Obituarium: Trisno, Pegiat Dialog Lintas Iman Meninggal Dunia
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Pegiat dialog lintas iman, Trisno Subiakto Sutanto telah berpulang kepangkuan Bapa di surga pada hari Sabtu, 30 Maret 2024, pukul 23.30 WIB.
Kabar duka itu beredar melalui akun Facebook, Ahmad Nurcholish, dilansir satuharapan.com hari Selasa (2/4).
Berita Duka Cita
Telah berpulang ke pangkuan Bapa di Sorga, pada hari Sabtu, 30 Maret 2024, pukul 23.30 WIB, suami, papi tercinta, Bapak Trisno Subiakto Sutanto, usia 61 tahun (Om Johannes Silentio).
Jenazah disemayamkan di RD UKRIDA, Kebon Jeruk, Jakarta Barat, mulai hari Minggu, 31 Maret 2024, pukul 11.00, di Ruang Eirene 3, lt 7.
Kebaktian Penghiburan
Hari/tanggal: Minggu, 31 Maret 2024 pukul: 19.00
Dan hari/tanggal: Senin, 1 April 2024 pukul: 19.00
Kebaktian Penutupan Peti, Pelepasan dan Kremasi
hari/tanggal: Selasa, 2 April 2024 pukul: 09.30
Jenazah akan dikremasi di Krematorium UKRIDA, Jakarta Barat
Kami yang berduka cita:
Istri: Evelyn Suleeman
Anak: Gabriel Ekaputra Sutanto
Keluarga Suleeman
Keluarga Sutanto
Redaksi sangat kehilangan Mas Trisno yang banyak terlibat dalam perjalanan media online satuharapan.com. Selain pernah membuat survei atau penelitian tentang satuharapan.com, Trisno juga kerap menuangkan tulisan-tulisannya dalam media satuharapan.com.
Salah satu artikel Mas Trisno berjudul "Cawat Yesus" menarik perhatian banyak pembacanya.
Pada postingan Facebook Trisno, pada 25 Maret 2024, almarhum mengungkapkan kondisi sakitnya dengan judul "Lebaran (Terlalu) Dini".
"Bulan Ramadhan kali ini terlalu cepat berlalunya bagi saya. Sementara saya belum menikmati aneka kuliner khas Lebaran, mulai dari ketupat, opor sampai emping, rentetan penyakit yang biasa menyertai justru sudah tiba," tulis pemilik akun Johannes Silentio.
Sudah seminggu ini, dua penyakit khas pasca Lebaran menghantam: asam lambung yang kadang terasa seperti serangan jantung (GERD), dan mulai hari ini serangan asam urat. Padahal masih jauh terbayang-bayang betapa nikmat opor ayam dengan jeroan sambel goreng pete plus keripik emping itu.
Saya sadar, keduanya muncul akibat pola makan dan asupan yang masuk ke dalam tubuh saya selama ini. Juga gaya hidup sehari-hari. Karena itu, jalan untuk mengobatinya adalah menyehatkan pola makan dan asupan, suatu perubahan gaya hidup. Dan itu jauh lebih susah ketimbang minum obat.
Mungkin memang sudah saatnya tubuh saya memberi alarm dan minta re-booting agar regenerasi sel-selnya dapat berlangsung baik. Beban yang ditanggungnya selama ini sudah terlalu berat. Saya harus belajar mendengar dan menurutinya, walau sungguh sulit. #Rebooting
Dalam tulisan Facebook Abdur Rozaki mengenang Trisno sebagai sosok yang penuh keceriaan dan bertenaga untuk membangun dunia kemanusiaan lintas iman.
"Tuhan menjemputmu di hari yang indah. Selamat jalan Mas Trisno. Bertemu denganmu selalu menghadirkan keceriaan dan dialog antar iman yang reflektif dan bertenaga untuk membangun dunia kemanusiaan lintas iman," tulis postingan Abdur.
Awal mula mengenalmu saat Dian Interfidei begitu gencar menumbuhkan ruang diskursif antar iman, kemudian menjadi akrab saat sama-sama menjadi pengurus ICRP bersama Gung Arie Ari Dwipayana dan keterlibatan dengan program P3M yang dikomandai Kiai Zuhairi Misrawi.
Selain itu, Pradhana Adimukti, dalam akun Facebooknya mengenang Trisno sekitar 14 tahun yang telah berteman baik, termasuk berdiskusi dan ledek-ledekan witty yang hangat.
"Aku kerap melihat tawa lepas dari wajah Mas Trisno. Banyak teman yang bilang wajah Mas Johannes Silentio bersih dan tetap tersenyum saat kewafatannya," tulisnya.
"Aku sendiri berhenti beberapa meter sebelum jenazahnya. Tidak tega melihat wajah Mas Trisno dalam keadaan wafat," ungkapnya saat melayat bersama Mas Erik, Mbak Ayu Utami ketemu Romo Setyo, Mas Budhy, Buya Elza, Bu Nisrin dan Mas Nurcholish.
Gunung Lewotobi Kembali Muntahkan Abu 10 Kilometer
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Gunung Lewotobi Laki-Laki di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur ...