Loading...
FLORA & FAUNA
Penulis: Yan Chrisna Dwi Atmaja 21:56 WIB | Minggu, 14 Juli 2013

Pohon Aren Penghasil Kolang-kaling

Kolang-kaling (foto: wikipedia/W.A. Djatmiko)

SATUHARAPAN.COM - Benarkah menurunnya populasi Musang menyababkan penurunan populasi tanaman Aren (Arenga pinnata)? Pendapat seperti itu memang umum di masyarakat pedesaan yang akrab dengan tanaman Aren sebagai salah satu sumber perekonomian keluarga. Mereka biasanya memanfaatkan tanaman jenis palem ini untuk diambil niranya sebagai bahan pembuatan gula, kolang-kaling (dari buahnya), ijuk, dan tepung sagu dari batangnya.

Pohon Aren besar dan tinggi, dapat mencapai 25 meter dan berdiameter hingga 65 cm. Daunnya majemuk menyirip, seperti daun kelapa, panjang hingga 5 meter dengan tangkai daun hingga 1,5 meter. Anak daun seperti pita bergelombang, hingga 7 cm x 145 cm, berwarna hijau gelap di atas dan keputih-putihan.

Bunga jantan terpisah dari bunga betina dalam tongkol berbeda yang muncul di ketiak daun. Panjang tongkol hingga 2,5 meter. Buah tersusun dalam untaian seperti rantai dan berbentuk bulat peluru, berwarna hijau sampai coklat kekuningan, berdiameter sekitar 4 cm, beruang tiga dan berbiji tiga. Setiap tandan paling tidak mempunyai 10 tangkai, dari setiap tangkai memiliki kurang lebih 50 butir buah

Pohon ini tersebar dari wilayah Asia tropis, mulai dari India timur di sebelah barat, hingga sejauh Malaysia dan Filipine di sebelah timur. Di Indonesia, tumbuh liar atau ditanam, sampai ketinggian 1.400 meter di atas permukaan laut. Biasanya banyak tumbuh di lereng-lereng atau tebing sungai.

Belakangan ini adanya kecenderungan penurunan tanaman Aren, khususnya di Jawa. Dan diperkirakan dalam beberapa tahun mendatang penurunan itu akan drastis. Padahal tanaman ini mempunyai nilai ekonomi yang baik, setidaknya permintaan luar negeri terhadap gula semut dari Aren dan ijuk masih tinggi. Sedangkan di dalam negeri permintaan sagu Aren dan kolang-kali juga terus meningkat.

Permintaan tepung sagu dan kolang-kaling ini yang diperkirakan membuat populasi Aren akan turun drastis, karena perkembangbiakan tanaman ini tergolong lambat. Biji Aren yang tua biasanya ditutup tempurung yang sangat keras, sehingga baru bisa bertunas setelah satu tahun lebih. Tetapi itu adalah mekanisme alami dalam menjaga keseimbangan. Sebab, jika Aren tumbuh begitu pesat, akan manjadi dominan dalam satu ekosistem.

Secara alami Aren memang berkembang biak dengan bantuan Musang. Binatang ini gemar memakan buahnya yang matang dan membuang bijinya bersama kotoran. Cara alami inilah yang membuat aren tersebar. Maka menjadi beralasan bahwa penurunan populasi Musang berakibat pada penurunan populasi Aren.

Namun bagi sebagian orang, kenyataan ini tidak boleh dihadapi dengan menyerah begitu saja. Harus ada upaya untuk memperbanyak tanaman Aren, apalagi di berbagai daerah permintaan bibit Aren cukup tinggi. Dan sebuah penelitian dilakukan untuk mempercepat pembiakan tanaman, tanpa bantuan Musang.

Menurut catatan di Puslitbang Biologi-LIPI, tanaman Aren mulai menghasilkan bunga untuk diambil niranya pada usia antara lima hingga lima belas tahun. Dan di Jawa Barat, sagu dan gula dari tanaman ini dinilai sebagai bahan makanan yang baik untuk penderita diabetes, bahkan abu dari tangkai daun digunakan untuk obat penyembuh luka. (wikipedia)

 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home