Loading...
DUNIA
Penulis: Melki Pangaribuan 18:56 WIB | Jumat, 19 Februari 2016

Pangkalan PBB di Sudan Selatan Diserang, 18 Tewas

Pengungsi menarik air dari lubang yang digali di tanah, di kamp PBB untuk pengungsi di ibu kota Juba, Sudan Selatan, 19 Januari 2016. (Foto: AP)

JUBA, SATUHARAPAN.COM – Pertempuran di pangkalan penjaga perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa yang menampung warga sipil di Sudan Selatan merenggut sedikitnya 18 korban jiwa, kata badan amal Doctors Without Borders (Medecins Sans Frontieres /MSF), hari Kamis (18/2).

Dua dari korban tewas merupakan anggota staf setempat yang diserang di negara mereka sendiri, kata MSF.

“Serangan terhadap warga sipil seperti ini sungguh keterlaluan dan kami mengimbau kelompok bersenjata untuk menghentikan tindakan tersebut,” kata Marcus Bachmann, koordinator proyek MSF di Sudan Selatan.

“Orang-orang datang ke tempat ini untuk meminta perlindungan dan tempat tersebut harusnya dihormati oleh semua pihak.”

Sebelumnya, PBB melaporkan bahwa kekerasan antara etnis Dinka dan masyarakat Shilluk meletus pada Rabu malam di pangkalan tersebut, terletak di kota timur laut Malakal, dan berlangsung hingga pagi hari. PBB mengatakan korban tewas mencapai tujuh orang dan korban luka 40 orang.

Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon mengutuk pertempuran itu dan menyatakan kekhawatiran akan meningkatnya kekerasan etnis dalam konflik yang sudah berlangsung selama lebih dari dua tahun di negara tersebut, menurut keterangan dari juru bicaranya.

Lebih dari 47.700 orang tinggal di dalam pangkalan Malakal, sebagian besar berasal dari wilayah yang tidak mendapatkan bantuan atau penampungan selama berbulan-bulan.

Itu adalah salah satu dari delapan pangkalan yang disediakan PBB sejak perang sipil berkecamuk pada akhir 2013. Delapan pangkalan itu, menampung sekitar 200.000 orang, dilindungi dengan kawat berduri dan tidak ada senjata yang diizinkan masuk ke kawasan tersebut.

Misi PBB di Sudan Selatan (UN Mission in South Sudan/UNMISS) mengatakan “kekerasan yang melibatkan penggunaan senjata kecil, parang dan senjata lainnya meletus.”

Pasukan penjaga perdamaian menembakkan gas air mata untuk membubarkan kerumunan orang, katanya.

MSF mengatakan kekerasan berlangsung selama tiga jam, memaksa sekitar 600 orang, sebagian besar wanita dan anak-anak, berkumpul di dalam rumah sakit milik organisasi tersebut. (AFP/Ant)

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home