Loading...
SAINS
Penulis: Dewasasri M Wardani 09:36 WIB | Selasa, 04 September 2018

Mahasiswa Universitas Brawijaya Ciptakan Alat Pendeteksi Bencana

Ilustrasi. Dua mahasiswa Teknik Elektro Universitas Brawijaya (UB) menciptakan inovasi alat pendeteksi bencana, yakni Disaster Detection System of Forest Fire and Landslide (Desfola). dan meraih medali perak di ajang International Research Innovation, Invention, and Solution Exposition (IRIISE) 2018 di University of Malaya, Kuala Lumpur, Malaysia (Foto: ub.ac.id/Humas Universitas Brawijaya)

MALANG, SATUHARAPAN.COM – Dua mahasiswa Program Studi Teknik Elektro Universitas Brawijaya (UB) Malang, menciptakan inovasi alat pendeteksi bencana, yakni Disaster Detection System of Forest Fire and Landslide (Desfola).

Salah seorang mahasiswa pencipta alat pendeteksi bencana tersebut, Bagas Priyo Hadi Wibowo di Malang, Selasa (4/9), mengatakan inovasi teknologi yang diberi nama Desfola itu terinspirasi maraknya bencana kebakaran hutan maupun banjir dan tanah longsor di Tanah Air.

“Berdasarkan data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), ada 2.271 bencana yang terjadi sepanjang tahun 2017. Salah satunya adalah bencana kebakaran hutan dan lahan (96 kejadian) serta banjir dan tanah longsor (67 kejadian),“ katanya.

Dia berpendapat, wilayah Indonesia yang memiliki hutan cukup luas berpotensi besar terjadinya bencana kebakaran hutan dan tanah longsor. "Dari latar belakang ini kami berupaya menemukan inovasi yang mampu mengetahui secara dini terjadinya kebakaran hutan, tanah longsor dan banjir," katanya.

Selain Bagas Priyo Hadi Wibowo, inovasi Desfola itu juga melibatkan mahasiswa Teknik Elektro lainnya, yakni Rizka Sisna Riyanti.

"Desfola ini adalah sebuah teknologi pendeteksi potensi bencana berbasis android guna mengurangi dampak akibat kebakaran hutan dan tanah longsor," kata  Rizka.

Inovasi kedua mahasiswa tersebut,berhasil meraih medali perak pada ajang International Research Innovation, Invention, and Solution Exposition (IRIISE) 2018 di University of Malaya, Kuala Lumpur, Malaysia pada 14-16 Agustus lalu.

Lebih lanjut, Rizka mengatakan Desfola dirancang dengan dua bagian utama, yaitu bagian sensor dan bagian server. Bagian sensor diletakkan di beberapa bagian hutan dan bagian server akan diletakkan di permukiman warga yang memiliki koneksi internet.

Desfola, menggunakan sistem pengiriman point to point, untuk memaksimalkan kinerjanya. "Data yang dideteksi oleh bagian sensor akan ditampilkan di aplikasi android secara realtime. Saat potensi bencana meningkat, alat akan menampilkan `warning` sehingga masyarakat bisa lebih waspada dan menanggulanginya lebih dini,” katanya.

Ia menambahkan, dengan bimbingan dosen Eka Maulana, ke depan Desfola akan dilengkapi dengan beberapa fitur sehingga dapat meningkatkan keefektifan alat tersebut.

"Harapan kami keberadaan Desfola ini dapat mengurangi dampak yang lebih besar dari kebakaran hutan dan tanah longsor sekaligus menjadi sistem pencegahan bencana yang dapat diaplikasikan secara penuh di kemudian hari," kata mahasiswa angkatan 2015 ini. (Antaranews.com)

 

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home