Loading...
DUNIA
Penulis: Reporter Satuharapan 01:06 WIB | Sabtu, 07 Januari 2017

Pro Papua Merdeka Kibarkan Bendera Pasca Kisruh TNI-Australia

Ilustrasi: Bendera Bintang Kejora (Foto: The Guardian)

MELBOURNE, SATUHARAPAN.COM - Sebuah video berdurasi 2 menit 29 detik telah menjadi pemberitaan luas hari ini (6/1). Video itu menggambarkan seorang pria yang memanjat pagar Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di Melbourne, lalu mengibarkan bendera bintang kejora lambang Organisasi Papua Merdeka (OPM) di atap KJRI tersebut.

Selain itu ada pelaku kedua,  seorang perempuan, yang tidak masuk ke gedung, tetapi dia merekam momen pengibaran bendera tersebut dan mengunggahnya ke media sosial.

Peristiwa itu sekitar tengah hari waktu setempat.

Video itu diunggah oleh sebuah akun facebook pendukung Papua Merdeka yang menyebut diri Izzy Brown. Kalimat yang ia pergunakan untuk mengantarkan video tersebut seolah merupakan ejekan terhadap memanasnya hubungan

Salah satu foto yang pernah diunggah oleh Izzy Brown pada akun FB-nya. Izzy Brwon tampaknya adalah perempuan dalam gambar ini. (Foto: Facebook)


TNI-Australia pasca terungkapnya pemutusan latihan militer, dikarenakan adanya materi yang dianggap sensitif terkait Papua.

"Today the West Papuan Flag was seen on the roof of the Indonesian Embassy in Melbourne.. Maybe they took the Aus military training advice to heart... Papua Merdeka!," demikian teks pengantar video tersebut terbaca.

Ketika satuharapan.com menilik video di akun Izzy Brown, Facebook mencatat ia sudah dilihat sebanyak 8.100 kali, dibagikan sebanyak 90 kali dan mendapat 56 komentar.

Belum jelas siapa pengunggah video tersebut. Dalam profil akun FB-nya, disebutkan ia pernah menempuh pendidikan di Hutt Valley High School. Beberapa foto yang kemungkinan menggambarkan jatidiri pengunggah video, dapat dilihat pada akun FB tersebut. Salah satunya menunjukkan  seorang pria berkulit hitam bersama-sama dengan seorang perempuan berkulit putih dan dua orang anak kecil,  anak mereka. Berdasarkan penelusuran dan membandingkan dengan postingan lainnya,tampaknya Izzy Brown adalah perempuan dalam foto dimaksud, istri dari pria berkulit hitam tersebut.

Foto lainnya yang diunggah oleh Izzy Brown pada akun FB-nya. (Foto: Facebook)

Sedangkan pria yang mengibarkan bendera bintang kejora, tampak jelas adalah seorang pria berkulit putih dengan cambang dan janggut yang lebat. Tampaknya ia bukan pria yang menjadi suami pengunggah video.

Juru Bicara KBRI Canberra, Sade Bimantara, memberikan penjelasan lewat akun Twitternya tentang peristiwa itu. Mengacu pada penjelasannya kepada rappler.com yang ia tampilkan di akun Twitternya, Sade mengatakan bahwa pria yang mengibarkan bendera bintang kejora tersebut telah melakukan pelanggaran berupa trespassing atau penerobosan. "Saat ini sedang diselidiki oleh polisi federal dan polisi negara bagian Victoria,” kata Sade.

Sade menambahkan identitas pelaku sedang ditelusuri. Namun, menurut dia, bila dilihat dari profil di media sosial, pelaku diduga bukan warga Indonesia.

“Seluruh perwakilan Indonesia di Australia sudah berkoordinasi dan melakukan langkah-langkah peningkatan kewaspadaan serta pengamanan bersama dengan kepolisian dan otoritas terkait di Australia,” kata dia.

Dalam keterangannya yang lain dikatakan bahwa penerbosan ke kantor KJRI itu terjadi saat staf mengikuti salat Jumat.

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri,  Armanantha Nasir, mengatakan pemerintah mengecam keras tindakan itu. "Pemerintah mengecam keras tindakan kriminal yang dilakukan simpatisan kelompok separatis di KJRI Melbourne," katanya melalui pesan singkat, Jakarta, Jumat (6/1), seperti dilansir oleh tribunnews.com.

"Pemerintah RI telah menyampaikan protes kepada Pemerintah Australia dan meminta agar pelaku segera ditangkap dan dihukum secara tegas sesuai hukum yang berlaku," kata Armanatha.

Sementara itu terpisah dari peristiwa ini, seorang aktivis Papua Merdeka di Australia, Ronny Ato Bual Kareni, mengatakan sangat menyesalkan penghentian kerjasama militer TNI dengan Australia dikarenakan adanya materi pelatihan tentang Papua.

"Memasukkan materi itu dalam materi pelatihan sangat penting dan saya percaya hal itu adalah sesuatu yang oleh pemerintah Australia harus pertimbangkan untuk diimpelemtasikan dan diterjemahkan ke dalam kebijakan luar negeri," kata dia, dikutip dari sbs.com.au.

Ia mengatakan adalah memalukan bila pemerintah Indonesia melakukan penghentian latihan militer karena hal itu.

"Jika kita peduli pada hak asasi manusia, maka Indonesia harus memainkan peran yang lebih proaktif untuk mengetengahkan isu ini," kata dia.

Ia memuji tentara Australia yang memasukkan materi itu dalam pelatihan, namun ia juga menyerukan kepada pemerintah Australia untuk lebih menunjukkan posisi moral.

Editor : Eben E. Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home