Loading...
EKONOMI
Penulis: Diah Anggraeni Retnaningrum 12:46 WIB | Kamis, 29 Oktober 2015

Pertumbuhan Ekonomi Diperkirakan Lima Persen

Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo (tengah) saat meninjau paket desain bor raksasa bawah tanah atau Tunnel Boring Machine (TBM) untuk jalur transportasi Mass Rapid Transit (MRT) di Patung Pemuda, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Selatan, Senin (21/9). (Foto: Dok. satuharapan.com/Dedy Istanto).

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2015 tumbuh pada kisaran 4,7 hingga 5,1 persen, dan dapat terealisasi bila pemerintah konsisten mendorong reformasi struktural melalui berbagai paket kebijakan ekonomi.

"Penyerapan APBN maupun APBD serta realisasi proyek infrastruktur menjadi salah dasar pendorong perekonomian Indonesia lebih baik," kata Asisten Direktur Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI, Muslimin Anwar, pada pelatihan wartawan ekonomi, di Jakarta, hari Rabu (28/10).

Ia menegaskan pemerintah daerah harus mempercepat penyerapan anggaran untuk mempercepat proyek-proyek strategis salah satunya infrastruktur.

Konstruksi proyek pemerintah, kata dia, dapat memicu penjualan semen dan alat konstruksi lainnya sehingga meningkatkan penjualan alat berat.

Pada sisi lain, indikator konsumsi seperti penjualan eceran dan tingkat keyakinan konsumen yang masih lemah, dapat bangkit kembali.

"Meningkatnya penyaluran kredit perbankan juga menjadikan prospek pertumbuhan ekonomi ke depan lebih baik," ujar dia lagi.

Selain kondisi ekonomi yang membaik pada semester II 2015 atau kuartal IV-2015 juga diperkirakan inflasi kurang dari 4,0 persen dan cadangan anggaran daerah lebih kurang 2,0 persen.

Dalam jangka pendek, fokus BI diarahkan pada langkah-langkah menjaga stabilitas nilai tukar dengan dikeluarkan paket kebijakan II pada 30 September 2015 sebagai kelanjutan kebijakan I pada 9 September 2015.

Menurutnya, tiga pilar kebijakan itu menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, memperkuat pengelolaan likuiditas rupiah, dan memperkuat pengelolaan penawaran dan permintaan valuta asing (valas).

Pada sisi fundamental ekonomi tahun ini, juga lebih baik dibandingkan tahun 1997/1998, sehingga menurutnya, Indonesia belum masuk dalam fase krisis.

Hal tersebut dibuktikan produk domestik bruto (PDB) diperkirakan akhir 2015 mencapai 4,7--5,1 persen dan 2014 sebesar 5,4 persen dibandingkan tahun 1997 sebesar 4,5 persen dan 1998 sebesar -13,7 persen. Inflasi akhir tahun juga kurang dari 4 persen.

Sentimen perkembangan ekonomi Indonesia dilihat dari membaik konsumsi rumah tangga pada kuartal III, terindikasi dari penjualan kendaraan bermotor yang meningkat.

Namun, indeks keyakinan konsumen masih lemah.

Investasi triwulan III-2015 diperkirakan membaik didukung oleh akselerasi investasi pemerintah, tercermin dari peningkatan proyek-proyek pemerintah yang telah memasuki tahap konstruksi seiring dengan meningkatnya belanja modal pemerintah.

Kegiatan investasi bangunan yang meningkat dikonfirmasi oleh kenaikan penjualan semen sebesar 7 persen pada kuartal III.

Namun dia mengungkapkan bahwa investasi bangunan swasta masih terbatas.

Sementara itu, investasi nonbangunan belum menunjukkan perbaikan terkait dengan sentimen pebisnis yang masih pesimistis melihat konsumsi rumah tangga dan permintaan ekspor yang terbatas.

Pertumbuhan ekspor nonmigas secara gradual diperkirakan didukung oleh ekspor komoditas pertanian dan ekspor beberapa produk manufaktur, kata Anwar.

Peningkatan ekspor pertanian pada triwulan III 2015 didorong oleh ekspor rempah dan kopi, sedangkan ekspor manufaktur masih positif didukung oleh ekspor karet olahan dan logam dasar.

Perbaikan ekspor, menurut dia, masih terkendala harga komoditas yang masih rendah dan pemulihan ekonomi global yang lambat. (Ant)

 

Editor : Eben E. Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home