Loading...
DUNIA
Penulis: Sabar Subekti 11:26 WIB | Rabu, 15 November 2023

Pasukan Pertahanan Israel Grebeg Rumah Sakit Al Shifa di Gaza

Operasi “tepat sasaran” Israel menargetkan markas utama Hamas di Kota Gaza.
Poto satelit kota Gaza di Jalur Gaza. (Foto: AFP)

KHAN YOUNIS-JALUR GAZA, SATUHARAPAN.COM-Militer Israel menggrebeg rumah sakit terbesar di Gaza pada hari Rabu (15/11)pagi, melakukan apa yang disebutnya operasi “tepat sasaran” terhadap Hamas ketika Israel menguasai kendali yang lebih luas di Gaza utara, termasuk merebut gedung legislatif di wilayah tersebut dan markas besar polisi.

Kemenangan ini membawa nilai simbolis yang tinggi dalam upaya negara tersebut untuk menghancurkan kelompok militan yang menguasai Gaza.

Penggerebekan tersebut terjadi “di area tertentu” di Rumah Sakit Al Shifa, yang menjadi lokasi perselisihan dengan Hamas. Pihak berwenang Israel mengklaim para militan menyembunyikan operasi militer di fasilitas tersebut. Namun karena ratusan pasien dan petugas medis berada di dalam, pihak militer menahan diri untuk tidak masuk.

Dalam beberapa pekan terakhir, pasukan pertahanan Israel telah secara terbuka memperingatkan bahwa penggunaan rumah sakit tersebut membahayakan perlindungannya berdasarkan hukum internasional. Pada hari Selasa (14/11), pejabat militer menyampaikan kembali kepada otoritas Gaza bahwa semua aktivitas militer di rumah sakit harus dihentikan dalam waktu 12 jam.

“Sayangnya, hal itu tidak terjadi,” kata militer.

Hamas membantah tuduhan bahwa mereka menggunakan rumah sakit untuk berlindung.

Para pejabat militer Israel tidak memberikan rincian lebih lanjut mengenai serangan itu namun mengatakan mereka mengambil langkah-langkah untuk menghindari kerugian terhadap warga sipil.

Sementara itu, para pejabat pertahanan Israel menyatakan mereka setuju untuk mengizinkan sejumlah pengiriman bahan bakar ke Jalur Gaza untuk tujuan kemanusiaan. Ini adalah pertama kalinya Israel mengizinkan bahan bakar masuk ke wilayah yang terkepung sejak invasi berdarah Hamas melintasi perbatasan pada 7 Oktober.

Di dalam beberapa bangunan yang baru direbut, tentara mengibarkan bendera Israel dan bendera militer sebagai perayaan. Dalam konferensi pers yang disiarkan secara nasional, Menteri Pertahanan Yoav Gallant mengatakan Hamas telah “kehilangan kendali” atas Gaza utara dan Israel memperoleh kemajuan signifikan di Kota Gaza.

Namun ketika ditanya tentang jangka waktu perang, Gallant berkata: “Kita berbicara tentang bulan-bulan yang panjang, bukan satu atau dua hari.”

Seorang komandan Israel di Gaza, yang diidentifikasi hanya sebagai Letkol Gilad, mengatakan dalam sebuah video bahwa pasukannya di dekat Rumah Sakit Al Shifa telah merebut gedung-gedung pemerintah, sekolah-sekolah dan bangunan tempat tinggal di mana mereka menemukan senjata dan melenyapkan para pejuang.

Tentara mengatakan mereka telah merebut gedung legislatif, markas besar polisi Hamas dan sebuah kompleks yang menampung markas intelijen militer Hamas. Bangunan-bangunan tersebut merupakan simbol yang kuat, namun nilai strategisnya masih belum jelas. Pejuang Hamas diyakini berada di bunker bawah tanah.

Selama berhari-hari, tentara Israel mengepung rumah sakit tersebut. Ratusan pasien, staf, dan pengungsi terjebak di dalam, persediaan berkurang dan tidak ada listrik untuk menjalankan inkubator dan peralatan penyelamat lainnya. Setelah berhari-hari tanpa lemari es, staf kamar mayat pada hari Selasa menggali kuburan massal di halaman untuk menampung lebih dari 120 jenazah, kata para pejabat.

