Loading...
DUNIA
Penulis: Sabar Subekti 23:04 WIB | Kamis, 09 Januari 2020

Pemerintah GNA Libya Sambut Seruan Gencatan Senjata

PM Fayez al-Sarraj yang memimpin pemerintah kesepakatan nasional (GNA) Libya, dan Komandan Khalifa Haftar, yang memimpin pasukan LNA. (Foto: dok. dari Al Arabiya)

TRIPOLI, SATUHARAPAN.COM-Pemerintah Kesepakatan Nasional (GNA) Libya menyambut baik seruan Rusia dan Turki untuk gencatan senjata dalam perang saudara yang sedang berlangsung di negara itu, meskipun para saingannya tampak dingin terhadap seruan yang dikeluarkan hari Kamis (9/1).

Pemerintah GNA yang berbasis di Tripoli yang dipimpin oleh Perdana Menteri Fayez Sarraj merilis pernyataan pada Rabu (8/1) malam menyatakan dukungan penuhnya pada “setiap seruan serius untuk dimulainya kembali proses politik dan penghentikan perang.”

Seruan Rusia dan Turki itu terjadi di tengah pertemun Presiden Turki, Recep Tayep Erdogan dan Presiden Rusia, Vladimir Putin, di Istanbul,untuk menghentikan pertempuran antara pasukan yang loyal kepada pemerintah Sarraj dan Tentara Nasional Libya (LNA) yang berpusat di timur, yang dikomandoi oleh mantan jenderal Khalifa Haftar.

Turki sendii mengirim pasukan ke Libya untuk mendukung pasukan pemerintah GNA, di mana  pemerintah ini telah menekan perjanjian perbatasan laut yang menguntungkan Turki dan kerja sama militer.

Pasukan Haftar belum secara resmi menanggapi seruan gencatan senjata itu. Namun Jenderal Khaled al-Mahjoub, kepala departemen mobilisasi LNA mengatakan kepada AP bahwa operasi militer sedang berlangsung di sekitar Tripoli dan kota pesisir Misrata. Dia mengatakan bahwa gencatan senjata “apa pun yang hanya dapat diputuskan oleh Komandan Haftar.''

Libya saat ini diperintah oleh dua otoritas; di timur dan di barat. Pemerintah yang berbasis di timur oleh pasukan Haftar yang didukung oleh Uni Emirat Arab dan Mesir, serta Prancis dan Rusia. Pemerintah barat, berbasis di Tripoli menerima bantuan dari Turki, Qatar dan Italia.

Pertempuran itu mengancam Libya terjerumus ke dalam kekacauan yang bisa lebih parah dari  konflik tahun 2011 yang menumbangkan dan membunuh diktator lama Moammar Gadhafi.

Sejak pecahnya konflik pada bulan April, pemerintah GNA menyatakan keinginan untuk gencatan senjata dan kembali ke meja perundingan, namun dengan syarat para pesaingnya menghentikan ofensif mereka.

Beberapa pekan terakhir, pertempuran meningkat di sekitar Tripoli ketika Erdogan telah berjanji untuk mengirim pasukan untuk mendukung Sarraj. Parlemen Turki mengizinkan penempatan pasukan pekan lalu. Turki sudah mulai mengirim tentara Turki ke Libya untuk pelatihan dan koordinasi.

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home