Loading...
BUDAYA
Penulis: Moh. Jauhar al-Hakimi 02:28 WIB | Kamis, 24 Agustus 2017

Ngawi Gelar Festival Gravitasi Bumi

Ilustrasi poster Festival Gravitasi Bumi 2017 di bumi perkemahan Selondo, Ngrayudan Kabupaten Ngawi, 26-27 Agustus 2017. (Foto: Panitia FGB 2017)

NGAWI, SATUHARAPAN.COM - Selama dua hari 26-27 Agustus kelompok sadar wisata  (Pokdarwis) Desa Ngrayudan Kecamatan Jogorogo Ngawi akan menggelar Festival Gravitasi Bumi (FGB) 2017 di bumi perkemahan Selondo-Ngrayudan.

Perhelatan FGB 2017 yang akan melibatkan ratusan seniman penumpuk batu dari seluruh Indonesia, secara khusus mengundang tampil Bahana Etnika, Doni Suwung, Sri Krishna, Rindu Dendam, Petrus Niko, Aliem Bachtiar, Bjeh Endarto, Sekar Pengawikan, Dongkrek, Reog, Penthul Melikan, Sendiko Dawuh, Ketoprak DKD Ngawi, Retno Dumilah, Condro Buwono, Pasukan Semut Kraton Ngiyom, iringan tumpeng desa Ngrayudan, serta grup musik ethnic-jazz Bonita and the Hus Band.

Hingga saat ini Ngrayudan adalah satu-satunya desa wisata yang dimiliki Kabupaten Ngawi. Dengan beberapa potensi yang dimilikinya mulai dari budidaya kopi organik, jalur untuk trekking-sepeda, air terjun Teleng, serta potensi wisata sungai dengan batu-batuannyamaupun gagasan pengembangan wisata lainnya.

Dalam siaran persnya, panitia menjelaskan bahwa FGB sebagai bagian dari pengembangan pariwisata yang dikelola Pokdarwis Ngrayudan berawal dari hobi Yosef Danni Kurniawan yang gemar menumpuk batu dalam posisi-formasi yang tidak mungkin. Melalui kepekaan rasa dalam keseimbangan-gravitasi, Danni menyusun batu sebagai pokok kejadian dalam seni berdampak (happening art with impact). Hasilnya sejauh ini mampu menarik minat masyarakat untuk mempercantik dusun-desanya, menjaga keseimbangan alam sekitarnya dengan tetap menjaga kebersihan lingkungan. Bumi perkemahan Selondo yang dahulu selalu kumuh dengan berbagai sampah bungkus makanan dan lain-lain, kini menjadi tempat wisata rakyat yang bersih dari sampah dalam radius 100 kilometer.

Dalam Festival Gravitasi Bumi 2017, selama dua hari batu-batuan akan ditumpuk di berbagai tempat dalam formasi-posisi yang sulit namun tetap seimbang. Sungai menjadi salah satu tempat upacara menumpuk batu secara beramai-ramai dalam visual yang menarik. Dari kegiatan ini diharapkan tumbuh kesadaran bersama di masyarakat untuk menjaga keseimbangan-keselarasan lingkungan.

Melengkapi upacara susun batu, berbagai pertunjukan seni tradisi dan pertunjukan lainnya dari seniman yang hadir akan memeriahkan FGB 2017 diselingi dengan kirab dan kenduri bersama (bancakan) serta  pidato kebudayaan Bupati Ngawi Budi Sulistyono pada Minggu (27/8). Selama acara Pasukan Semut yang dibentuk bersama-sama LSM Kraton Ngiyom-Ngawi memastikan bahwa lokasi upacara, bersih sejak sebelum, sampai sesudah dan juga pada saat upacara berlangsung. Pasukan Semut bukanlah petugas pemungut sampah, mereka diarahkan untuk menegur orang-orang yang membuang sampah sembarangan, memungut sampah yang ada.

 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home