Loading...
MEDIA
Penulis: Sabar Subekti 21:37 WIB | Jumat, 01 Mei 2020

PEC: Puluhan Wartawan Meninggal Akibat COVID-19

Wartawan dalam liputan. (Foto ilustrasi: Ist.)

JENEWA, SATUHARAPAN.COM-Puluhan wartawan meninggal dunia di seluruh dunia karena virus corona baru dalam dua bulan terakhir, menurut sebuah organisasi kebebasan pers pada hari Jumat (1/5), menyesalkan bahwa pekerja media sering tidak memiliki perlindungan yang tepat untuk meliput pandemi.

Menjelang Hari Kebebasan Pers Sedunia pada hari Minggu (3/5), Press Emblem Campaign (PEC) memperingatkan bahwa banyak jurnalis menempatkan diri mereka dalam bahaya untuk melaporkan krisis global, dengan banyak yang jatuh sakit akibat terinfeksi COVID-19 dalam prosesnya.

Sejak 1 Maret, PEC mengatakan telah mencatat kematian 55 pekerja media di 23 negara meninggal akibat virus, meskipun ditekankan bahwa masih belum jelas apakah mereka semua terinfeksi di tempat kerja.

"Jurnalis berada dalam risiko besar dalam krisis kesehatan ini, karena mereka harus terus menginformasikan, dengan pergi ke rumah sakit, mewawancarai dokter, perawat, pemimpin politik, spesialis, ilmuwan, pasien," kata PEC dalam sebuah pernyataan.

Serangan pada Pers

Dikatakan bahwa di berbagai negara "langkah-langkah perlindungan sangat diperlukan" seperti jarak fisik, karantina dan pemakaian masker belum diterapkan, terutama pada awal wabah.

Ekuador adalah negara yang paling terpukul, dengan sedikitnya sembilan wartawan yang menyerah pada virus itu, diikuti oleh Amerika Serikat, dengan delapan orang, Brasil dengan empat, dan Inggris dan Spanyol masing-masing dengan tiga orang, katanya.

Organisasi itu juga menyuarakan peringatan dari PBB bahwa pandemi itu, yang telah menewaskan lebih dari 230.000 orang dari sekitar 3,2 juta yang terinfeksi di seluruh dunia, digunakan di beberapa negara sebagai alasan untuk menindak media.

"Penyensoran, penutupan internet, penahanan sewenang-wenang terhadap jurnalis, serangan fisik dan verbal dan hukum darurat yang membatasi kebebasan pers telah terjadi dalam beberapa pekan terakhir," kata PEC.

Ia menambahkan bahwa ini sangat mengkhawatirkan, karena terjadi pada saat akses ke informasi publik yang dapat diandalkan lebih penting daripada sebelumnya. "Transparansi adalah yang terpenting dan dapat menyelamatkan jiwa dalam krisis kesehatan," katanya. (AFP)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home