Loading...
DUNIA
Penulis: Eben E. Siadari 21:38 WIB | Senin, 13 Juni 2016

Orang Kristen Dipercaya Bertugas Bangunkan Muslim Saat Sahur di Acre

Michel Ayoub, pria Kristen yang dipercaya bertugas membangunkan orang untuk sahur di Acre, kota tua di Israel (Foto: haaretz.com)

ACRE, ISRAEL, SATUHARAPAN.COM - Di sekitar Abboud di kota tua Acre, di Israel, seorang pria bernama Michel Ayoub telah bertahun-tahun dipercaya sebagai orang yang bertugas membangunkan kaum Muslim untuk sahur di bulan Ramadan.

Ia akan berkeliling di sekitar lingkungan itu dengan pakaian tradisional Suriah yang oleh kalangan Arab disebut shami. Dalam bertugas, ia akan membawa gendang kecil dan pemukulnya.

Ketika waktu tepat menunjukkan pukul 02:00, ia akan memukul gendangnya sebanyak tiga kali dengan kuat dan mulai menyanyikan lagu Arab. "Kamu yang tertidur, bangun, nyatakan kesetiaanmu keada Allah, bangunlah untuk makan sahur."

Pada akhir dari seruannya, ia akan memukul lagi gendang itu sebanyak tiga kali.

Petugas membangunkan orang sahur adalah bagian dari tradisi yang sudah ratusan tahun. Dan Ayoub secara sukarela telah menjalankan tugas itu selama lebih dari satu dekade. Petugas membangunkan orang sahur disebut asharati.

"Saya menunggu Michel setiap tahun, itu bagian dari tradisi," kata Mohammed Omar, salah seorang penduduk Acre, sebagaimana diberitakan oleh haaretz.com.

"Ada orang-orang yang tetap tertidur dan tidak peduli. Dan ia memutuskan, tanpa kewajiban apapun, untuk melakukan sesuatu yang baik seperti ini, dan itulah mengapa semua orang menghormati dia," kata Omar.

Ayoub sebenarnya anggota dari keluarga Kristen yang tinggal di Makr, sebuah kota Muslim-Kristen di timur Acre. Pria lajang 40 tahun ini mendapat nafkah dari bekerja di sektor konstruksi, namun ia mencintai tugasnya sebagai pembangun orang untuk sahur.

Ia tak melihat agama sebagai hambatan untuk melakukan tugasnya. "Sebaliknya," katanya. "Saya melihatnya sebagai langkah yang membawa orang bersama-sama dan melambangkan persekutuan dan hidup bersama dalam sebuah komunitas. Kita adalah orang-orang yang sama dan akhirnya berdoa kepada Tuhan yang sama," tutur dia.

Dia mengatakan tidak pernah mengalami reaksi negatif karena agamanya. "Semua orang hormat dan mendorong. Saya melewati beberapa kota di daerah ini, tidak hanya Acre. Saya melewati kota saya, desa Makr, desa berdekatan Jadeida dan juga Abu Snan. Kadang-kadang saya menerima undangan untuk tur ke desa-desa lain," kata dia.

Dalam beberapa tahun terakhir Ayoub juga menerima undangan ke luar negeri. Sebuah saluran televisi Arab baru-baru ini melaporkan adanya masharati Kristen di Galilea. "Mungkin hal itu mendapat lebih banyak makna  karena bencana dan perang yang sedang berlangsung di wilayah kami sekarang," kata dia. "Mereka harus melihat bahwa tidak perlu untuk membantai satu sama lain. Ini mungkin untuk hidup bersama."

Menurut tradisi, muazin pertama dalam Islam adalah Bilal bin Rabah, yang hidup antara abad keenam dan ketujuh Masehi.  Sejak itu, peran masharati diwariskan dari generasi ke generasi, sampai menjadi diformalkan pada awal abad kesembilan, dan seseorang ditunjuk untuk melaksanakan peran ini di setiap lingkungan  selama bulan Ramadan.

"Di zaman sekarang ini, ketika Anda memiliki smartphone dan jam alarm, Anda tidak perlu memiliki seseorang seperti Michel untuk membangunkan Anda," kata Suleiman Askeri, warga Acre. "Tapi lihat betapa menyenangkan ada yang membangunkan dengan suara semacam itu dan dengan suasana kota tua Acre ini," kata dia.

Editor : Eben E. Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home