Di tempat lain, Bulan Sabit Merah Palestina mengatakan pada hari Selasa bahwa pihaknya telah mengevakuasi pasien, dokter dan keluarga pengungsi dari rumah sakit lain di Kota Gaza, Al-Quds.

Israel telah berjanji untuk mengakhiri kekuasaan Hamas di Gaza setelah serangan militan tersebut pada 7 Oktober ke Israel yang menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyandera sekitar 240 orang. Pemerintah Israel mengakui bahwa mereka tidak tahu apa yang akan mereka lakukan terhadap wilayah tersebut setelah kekalahan Hamas.

Serangan gencar Israel, salah satu pemboman paling intens sepanjang abad ini, telah menimbulkan bencana bagi 2,3 juta warga Palestina di Gaza.

Lebih dari 11.200 orang, dua pertiganya adalah perempuan dan anak di bawah umur, telah terbunuh di Gaza, menurut Kementerian Kesehatan Palestina di Ramallah. Sekitar 2.700 orang dilaporkan hilang. Penghitungan yang dilakukan kementerian tidak membedakan antara kematian warga sipil dan militan.

Hampir seluruh penduduk Gaza telah mengungsi ke dua pertiga wilayah selatan Gaza, di mana kondisinya semakin memburuk bahkan ketika pemboman terus berlanjut di sana. Sekitar 200.000 orang melarikan diri ke wilayah utara dalam beberapa hari terakhir, kata PBB pada hari Selasa, meskipun puluhan ribu orang diyakini masih tetap tinggal.

Badan PBB (Perserikatan Bangsa-bangsa) untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) mengatakan pada hari Selasa bahwa fasilitas penyimpanan bahan bakar di Gaza kosong dan mereka akan segera mengakhiri operasi bantuan, termasuk membawa pasokan makanan dan obat-obatan dari Mesir untuk lebih dari 600.000 orang yang berlindung di sekolah dan fasilitas lainnya di Gaza. selatan.

“Tanpa bahan bakar, operasi kemanusiaan di Gaza akan berakhir. Lebih banyak lagi orang yang akan menderita dan kemungkinan besar akan meninggal,” kata Philippe Lazzarini, komisaris jenderal UNRWA.

Pejabat pertahanan Israel, yang berulang kali menolak mengizinkan bahan bakar masuk ke Gaza dengan mengatakan Hamas akan mengalihkannya untuk keperluan militer, mengubah arah pada Rabu (15/11) pagi. Israel akan mengizinkan sekitar 24.000 liter (6.340 galon) bahan bakar masuk ke Jalur Gaza untuk operasi kemanusiaan, kata para pejabat.

Koordinator Kegiatan Pemerintah di Wilayah, badan pertahanan Israel yang bertanggung jawab atas urusan Palestina, mengatakan pihaknya akan mengizinkan truk-truk PBB untuk mengisi bahan bakar di penyeberangan Rafah di perbatasan Mesir pada Rabu malam. Dikatakan bahwa keputusan tersebut merupakan tanggapan atas permintaan Amerika Serikat.  Selama berhari-hari di sekitar kompleks Rumah Sakit Shifa di pusat Kota Gaza yang kini “berubah menjadi kuburan,” kata direktur rumah sakit tersebut dalam sebuah pernyataan.

Kementerian Kesehatan mengatakan 40 pasien, termasuk tiga bayi, telah meninggal sejak generator darurat Shifa kehabisan bahan bakar pada hari Sabtu. Sebanyak 36 bayi lainnya berisiko meninggal karena tidak ada listrik di inkubator, menurut kementerian. Militer Israel mengatakan pihaknya memulai upaya untuk mentransfer inkubator ke Shifa. Namun alat-alat tersebut tidak akan berguna tanpa listrik, kata Christian Lindmeier, juru bicara Organisasi Kesehatan Dunia.

Kementerian Kesehatan telah mengusulkan untuk mengevakuasi rumah sakit tersebut dengan pengawasan Komite Palang Merah Internasional dan memindahkan pasien ke rumah sakit di Mesir, namun belum mendapat tanggapan apa pun, kata juru bicara kementerian Ashraf al-Qidra.

