Loading...
RELIGI
Penulis: Sabar Subekti 12:30 WIB | Selasa, 30 Agustus 2016

Prancis, Protes Perempuan Berjilbab Dilarang Masuk Restoran

Desainer baju renang burkini, Aheda Zanetti (kiri), menyesuaikan salah satu pakaian renang model Salwa Elrashid di toko fashion di Sydney, pada 23 Agustus 2016. (Foto: Reuters/Jason Reed)

PARIS, SATUHARAPAN.COM - Dua perempuan yang mengenakan jilbab diberitahu oleh pemilik restoran di Prancis bahwa semua Muslim teroris, dan  kemudian mereka dipaksa untuk meninggalkan restoran.

Dua perempuan itu mengadukan masalah tersebut kepada pihak berwenang, hari Senin (29/8), kata sebuah kelompok yang berkampanye anti-Islamophobia, seperti dikutip AFP.

Kelompok itu, Collective against Islamophobia in France (CCIF)  mendukung perempuan tersebut, dan mengatakan bahwa insiden itu merupakan "pergeseran masalah rasis" dalam masyarakat Prancis. Pihak kejaksaan setempat  membuka penyelidikan tentang mungkin terjadinya "diskriminasi agama".

Kasus di restoran Le Cenacle di Tremblay-en-France, di luar kota Paris itu sempat direkam dalam vodeo oleh salah satu dari perempuan itu, dan diposting secara online. Dia menunjukkan pada orang lain mengatakan, "Kami tidak ingin dilayani oleh rasis."

Namun ada pria yang menjawab dengan menulis bahwa "rasis seperti saya tidak menanam bom dan tidak membunuh orang," menurut AFP.  Dia juga menambahkan bahwa "teroris adalah Muslim dan semua Muslim adalah teroris. Saya tidak ingin orang-orang seperti Anda di tempat saya. Sekarang Anda tahu itu, Anda bisa keluar".

Namun menurut AFP, restoran itu kemudian meminta maaf kepada "komunitas Muslim" atas tindakannya, di mana kemudian juga muncul seruan untuk memboikot restoran itu yang secara luas muncul di media sosial dengan berbagai ulasan negatif.

CCIF mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka berniat untuk menuntut secara hukum terhadap orang itu dan menekan untuk mengakhiri "impunitas terhadap pelaku kekerasan Islamofobia dan diskriminasi".

Kelompok itu juga menuduh pemerintah dan kelas politik Prancis bertanggung jawab atas menciptakan iklim yang membuat insiden tersebut dapat terjadi.

Kasus ini muncul ketia terjadi debat tentang pemakaian burkini yang makin keras. Sekitar 30 kota telah melarang orang mengenakan burkini di pantai mereka. Beberapa walikota menghubungkan larangan itu dengan pembantaian 84 orang di kota Nice bulan lalu.

Kasus di Nice terjadi ketika kerumunan pejalan kaki tepi laut yang terkenal dan tengah merayakan Hari Bastille pada 14 Juli, diserang dengan truk seberat 19 ton oleh jihadis. Serangan itu menewaskan 84 orang dan melukai lebih dari 400 orang lainnya.

Wali kota Sone, menurut AFP, telah bersumpah untuk mempertahankan larangan burkini meskipun pengadilan administratif tertinggi Prancis memutuskan bahwa larangan itu tidak konstitusional.


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home