Loading...
FOTO
Penulis: Dedy Istanto 13:39 WIB | Jumat, 29 Juli 2016

Menengok Perawatan Harimau Sumatera

Menengok Perawatan Harimau Sumatera
Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) bernama Cola berada di dalam areal kandang karantina yang berada di kawasan Taman Margasatwa Ragunan (TMR) Jakarta Selatan, Kamis (28/7) menjadi salah satu jenis satwa yang kini kondisinya kritis terancam punah. Bertepatan dengan hari Harimau Dunia (World Tiger Day) diperkirakan populasi harimau Sumatera antara 400-500 ekor di habitatnya di pulau Sumatera yang tersebar di areal Taman Nasional. (Foto-foto: Dedy Istanto).
Menengok Perawatan Harimau Sumatera
Maman AS (64) salah satu penjaga khusus satwa buas harimau, macan dan singa yang sudah berpuluh tahun melakoni profesinya karena kecintaannya dan rasa sayangnya terhadap jenis predator utama jenis kucing besar.
Menengok Perawatan Harimau Sumatera
Jenis makanan berupa daging babi yang dikombinasi dengan daging kambing dan ayam yang dipersiapkan oleh Maman AS untuk santapan malam bagi harimau Sumatera yang telah dirawatnya.
Menengok Perawatan Harimau Sumatera
Maman AS berjalan di sekitar areal kandang membawa makanan berupa daging babi dikombinasi dengan daging kambing dan ayam untuk diberikan kepada harimau Sumatera yang telah dirawatnya sejak kecil.
Menengok Perawatan Harimau Sumatera
Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) saat memakan daging yang diberikan untuk santap malamnya yang dalam sehari dibutuhkan sekitar lima kilogram daging berupa daging babi, dikombinasi dengan daging kambing dan ayam.
Menengok Perawatan Harimau Sumatera
Maman AS bersama dengan Cola harimau Sumatera yang dia rawat sejak kecil saat bercengkrama sebelum tiba waktu makan.

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Kecintaannya terhadap satwa liar membuat sosok pria kelahiran tahun 1952 asal Bogor, Jawa Barat bergelut bersama mamalia predator utama yang orang lain belum tentu mau melakoninya selama puluhan tahun.

Maman AS (64), sejak tahun 1992 sudah bersahabat dengan berbagai jenis kucing besar di antaranya, harimau, macan tutul bahkan singa. Rasa sayangnya terhadap “satwa buas” telah dilakoninya sampai dengan saat ini.

“Saya sayang terhadap mereka semua. Kalau tidak sayang buat apa saya jalani sampai sekarang,” kata Maman saat ditemui di kandang karantina Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta Selatan, hari Kamis (28/7).

Sosoknya yang “cuek” dengan gaya rambut terikat dan memutih tidak mematahkan semangat akan kecintaannya terhadap satwa buas yang telah dia rawat sejak kecil. Keteladanan, ketekunan dan rasa cinta membuat Maman dikenal sebagai penjaga khusus jenis kucing besar yang rela 24 jam menjaga dan “momong” di areal kandang tempat di mana dia tinggal.

“Saya biasanya kasih makan mereka malam hari, kenapa? Saya menganggap mereka sama dengan kita semua, siapa yang mau kalau kita makan dipenuhi dengan lalat?. Mengapa saya memilih malam karena saya mau makanan yang saya berikan tetap steril dari kuman,” katanya sambil memotong irisan daging “celeng” yang dikombinasi dengan daging kambing dan ayam.

Satu hari saya berikan lima kilogram daging untuk keempat harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) yang ada di sini. “Tapi hari ini ada dua harimau Sumatera bernama Coca dan Cola, yang lahir di hari yang sama, hanya beda berapa jam,” katanya.

Daging yang diberikan untuk makanan harimau semua dicek dan ditimbang sesuai dengan porsinya. “Meski saya sudah akrab bersama dengan mereka, bukan berarti tidak waspada. Tetap yang namanya satwa buas, harus jaga jarak dan tahu saat di mana harimau tidak suka dengan kita,” katanya sambil mempersiapkan santapan malam harimau Sumatera yang kini kondisi di habitatnya kian memprihatinkan.

Harimau sumatera adalah subspesies harimau yang habitat aslinya berada di pulau Sumatera yang merupakan satu di antara enam subspesies harimau di dunia yang masih bertahan sampai dengan sekarang. Statusnya yang kritis terancam punah (critically endangered) telah masuk dalam daftar merah (redlist) lembaga konservasi dunia International Union for Conservation of Nature (IUCN). Diperkirakan populasi di habitatnya antara 400 – 500 ekor yang tersebar di areal Taman Nasional yang ada di Sumatera.

Tercatat antara tahun 1998 sampai dengan 2000 sebanyak 66 individu harimau Sumatera terbunuh. Perdagangan, perburuan serta pengrusakan habitat dari pembalakan liar hutan menjadi faktor utama kehidupan harimau Sumatera kian menurun.

Bertepatan dengan hari Harimau Dunia atau World Tiger Day yang jatuh pada tanggal 29 Juli menjadi momen untuk mengkampanyekan kondisi satwa harimau Sumatera saat ini yang menjadi satwa asli yang Indonesia miliki. 

Editor : Diah Anggraeni Retnaningrum


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home