Loading...
EKONOMI
Penulis: Eben E. Siadari 08:31 WIB | Sabtu, 30 April 2016

Mahalnya Harga Bawang Jadi Pembicaraan Menteri-menteri Jokowi

Sementara harga bawang masih mahal, impor ilegal bawang merah juga marak. Dalam gambar tamapak petugas memusnahkan barang bukti bawang merah ilegal dengan cara dibakar di areal TPA Alue Lim, Muara Dua, Lhokseumawe, Provinsi Aceh, Selasa (26/4). Sebanyak enam ton atau 156 bal bawang merah seludupan asal Malaysia merupakan hasil tangkapan Polres Lhokseumawe sejak Maret hingga April 2016 yang diseludupkan melalui bus angkutan umum, truk dan kapal laut di perairan laut Aceh. (Foto: ANTARA FOTO/Rahmad)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Mahalnya harga bawang merah masih dirasakan oleh ibu-ibu rumah tangga di berbagai kota di Indonesia. Walaupun beberapa pejabat pemerintah mengklaim harga bawang merah sudah turun, kenyataan di lapangan menunjukkan hal sebaliknya. Dalam dua bulan terakhir, harga bawang belum beringsut.

Di Jakarta, misalnya, di beberapa pasar harga bawang masih berkisar di Rp 45.000 hingga Rp 50.000 per kilogram. Padahal, konsumen masih berharap harga bawang bisa kembali ke harga normal, di seputar Rp 20.000 per kilogram.

Mahalnya harga bawang menjadi salah satu pokok bahasan menteri-menteri dalam kabinet Jokowi, dalam rapat koordinasi pembahasan bawang merah, bawang putih, cabai merah, cabai rawit, daging sapi dan gula di kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, hari Jumat (29/4). Menko Perekonomian, Darmin Nasution, memimpin langsung rapat itu.

Pada rapat tersebut, Dirut Perum Bulog, Djarto, menjelaskan fluktuasi harga bawang merah terjadi secara musiman. Berdasarkan data, kata dia, produksi bawang merah umumnya turun di bulan Februari. Dan produksi terendah terjadi pada bulan Maret. Sedangkan Juli dan Agustus merupakan puncak produksi.

Dengan kata lain, jika tidak ada intervensi terhadap pasok bawang merah, harga masih akan meroket sampai masuk musim panen pada bulan Juli, atau dua bulan lagi.

Namun, kata dia, upaya intervensi pengadaan untuk menjaga stok menjelang puasa, tetap berada dalam kendai pemerintah. Ini untuk memastikan petani tidak dirugikan dan konsumen tetap dapat memperoleh bawang dengan harga pasar.

Darmin Nasution dalam rapat itu mewanti-wanti para menteri agar mengambil langkah yang tepat. Dia mengatakan kebijakan harus diambil sebelum permasalahan timbul.

"Bikin rancangan, baru dibuat kebijakan harganya. Jangan setelah harga naik, baru dibuat kebijakan," kata Darmin, dalam siaran pers yang dilansir Humas Kemenko Perekonomian.

Dalam kunjungannya ke sentra produksi bawang merah di Brebes pertengahan bulan ini, Presiden Joko Widodo memang mengakui masalah laten fluktuasi harga bawang. Di satu sisi menguntungkan petani, di pihak lain  merugikan konsumen. Badan Pusat Statistik mencatat kenaikan harga bawang mencapai 20 persen dibanding bulan sebelumnya.

Jokowi menawarkan solusi adanya gudang yang dapat menampung hasil petani bawang, khususnya di daerah Brebes

Setelah kunjungan Jokowi ke Brebes tersebut, sampai sekarang mahalnya harga bawang masih dirasakan sejumlah konsumen,  terutama ibu rumah tangga di Jakarta. Beberapa di antaranya mempertanyakan, "Kok Pak Jokowi sudah pulang dari Brebes, tetapi harga bawang masih mahal."

Editor : Eben E. Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home