Loading...
RELIGI
Penulis: Sotyati 17:19 WIB | Jumat, 27 Desember 2013

Pemerintah akan Canangkan 3 Januari sebagai Hari Kerukunan Nasional

Menag Suryadharma Ali. (Foto: antarasumut)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono akan mencanangkan 3 Januari 2014 sebagai Hari Kerukunan Nasional (HKN), demikian disampaikan Menteri Agama Suryadharma Ali di Jakarta, Jumat (27/12).

“Ini merupakan sumbangan para tokoh lintas agama kepada bangsa. Kita akan meminta Keppresnya untuk HKN ini kepada Presiden. Pada kegiatan HKN pertama ini juga akan dilakukan gerak jalan dengan Presiden bersama tokoh lintas agama,” kata Menag dalam sambutannya saat bertemu tokoh lintas agama.

Pada acara tersebut hadir tokoh yang mewakili agama Islam, Katolik, Protestan, Buddha, Hindu, dan Konghucu. Hadir pula Wamenag Nasaruddin Umar dan Sekjen Bahrul Hayat serta para pejabat Kemenag.

Soal pemilihan nama Hari Kerukunan Nasional, Menag menjelaskan maknanya lebih luas dibandingkan Hari Kerukunan Lintas Agama, yang sempat mengemuka sebelumnya. “Jadi bangsa ini bukan hanya menginginkan kerukunan agama, tetapi juga menghendaki terjadi kerukunan suku, budaya, dan yang lainnya, termasuk kerukunan bidang politik. Kerukunan antarpartai politik,” Menag menjelaskan.

Menag mengatakan HKN digelar pada 3 Januari 2014 ini, dan berharap akan diadakan setiap tahun. “Namun, itu bergantung pada siapa yang menjadi presiden hasil Pemilu nanti,” ujarnya.

Ia mengingatkan, di era Orde Baru ada yang disebut dengan istilah stabilitas politik, ekonomi, dan keamanan, syarat kondusif untuk bisa membangunan negeri. Sekarang, syarat untuk bisa membangun adalah adanya  kerukunan, baik kerukunan internal agama sendiri, dan antaragama, termasuk kerukunan suku, budaya, etnis, dan lainnya.

“Jadi begitu pentingnya arti dari kerukunan nasional sebagai syarat untuk bisa membangun bangsa dan negara,” kata Menag.

Tokoh Lintas Agama

Para tokoh lintas agama mendukung gagasan yang disampaikan Menteri Agama itu, seperti disampaikan Wakil Ketua Walubi (Perwalian Umat Buddha Indonesia) Suhadi Sandjaya. “Batik saja bisa jadi Hari Batik, masa kerukunan kalah sama batik,” ujarnya.

Ia mengibaratkan, Indonesia punya bibit yang baik, ladangnya juga bagus, subur makmur, yang perlu pemeliharaan. “Kami siap memelihara kerukunan,” tandas Suhadi.

Tokoh Khonghucu (Matakin) Wawan Wiratma, berharap jika ke depan negara ini memiliki hari kerukunan, bangsa ini selalu diingatkan betapa pentingnya arti kerukunan.

Indonesia memiliki bibit bagus, sumber daya manusianya pun demikian. Kemiskinan memang masih harus diperangi, tetapi jika didukung dengan kerukunan, sumber daya alam yang melimpah akan dapat dimanfaatkan dengan baik, kata Suhadi Sanjaya dari Walubi.

Pendapat serupa juga disampaikan tokoh Hindu, Suwisma. Katanya, seyogianya Indonesia punya hari kerukunan nasional sebagai inspirasi memajukan bangsa.

Hal senada dikemukakan Romo Agus Ulahayanan dari Konferensi Waligereja Indonesia (KWI). “Hari Kerukunan Nasional, pasti kita dukung,” kata pastur dari Komisi Hubungan Agama dan Kepercayaan itu.

Tokoh Protestan Weinata Sairin, juga Natsir Jubaidi yang mewakili MUI, pun mengapresiasi usulan Menag tentang pencanangan  HKN. Rukun menandakan aman dan damai, dan Indonesia bisa menjadi contoh negara lain. (kemenag.go.id/Ant)


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home