Loading...
DUNIA
Penulis: Sabar Subekti 07:07 WIB | Senin, 14 September 2020

Pembicaraan Damai Pemerintah Afghanistan dan Taliban Hadapi Tantangan Besar

Pembicaraan damai pemerintah Afghanistan dan Taliban dibantu Amerika Serikat di Doha, Qatar, hari Minggu (13/9).(Foto: AFP)

DOHA, SATUHARAPAN.COM-Pembicaraan damai antara Pemerintah Afghanistan dan Taliban dimulai pada hari Minggu (13/9) di Doha, Qatar, untuk mengupayakan gencatan senjata yang langgeng, salah satu dari banyak masalah yang akan dibahas.

Sebuah upacara pembukaan yang apik dilakukan pada hari Sabtu (12/9) dengan pemerintah Afghanistan, dan sekutunya, termasuk Amerika Serikat, menyerukan gencatan senjata.

Namun Taliban, yang telah melakukan kampanye gerilya melawan keduanya sejak mereka dipaksa turun dari kekuasaan pada 2001, tidak menyebutkan gencatan senjata, ketika mereka sampai di meja perundingan.

Kepala proses perdamaian untuk pemerintah Afghanistan mengatakan bahwa Taliban dapat menawarkan gencatan senjata dengan imbalan pembebasan lebih banyak pejuang mereka yang dipenjara. "Ini bisa jadi salah satu gagasan mereka atau salah satu tuntutan mereka," kata Abdullah Abdullah, ketua Dewan Tinggi Rekonsiliasi Nasional Afghanistan, dikutip AFP.

Negosiasi akan sulit dan bisa berantakan, dan para delegasi memperingatkan selama upacara pembukaan, ketika pembicaraan akan dimulai, namun kekerasan mematikan terus mencengkeram Afghanistan.

"Kami pasti akan menghadapi banyak tantangan dalam pembicaraan selama beberapa hari, pekan dan bulan mendatang," kata Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo, saat ia menyerukan pihak yang bertikai untuk "memanfaatkan kesempatan ini" untuk mengamankan perdamaian.

Serangan Terus Terjadi

Hampir dua dekade sejak invasi pimpinan AS yang menggulingkan Taliban, perang masih menewaskan puluhan orang setiap hari dan ekonomi negara itu telah hancur, mendorong jutaan orang ke dalam kemiskinan.

Taliban telah lama khawatir bahwa mengurangi konflik dapat mengurangi pengaruh mereka. Bahkan ketika komite teknis dari kedua belah pihak akan bertemu untuk menyusun agenda pembicaraan, kekerasan terus berkecamuk di lapangan.

Para pejabat mengatakan enam polisi tewas dalam serangan Taliban di Kunduz Sabtu (12/9) malam, sementara lima petugas tewas dalam serangan lain di Provinsi Kapisa.

Ledakan ranjau di pinggir jalan terjadi di ibu kota Kabul, melukai dua warga sipil, sementara ledakan lain di distrik Kabul tidak menimbulkan korban.

Tuntutan Hukum Islam

Dalam pidatonya di acara pembukaan, salah satu pendiri Taliban, Mullah Abdul Ghani Baradar, mengulangi pesan pemberontak bahwa Afghanistan harus dijalankan sesuai dengan hukum Islam, dengan menyoroti poin yang mungkin akan muncul.

Kesepakatan perdamaian yang komprehensif bisa memakan waktu bertahun-tahun, dan akan tergantung pada kesediaan kedua belah pihak untuk menyesuaikan visi mereka yang bersaing untuk Afghanistan, dan sejauh mana mereka dapat setuju untuk berbagi kekuasaan.

Pemerintah Presiden Ashraf Ghani ingin mempertahankan status quo yang didukung Barat dari sebuah republik konstitusional yang telah mengabadikan banyak hak, termasuk kebebasan yang lebih besar bagi perempuan. Dan perlu dicatat bahwa empat dari 21 orang dalam tim perunding Kabul adalah perempuan.

Taliban, yang mencopot perempuan dari semua kebebasan dasar saat berkuasa pada kurun 1996-2001, dan tidak memiliki negosiator perempuan.

Dalam sebuah pernyataan, Ghani menyerukan "perdamaian yang langgeng dan bermartabat" yang melestarikan "pencapaian 19 tahun terakhir".

Negosiator pemerintah Afghanistan, Habiba Sarabi, mengatakan kepada AFP bahwa awal pembicaraan itu "sangat positif".

Abdullah mengatakan proses tersebut "bisa menjadi awal dari sejarah yang dibuat di masa depan,dan semoga lebih cepat."

Negosiasi yang didukung AS terjadi enam bulan lebih lambat dari yang direncanakan, karena ketidaksepakatan atas pertukaran tahanan yang kontroversial pada bulan Februari. Di bawah ketentuan kesepakatan penarikan pasukan yang disepakati antara AS dan Taliban, 5.000 tahanan Taliban telah dibebaskan dengan imbalan 1.000 pasukan pemerintah.

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home