Loading...
RELIGI
Penulis: Sabar Subekti 20:47 WIB | Minggu, 18 Oktober 2020

Pemenggalan Guru Terkait Kartun Nabi Muhammad Memicu Kemarahan di Prancis

Pembunuhan dilakukan oleh seorang Islamis terhadap guru sejarah, karena menunjukkan kartun Nabi Muhammad pada murid-muridnya.
Aksi solidaritas atas pembunuhan guru sejarah, Samuel Paty, di pinggiran kota Paris telah memicu kemarahan di Prancis. (Foto: AFP)

PARIS, SATUHARAPAN.COM-Orang-orang di berbagai kota di Prancis bergabung dalam aksi unjuk rasa pada hari Minggu (18/10) untuk menunjukkan solidaritas dan pembangkangan setelah pemenggalan kepala terhadap seorang guru di luar sekolahnya, karena dia menunjukkan kartun Nabi Muhammad kepada murid-muridnya.

Pembunuhan guru sejarah, Samuel Paty, di pinggiran kota Paris pada hari Jumat (16/10) telah memicu kemarahan di Prancis dan ingatan akan gelombang kekerasan Islamis pada tahun 2015 yang dipicu oleh karikatur Nabi Muhammad yang diterbitkan oleh majalah satir “Charlie Hebdo.”

"Sangat penting untuk menunjukkan mobilisasi dan solidaritas kami, kohesi nasional kami," kata Menteri Pendidikan, Jean-Michel Blanquer, kepada France 2. Dia menyerukan "setiap orang (untuk) mendukung para guru".

Satu unjuk rasa berlangsung di Place de la Republique di Paris, sebuah situs protes tradisional di mana sekitar 1,5 juta orang berdemonstrasi pada 2015 menyusul serangan mematikan di kantor “Charle Hebdo” oleh orang-orang Islam bersenjata. Reli juga berlangsung di Lyon, Toulouse, Strasbourg, Nantes, Marseille, Lille dan Bordeaux.

Ancaman Online

Paty telah menjadi sasaran ancaman online, karena menayangkan kartun-kartun itu, dengan ayah dari seorang siswi meluncurkan seruan online untuk "mobilisasi" terhadapnya, kata jaksa anti teror Prancis, Jean-Francois Ricard.

Tersangka adalah orang Chechnya berusia 18 tahun, bernama Abdullah A, ditembak mati oleh polisi tak lama setelah serangan itu. Saksi mata mengatakan dia terlihat di sekolah pada Jumat sore, dan bertanya kepada murid-muridnya di mana dia bisa menemukan Paty.

Ayah siswi dan seorang militan Islamis yang terkenal termasuk di antara mereka yang ditangkap, bersama dengan beberapa anggota keluarga tersangka. Orang ke-11 ditahan pada hari Minggu, kata sumber pengadilan.

Ricard mengatakan sekolah menerima ancaman setelah kelas pada awal Oktober, yang menampilkan karikatur kontroversial, salah satu gambar nabi telanjang, dengan ayah gadis itu menuduh Paty menyebarkan "pornografi".

Ayah dari murid itu memberikan alamat sekolahnya dalam sebuah posting media sosial beberapa hari sebelum pemenggalan yang oleh Presiden Prancis, Emmanuel Macron, disebut sebagai serangan teror Islamis.

Tenggelam dalam Agama

Ricard tidak mengatakan apakah penyerang memiliki kaitan ke sekolah itu, murid, atau orang tua, atau telah bertindak secara independen dalam menanggapi kampanye online.

Foto Paty dan pesan yang mengakui pembunuhannya ditemukan di ponsel penyerang.

Jaksa penuntut mengatakan penyerang dipersenjatai dengan pisau, senapan angin dan lima tabung. Dia telah melepaskan tembakan ke arah polisi dan mencoba menikam mereka saat mereka mendekatinya. Dia pada gilirannya menembak sembilan kali, kata Ricard.

Kedutaan Rusia di Paris mengatakan keluarga tersangka telah tiba di Prancis dari Chechnya ketika dia berusia enam tahun dan meminta suaka. Penduduk setempat di kota Evreux, Normandia, tempat penyerang tinggal menggambarkannya sebagai orang yang rendah hati.

Seorang warga yang pernah bersekolah dengannya mengatakan bahwa dia telah menjadi sangat “religius” dalam beberapa tahun terakhir.

"Sebelumnya, dia terlibat perkelahian, tapi selama dua atau tiga tahun terakhir dia tenang" dan telah "tenggelam dalam agama", katanya.

Serangan hari Jumat itu adalah insiden kedua sejak persidangan dimulai bulan lalu hingga pembantaian pada Januari 2015 di kantor “Charlie Hebdo” di Paris.

Majalah tersebut menerbitkan ulang kartun-kartun tersebut menjelang persidangan, dan bulan lalu seorang pemuda Pakistan melukai dua orang dengan pisau daging di luar kantor bekas majalah tersebut.

Ricard mengatakan pembunuhan Paty menggambarkan "ancaman teroris tingkat tinggi" yang masih dihadapi Prancis, tetapi menambahkan bahwa penyerang itu sendiri tidak dikenal oleh dinas intelijen Prancis.

Ancaman Macron

Investigasi sedang dilakukan terhadap "pembunuhan terkait dengan organisasi teroris".

Investigasi juga akan melihat tweet dari akun yang dibuka oleh penyerang, dan sejak ditutup, yang menunjukkan gambar kepala Paty dan menggambarkan Macron sebagai "pemimpin orang kafir".

Kantor Macron mengatakan penghormatan nasional akan diadakan untuk Paty pada hari Rabu (21/10). Sedangkan pada hari Sabtu (17/10), ratusan siswa, guru dan orang tua membanjiri sekolah Paty untuk meletakkan mawar putih.

Beberapa membawa plakat bertuliskan: "Saya adalah seorang guru" dan "Saya adalah Samuel," menggemakan seruan "Saya adalah Charlie" yang menyebar ke seluruh dunia setelah pembunuhan “Charlie Hebdo” tahun 2015.

Martial, seorang murid berusia 16 tahun, mengatakan bahwa Paty menyukai pekerjaannya: "Dia benar-benar ingin mengajari kami banyak hal."

Menurut orang tua dan guru, Paty memberi anak-anak Muslim pilihan untuk meninggalkan kelas sebelum dia menunjukkan kartun tersebut, dengan mengatakan dia tidak ingin perasaan mereka terluka.

Virginie, 15 tahun, mengatakan Paty menunjukkan kartun itu setiap tahun sebagai bagian dari diskusi tentang kebebasan setelah serangan “Charlie Hebdo”. (AFP)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home