vivo.

Pemerian Botani Tanaman Kumis Kucing

Kumis kucing, menurut Wikipedia, termasuk terna tegak. Pada bagian bawah berakar di bagian buku-bukunya dan tingginya mencapai 2 meter. Batangnya bersegi empat, agak beralur, berbulu pendek, atau gundul.

Helai daun berbentuk bundar atau lojong, lanset, bundar telur, atau belah ketupat, yang dimulai dari pangkalnya. Urat daun sepanjang pinggir berbulu tipis atau gundul, dan kedua permukaan berbintik-bintik karena adanya kelenjar yang jumlahnya sangat banyak.

Ciri khas tanaman ada pada bagian kelopak bunga berkelenjar, urat dan pangkal berbulu pendek dan jarang, sedangkan di bagian yang paling atas gundul. Bunga bibir, mahkota yang bersifat terminal yakni berupa tandan yang keluar dari ujung cabang, di bagian atas ditutupi oleh bulu pendek berwarna ungu dan kemudian menjadi putih, helai bunga tumpul, bundar. Benang sari ukurannya lebih panjang dari tabung bunga dan melebihi bibir bunga bagian atas. Buah geluk berwarna cokelat gelap, gagang berbulu pendek dan jarang.

Kumis kucing adalah ramuan abadi yang tumbuh di alam liar, di sepanjang pinggiran hutan, tapi juga di tanah kosong dan di sepanjang pinggir jalan. Tanaman Ini asli daerah tropis Asia dan telah menyebar ke Hindia Timur, Indocina dan Indonesia, dan dibudidayakan di Jawa dan Sumatera.

Tanaman kumis kucing sudah sejak dahulu secara tradisional digunakan di berbagai negara. Di Malaysia, seperti dikutip dari snaplant.com, rebusan daun kumis kucing digunakan untuk mengendalikan tekanan darah tinggi, demam rematik, asam urat, artritis, dan diabetes, juga untuk menghilangkan batu kandung kemih dan batu ginjal.

Di Vietnam, tanaman ini digunakan sebagai diuretik, serta pengobatan untuk influenza, demam erupsi, rematik, hepatitis, ikterus (perubahan warna kulit/sclera mata karena peningkatan kadar bilirubin dalam darah), dan lithiasis empedu.

Di Indonesia, tanaman ini digunakan dengan campuran ramuan lain untuk mengobati penyakit kuning, diabetes, asam urat, rematik, dan arteriosklerosis.

Orang Jepang, mengkonsumsi teh daun kumis kucing, untuk memudahkan detoksifikasi tubuh. Di India, daun kumis kucing digunakan sebagai diuretik dalam pengobatan nefrosis (bocornya membrane glomerulus yang menyebabkan sejumlah besar protein dalam darah berpindah ke dalam urin) dan edema berat.

Kumis kucing dikutip dari Wikipedia memiliki nama ilmiah Orthosiphon aristatus. Tanaman ini merupakan keluarga Lamiaceae/Labiatae (keluarga mint). Selain dikenal dengan nama java tea, tanaman ini dikenal juga dengan berbagai nama, seperti kidney tea plants (Inggris), giri-giri marah (Sumatera), kumis kucing (Melayu, Sumatera, Sunda), remujung (Jawa), sesalaseyan, songkot koceng (Madura).

Tanaman ini ditanam untuk khasiat obatnya dan terkadang juga sebagai tanaman hias. Kupu-kupu, lebah, dan burung kolibri juga menganggap tanaman ini sangat menarik.

Dikenal tiga kultivar kumis kucing, yang berwarna ungu kebiruan, yang berbunga putih, dan kultivar berbunga putih dengan batang kemerahan, tangkai daun dan daun jelas memiliki kualitas diuretik terbaik.

Khasiat Herbal Tanaman Kumis Kucing

Kumis kucing, dikutip dari ums.ac.id, mudah sekali ditemukan di seluruh Nusantara. Tanaman ini sangat mudah tumbuh dan berkembangbiak. Bagian tanaman yang biasa digunakan adalah herba baik segar maupun yang telah dikeringkan.

Chung Pin Lim, Mun Fei Yam, Lee Fung Ang, dari Sekolah Farmasi  dan Sains Universitas Sains Malaysia Pulau Penang, Malaysia, dan Fakultas Sains Komputer dan Teknologi  Informasi Universitas Malaya, Kuala Lumpur, Malaysia, dalam penelitian mereka, menemukan bahwa daun tersebut menunjukkan sifat farmakologis dinamis seperti sifat antioksidan, antibakteri, heptoprotektif, anti-inflamasi, sitotoksik, diuretik, antihipertensi, dan vasodialis. Daun  kumis kucing  mengandung flavon (termasuk sinensetin), saponin, glikosida (orthosiphonin), minyak esensial dan sejumlah besar potasium (yang sebagian besar bertanggung jawab atas efek diuretiknya).

Meski terlihat mirip dengan peppermint, tanaman ini memiliki rasa kering, asin, pahit. Lebih dari dua puluh senyawa fenolik diisolasi dari tanaman ini, namun potensi aksi antioksidan yang kuat dari tanaman inilah yang membuat banyak peneliti mengeksplorasi potensi sifat farmakologis tanaman ini. 

Demikian pula, penelitian lain melaporkan bahwa kumis kucing mengurangi kadar asam urat pada hewan pengerat, selain itu juga digunakan sebagai agen antiinflamasi dan analgesik, dan sebagai agen hepatoprotektif, juga sebagai agen hipoglikemik

Penelitian juga dilakukan oleh Sigit Prayoga, Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta,  mengenai efek antiinflamasi ekstrak etanol daun kumis kucing  pada tikus putih jantan galur wistar. Hasil penelitian menunjukkan ekstrak etanol daun kumis kucing mempunyai efek antiinflamasi pada tikus putih jantan galur Wistar.

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home