Mendag Tegaskan TPP Bisa Dinegosiasi
PALM SPRINGS, SATUHARAPAN.COM – Menteri Perdagangan, Thomas Lembong, menegaskan kesepakatan Kemitraan Trans Pasifik (Trans Pacific Partnership/TPP) bisa dinegosiasikan tergantung pada kepentingan suatu negara yang ingin bergabung.
Hal itu, kata Menteri Lembong, sekaligus mengoreksi persepsi yang selama ini berkembang bahwa TPP diibaratkan seperti paku yang sudah dimasak oleh 12 negara pendiri.
"TPP tidak bisa dinego lagi, itu tidak benar, pasti masih bisa dinego lagi," kata Thomas Lembong di Miramonte Resort, Indian Wells, California, Senin pagi (15/2) waktu setempat.
Thomas yang mendampingi Presiden Jokowi dalam kunjungan kerjanya ke Amerika Serikat (AS) menyatakan TPP masih bisa mengakomodasi usulan tambahan dari para calon anggotanya.
Misalnya saja dari Korea Selatan atau Filipina yang telah menyampaikan maksudnya untuk bergabung.
Thailand juga serupa, kata dia, yang kemungkinan pada pekan ini akan menyampaikan poin-poin usulan untuk bergabung dengan TPP.
"Setiap negara punya keistimewaan sendiri-sendiri punya syarat sendiri-sendiri dan yang namanya FTA itu selalu `negotiable` yang harus disesuaikan dengan anggota-anggota yang ingin masuk," katanya.
Indonesia sendiri, kata dia, dalam posisi yang tidak akan serakah namun tetap akan mengedepankan kepentingan nasional ketika mempertimbangkan untuk bergabung dengan TPP.
"Alasan kita mau masuk tentunya untuk kepentingan nasional, untuk mengangkat perekonomian, lapangan kerja. Dan Presiden sudah tegas dan jelas memerintahkan kami untuk nego yang benar untuk membela kepentingan nasional," katanya.
Sementara itu, Presiden Joko Widodo menegaskan kunjungan kerjanya ke Amerika Serikat kali ini tak terkait dengan Trans Pasific Partnership (TPP) Agreement.
"Jadi kita ke sini tak ada urusan dengan TPP untuk saat ini," kata Presiden Jokowi dalam jumpa pers di Miramonte Resort, Indian Wells, Palm Springs, California, AS, Senin pagi waktu setempat atau Selasa menjelang pagi waktu Jakarta.
Terkait TPP, kata Presiden Jokowi, pada saat kunjungannya ke Washington D.C. pada Oktober tahun lalu ia telah menyampaikan kepada Presiden AS Barack Obama bahwa Indonesia bermaksud akan bergabung dengan TPP.
"Saya sudah sampaikan ke Presiden Obama bahwa Indonesia bermaksud akan `intend to joint` dengan TPP," katanya.
Namun, ia menegaskan, untuk bergabung dengan TPP maka perlu sebuah proses yang masih panjang, bisa mencapai dua hingga tiga tahun ke depan.
Menurut dia, Indonesia ingin terlebih dahulu mempelajari FTA di Uni Eropa.
"Itupun perlu proses yang tidak mungkin dalam waktu sebulan dua bulan enam bulan atau setahun. Ini proses yang masih panjang," katanya.
Presiden menggarisbawahi hal-hal terpenting yakni perlunya kehati-hatian dalam mengkalkulasi atau menghitung untung rugi bergabung dalam TPP dengan mengedepankan kepentingan nasional Indonesia yang semua masih dalam proses. (Ant)
Editor : Bayu Probo
Upah Minimum Jakarta Rp5.396.761
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta Teguh Setyabudi mengumumkan Upah Minim...