Loading...
DUNIA
Penulis: Prasasta Widiadi 07:33 WIB | Rabu, 11 Mei 2016

Presiden Terpilih Filipina Janji Bebaskan Sandera Abu Sayyaf

Ilustrasi: Rodrigo Duterte saat masih menjabat Wali Kota Davao. (Foto: inquirer.net).

MANILA, SATUHARAPAN.COM – Presiden yang memenangkan pemilihan presiden Filipina, Rodrigo Duterte berjanji saat memerintah akan melakukan upaya pembebasan sandera yang ditawan kelompok ekstremis Abu Sayyaf, termasuk empat Warga Negara Indonesia (WNI) yang menjadi tawanan.

“Tak hanya sandera dari Indonesia, namun juga sandera dari negara-negara lain,” kata Duterte seperti diberitakan situs berita Filipina, Davao Today, hari Selasa (10/5).

Duterte mengemukakan setelah terpilih maka  Indonesia adalah negara pertama yang akan dia kunjungi. Mantan wali kota Davao, Filipina tersebut menambahkan dia akan membicarakan  keamanan perbatasan maritim dengan Presiden Joko Widodo.

Laki-laki berusia 71 tahun tersebut mengemukakan  terorisme di perbatasan dapat diupayakan melalui penjagaan ketat. Beberapa waktu lalu sebelum masa jabatan berakhir, Mantan Presiden Filipina Benigno Aquino telah bersumpah untuk melemahkan Abu Sayyaf.

"Tujuan utama kami adalah untuk menyelamatkan para sandera dan menjamin keamanan penduduk sipil kita. Kami akan belajar dari setiap kesalahan  militer dan hukum dan akan memperbaikinya guna  memastikan keberhasilan di daerah operasi kami dan di mana saja diperlukan,” kata Aquino seperti diberitakan CCTV America, hari Sabtu (7/5).

Pengamat intelijen dan keamanan Filipina, Rommel Banlaoi mengemukakan kepada CCTV America bahwa aktivitas terbaru Abu Sayyaf yang melakukan pemancungan kepala sandera asal Kanada, John Ridsdel  membuktikan  kelompok Abu Sayyaf tidak lagi kekuatan yang sekadar menebar teror. “Abu Sayyaf adalah kekuatan yang sangat kuat dan harus diperhitungkan,” kata Rommel Banlaoi.

Banlaoi mengemukakan untuk mengatasi ancaman itu, dia mengusulkan Filipina, Indonesia dan Malaysia  melakukan patroli maritim bersama.

“Berdasarkan pemahaman saya tentang sikap kelompok Abu Sayyaf, setiap negara harus berhasil mengatasi ancaman secara global dan tidak sebatas membebaskan individu saja,” kata Banlaoi.

Banlaoi mengemukakan kelompok ekstremis yang telah terbentuk hampir lebih dari 20 tahun tersebut menjadikan setiap Presiden Filipina harus berkomitmen ganda tentang keamanan negara tersebut.

“Keamanan yang harus diperhatikan Presiden yang baru tidak hanya Laut Cina Selatan, namun Presiden yang baru juga harus memperhatikan keamanan dari  Filipina,” kata Banlaoi.

Beberapa waktu lalu menurut Antara, Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Lestari Priansari Marsudi mengatakan pada 4 Mei 2016 bahwa kondisi empat WNI tersebut dalam keadaan baik.

“Saat ini tersisa empat WNI yang masih dalam jeratan kelompok Abu Sayyaf, setelah sepuluh WNI bebas pada Maret lalu,” kata Retno. Keempatnya diketahui beridentitas Aryanto (kapten), Piter (chief officer), Dede (second officer) dan Samsir (juru mudi).  (davaotoday.com/cctv-america.com).

Editor : Eben E. Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home