Loading...
HAM
Penulis: Sabar Subekti 21:32 WIB | Senin, 09 Maret 2020

Pengadilan Kasus Penembakan Pesawat Malaysia MH17 Dibuka di Belanda

Kursi putih disusun seperti dalam pesawat milik Malaysia Airline penerbangan MH17 dan foto korban di atas kursi. ini digelar di depan kedutaan besar Rusia di Den Haag, Belanda, hari Minggu (8/3). (Foto: AP)

SCHIPHOL, SATUHARAPAN.COM-Tiga orang Rusia dan seorang Ukraina diadili di Belanda pada hari Senin (9/3). Mereka didakwa berbagai tuduhan pembunuhan atas dugaan keterlibatan mereka pada jatuhnya pesawat Malaysia Airlines penerbangan 17 pada tahun 2014, yang menewaskan semua 298 orang di dalam pesawat. Dan seperti yang diduga, para tersangka tidak muncul di ruang sidang.

Ini adalah hari yang telah lama ditunggu oleh keluarga dan teman mereka yang terbunuh pada 17 Juli 2014, ketika sebuah rudal Buk meledakkan pesaewat MH17 di atas Ukraina timur yang dilanda konflik.

Lima hakim, tiga yang akan mendengarkan kasus ini dan dua alternatif, masuk ruang sidang yang penuh sesak di tepi Schiphol, bandara tempat pesawat itu berangkat menuju Kuala Lumpur di Malaysia. Sejumlah kecil anggota keluarga korban berada di pengadilan, yang lain menyaksikan proses melalui tautan video dari pusat konferensi di Belanda tengah.

Di antara mereka yang ada di pengadilan adalah Piet Ploeg, yang kehilangan saudara laki-lakinya, Alex, saudara iparnya dan keponakannya.

"Keluarga terdekat menginginkan keadilan, sesederhana itu," katanya. "Kami menginginkan keadilan atas fakta bahwa 298 orang terbunuh, dan pengadilan dan persidangan ini (yang) akan dimulai hari ini akan memberi kami lebih banyak kejelasan tentang apa yang terjadi, mengapa itu terjadi, dan siapa yang bertanggung jawab," kata Ploeg.

Kebenaran Harus Diceritakan

Hakim Ketua, Hendrik Steenhuis, mengatakan file kejahatan dalam kasus ini berisi sekitar 36.000 halaman dan juga "sejumlah besar file multimedia."

Jon dan Meryn O'Brien terbang jauh-jauh dari Sydney, Australia untuk menyaksikan sidang pengadilan yang belum pernah terjadi sebelumnya, dan berharap ada keadilan bagi putra mereka, Jack. "Persidangan ini penting karena kebenaran masih penting," kata Jon. "Anda tidak seharusnya membunuh 298 orang dan tidak ada konsekuensi, terlepas dari siapa Anda. Jadi, penting kebenaran untuk diceritakan."

Keluarga O'Briens termasuk di antara keluarga lain yang mengatur 298 kursi putih dalam barisan yang menyerupai tempat duduk pesawat di luar Kedutaan Besar Rusia di Den Haag pada hari Minggu (8/3) untuk memprotes upaya sengaja Moskow untuk mengaburkan kebenaran tentang apa yang terjadi.

Para Tersangka

Setelah penyelidikan selama bertahun-tahun, tim penyelidik dan jaksa internasional tahun lalu menetapkan empat tersangka, yaitu Igor Girkin, Sergey Dubinskiy dan Oleg Pulatov (dari Rusia), serta Leonid Kharchenko dari Ukraina.

Hukum di Belanda membenarkan persidangan dilanjutkan meskipun tersangka tidak hadir. Seorang tersangka, Pulatov, menyewa sebuah firma pengacara Belanda untuk mewakilinya. Namun pengacara itu menolak berkomentar.

Rusia secara konsisten membantah terlibat dalam jatuhnya pesawat itu, bahkan setelah jaksa menuduh bahwa sistem rudal Buk yang menghancurkan pesawat penumpang diangkut ke Ukraina dari pangkalan Brigade Anti-Pesawat Rusia ke-53 di Kursk dan sistem peluncurannya yang kemudian dikembalikan ke Rusia.

Di Moskow pekan lalu, juru bicara Kementerian Luar Negeri, Maria Zakharova, mengatakan para penyelidik melakukan kesalahan dengan menuduh Rusia.

Rusia Diminta Kooperatif

Dalam sebuah pernyataan, Menteri Luar Negeri Inggris, Dominic Raab, menyebut persidangan itu "tonggak penting menuju akuntabilitas atas penembakan MH17" dan kematian 298 orang, termasuk 10 warga Inggris.

Raab mengatakan Rusia "sekarang harus bekerja sama sepenuhnya dengan pengadilan ini sesuai dengan Resolusi Dewan Keamanan PBB nomor 2166. Tidak ada impunitas bagi mereka yang bertanggung jawab atas kejahatan mengerikan ini."

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Mike Pompeo, menyambut baik dimulainya persidangan dan meminta Rusia "untuk menghentikan aktivitas agresif dan destabilisasi yang berkelanjutan di Ukraina."

Kasus ini adalah pengadilan pidana Belanda biasa dengan jumlah korban yang belum pernah terjadi sebelumnya. Pada sidang pembukaan, para hakim akan memeriksa hasil investigasi dan mempertimbangkan apakah penyelidikan lebih lanjut diperlukan, kata pakar hukum Marieke de Hoon dari Universitas Vrije Amsterdam. "Jadi, ada yang biasa dan luar biasa pada saat yang sama."

Di bawah hukum Belanda, anggota keluarga diizinkan membuat pernyataan dampak korban dan mengajukan kompensasi. Itu kemungkinan akan terjadi suatu saat nanti di tahun ini.

"Bagi saya, hal terpenting adalah ada cukup bukti bahwa hakim dapat membuat kesimpulan: Bersalah," kata Anton Kotte, yang kehilangan tiga anggota keluarga. "Jika itu masalahnya maka saya akan puas karena saya tahu pada saat itu ada tingkat lain yang diserang: pada tingkat politik akan ada serangan di seluruh dunia ke arah Rusia."

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home