Militer Israel mengatakan pihaknya memulai upaya untuk mentransfer inkubator ke Al Shifa. Namun alat-alat tersebut tidak akan berguna tanpa listrik, kata Christian Lindmeier, juru bicara Organisasi Kesehatan Dunia.

Kementerian Kesehatan telah mengusulkan untuk mengevakuasi rumah sakit tersebut dengan pengawasan Komite Palang Merah Internasional dan memindahkan pasien ke rumah sakit di Mesir, namun belum mendapat tanggapan apa pun, kata juru bicara kementerian Ashraf al-Qidra.

Meskipun Israel mengatakan pihaknya bersedia mengizinkan staf dan pasien untuk dievakuasi, beberapa warga Palestina yang berhasil keluar mengatakan bahwa pasukan Israel telah menembaki para pengungsi.

Israel mengatakan klaimnya atas pusat komando Hamas di dalam dan di bawah Shifa didasarkan pada intelijen, namun Israel belum memberikan bukti visual yang mendukung klaim tersebut. Menyangkal klaim tersebut, Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan telah mengundang organisasi internasional untuk menyelidiki fasilitas tersebut.

Evakuasi di Rumah Sakit Al-Quds terjadi setelah “pengepungan selama lebih dari 10 hari, yang menyebabkan pasokan medis dan kemanusiaan dicegah untuk mencapai rumah sakit,” kata pejabat Bulan Sabit Merah Palestina.

Dalam postingan di X, mereka menyalahkan tentara Israel karena membombardir rumah sakit dan menembaki orang-orang di dalamnya.

Juru bicara dewan keamanan nasional Gedung Putih, John Kirby, mengatakan AS memiliki informasi intelijen yang tidak diketahui bahwa Hamas dan militan Palestina lainnya menggunakan RS Al Shifa dan rumah sakit lain serta terowongan di bawahnya untuk mendukung operasi militer dan menyandera.

Informasi intelijen tersebut didasarkan pada berbagai sumber, dan AS secara independen mengumpulkan informasi tersebut, kata seorang pejabat AS yang tidak bersedia disebutkan namanya untuk membahas masalah-masalah sensitif.

Kirby mengatakan AS tidak mendukung serangan udara terhadap rumah sakit dan tidak ingin melihat “baku tembak di rumah sakit di mana orang-orang yang tidak bersalah” berusaha mendapatkan perawatan.

Pawai untuk Sandera

Keluarga dan pendukung dari sekitar 240 orang yang disandera oleh Hamas memulai aksi protes dari Tel Aviv ke Yerusalem. Penderitaan para sandera telah mendominasi wacana publik sejak serangan 7 Oktober, dan protes solidaritas diadakan di seluruh negeri. Para pengunjuk rasa, yang diperkirakan akan mencapai Yerusalem pada hari Sabtu, mengatakan pemerintah harus berbuat lebih banyak untuk memulangkan orang-orang yang mereka cintai.

"Kamu ada di mana?" Shelly Shem Tov, yang putranya yang berusia 21 tahun, Omer, termasuk di antara para tawanan, memanggil Netanyahu. “Kami tidak punya kekuatan lagi. Kami tidak punya kekuatan. Bawa kembali anak-anak dan keluarga kami ke rumah.”

Pertempuran di Kota Gaza

Laporan independen mengenai pertempuran di Kota Gaza hampir mustahil untuk dikumpulkan, karena komunikasi ke wilayah utara sebagian besar terputus.

Juru bicara militer Israel, Daniel Hagari, mengatakan pasukan Israel telah menyelesaikan pengambilalihan kamp pengungsi Shati, sebuah distrik padat yang berbatasan dengan pusat Kota Gaza, dan bergerak bebas di seluruh kota.

Video yang dirilis oleh militer Israel menunjukkan pasukan bergerak melalui kota, menembaki bangunan. Buldoser merobohkan bangunan-bangunan saat tank-tank meluncur melalui jalan-jalan yang dikelilingi oleh sebagian menara yang runtuh.

Video-video tersebut menggambarkan pertempuran di mana pasukan membasmi kantong-kantong pejuang Hamas dan merobohkan bangunan-bangunan di mana mereka menemukannya, sambil secara bertahap membongkar jaringan terowongan kelompok tersebut. (AP)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home