Loading...
SAINS
Penulis: Sabar Subekti 12:08 WIB | Sabtu, 16 September 2023

NASA: Tidak Menemukan Bukti UFO atau UAP Berasal dari Luar Bumi

Pekerja perancah mengecat ulang logo NASA di dekat bagian atas Gedung Perakitan Kendaraan di Kennedy Space Center, 20 Mei 2020, di Cape Canaveral, Florida. (Foto: dok.AP)

CAPE CANAVERAL, SATUHARAPAN.COM-NASA (National Aeronautics and Space Administration) mengatakan pada hari Kamis (14/9) bahwa studi tentang UFO (unidentified flying object) akan memerlukan teknik ilmiah baru, termasuk satelit canggih serta perubahan dalam cara memandang benda terbang tak dikenal.

Badan antariksa itu merilis temuan ini setelah melakukan penelitian selama setahun terhadap UFO.

Dalam laporan setebal 33 halaman, tim independen yang ditugaskan oleh NASA memperingatkan bahwa persepsi negatif seputar UFO merupakan hambatan dalam pengumpulan data. Namun para pejabat mengatakan keterlibatan NASA akan membantu mengurangi stigma seputar apa yang disebut UAP, atau fenomena anomali yang tidak teridentifikasi.

“Kami ingin mengalihkan pembicaraan tentang UAP (unidentified anomalous phenomena/UAP) dari sensasionalisme ke sains,” kata Administrator NASA, Bill Nelson. Dia menjanjikan pendekatan yang terbuka dan transparan.

Para pejabat menekankan panel tidak menemukan bukti bahwa UAP berasal dari luar bumi. Namun Nelson mengakui dengan adanya miliaran bintang di miliaran galaksi di luar sana, Bumi lain mungkin ada.

“Jika Anda bertanya kepada saya, apakah saya percaya ada kehidupan di alam semesta yang begitu luas sehingga sulit bagi saya untuk memahami seberapa besarnya, jawaban pribadi saya adalah ya,” kata Nelson pada konferensi pers. Para ilmuwannya sendiri memperkirakan kemungkinan adanya kehidupan di planet mirip Bumi lainnya “setidaknya satu triliun.”

Ketika didesak oleh wartawan tentang apakah AS atau pemerintah lain menyembunyikan alien atau pesawat ruang angkasa lain, Nelson berkata: “Tunjukkan buktinya.”

NASA mengatakan pihaknya tidak secara aktif mencari penampakan yang tidak dapat dijelaskan. Namun mereka mengoperasikan armada pesawat ruang angkasa yang mengelilingi Bumi yang dapat membantu menentukan, misalnya, apakah cuaca berada di balik peristiwa aneh tersebut.

Panel beranggotakan 16 orang mencatat bahwa kecerdasan buatan dan pembelajaran mesin sangat penting untuk mengidentifikasi kejadian langka, termasuk UFO.

NASA baru-baru ini menunjuk direktur penelitian UAP, tetapi menolak mengungkapkan identitasnya pada konferensi pers Kamis pagi dengan harapan menghindari ancaman dan pelecehan yang dihadapi oleh anggota panel selama penelitian.

Namun delapan jam kemudian, NASA mengumumkan bahwa itu adalah Mark McInerney, yang sebelumnya menjabat sebagai penghubung UAP antara badan antariksa dan Departemen Pertahanan. Dia juga bekerja dengan Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional dan Pusat Badai Nasional.

Tidak ada file rahasia yang diakses oleh para ilmuwan panel, pakar penerbangan dan kecerdasan buatan, serta pensiunan astronot NASA, Scott Kelly, orang Amerika pertama yang menghabiskan hampir satu tahun di luar angkasa. Sebaliknya, kelompok tersebut mengandalkan data yang tidak diklasifikasi dalam upayanya memahami penampakan yang tidak dapat dijelaskan di langit.

Para pejabat mengatakan hanya ada sedikit observasi berkualitas tinggi sehingga tidak ada kesimpulan ilmiah yang dapat ditarik. Sebagian besar peristiwa dapat disebabkan oleh pesawat terbang, drone, balon, atau kondisi cuaca, kata ketua panel David Spergel, presiden Simons Foundation, sebuah kelompok penelitian ilmiah.

Pemerintah menyebut penampakan yang tidak dapat dijelaskan sebagai UAP versus UFO. NASA mendefinisikannya sebagai pengamatan di langit atau di tempat lain yang tidak dapat diidentifikasi atau dijelaskan secara ilmiah.

Studi ini diluncurkan setahun yang lalu dan menelan biaya di bawah US$100.000. (AP)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home