Loading...
SAINS
Penulis: Yan Chrisna Dwi Atmaja 16:20 WIB | Senin, 09 Februari 2015

Menristek: Mobnas Hanya Berbahan Bakar Listrik

Presiden Jokowi dan PM Malaysia Dato Sri Mohammad Najib saat menghadiri acara MoU Proton dengan perusahaan swasta Indonesia, di Kuala Lumpur, Malaysia, Jumat (6/2). (Foto: setkab.go.id)

BATAM, SATUHARAPAN.COM - Menteri Riset dan Teknologi dan Perguruan Tinggi Muhammad Nasir menegaskan pengembangan teknologi mobil nasional hanya untuk yang berbahan bakar listrik, bukan bahan bakar minyak atau lainnya.

"Ya, hanya listrik," kata Menristek usai mengunjungi Politeknik Batam di Kota Batam Kepulauan Riau, Senin (9/2).

Kementerian memilih pengembangan mobil nasional dari energi listrik karena ramah lingkungan.

Ia mengatakan tidak dipilihnya pengembangan kendaraan berbahan bakar minyak karena jumlah persediaannya yang semakin terbatas.

Indonesia juga sengaja tidak memilih untuk mengembangkan mobil nasional berbahan bakar minyak karena teknologinya sudah dikuasai oleh Jepang dan Korea sehingga sulit untuk ditandingi.

Saat ini, pengembangan mobil nasional sedang dalam tahap evaluasi dan diuji oleh BPPT. Dua perguruan tinggi terlibat dalam pengembangannya yaitu dari Universitas Indonesia dan Institut Teknologi Bandung.

Dari evaluasi dan uji coba itu, diharapkan dapat diketahui kelemahan dari mobil yang dirancang.

"Sehingga akhir tahun bisa diketahui kelemahan apa," kata dia.

Dalam kesempatan itu, Menristek dan Perguruan Tinggi tidak menjawab pertanyaan terkait kerja sama bisnis pengadaan mobil dengan perusahaan di Malaysia. Ia mengalihkan pembicaraan dengan menjelaskan rencana pengembangan teknologi di Batam.

Sementara itu di Jakarta, Wakil Ketua DPR RI Fadli Zon mempertanyakan nasib mobil Esemka yang sempat ingin dijadikan mobil nasional namun saat ini pemerintah malah menggandeng perusahaan Malaysia, Proton, untuk mewujudkan mobnas.

Menurut dia, mobnas bukan berarti mobil pemerintah namun mobil negara bukan satu proyek negara.

"Namun apabila itu ada `transfer of technology` dan kemudian menjadi mobil yang dirakit di Indonesia maka sah saja," ujarnya.

Ia memastikan kerja sama dengan Proton bukan program pemerintah, namun swasta bukan "G to G".

Selain itu, dia mengatakan, pihak swasta Indonesia ingin kerja sama dengan pihak manapun, maka harus dihormati.

Sebelumnya, CEO Proton Holding Bhd, Datuk Abdul Harits Abdullah meresmikan kerja sama dengan CEO Adiperkasa Citra Lestari, AM Hendropriyono, dalam proyek pengembangan mobil nasional. (Ant)


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home