Rusia Sebut Suriah Berunding dengan Oposisi
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM - Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, mengatakan bahwa pemerintah Suriah telah mengadakan pembicaraan dengan pihak oposisi menjelang pertemuan yang lebih luas yang mungkin akan diselenggarakan di Astana, Kazakhstan, menurut laporan kantor berita Interfax.
Namun Lavrov yang mengatakan pada hari Selasa (27/12) itu tidak mengatakan di mana pembicaraan saat ini dilakukan.
Presiden Rusia, Vladimir Putin, sebelumnya mengatakan bahwa Rusia, Iran, Turki dan Presiden Suriah, Bashar Al Assad, telah setuju untuk pertemuan yang akan dilakukan di ibu kota Kazakhstan. Kota itu harus menjadi tempat untuk perundingan perdamaian Suriah baru.
Pasukan pemerintah Suriah dalam beberapa bulan ini terus mendesak kelompok oposisi hingga menguasai kota Aleppo yang telah lebih dari empat tahun dikuasai oleh kelompok oposisi. Sekarang pasukan pemerintah menyerang wilayah Idlib untuk menguasai lebih banyak wilayah negara itu.
Perundingan pemerintah dan oposisi, kemungkinan karena pihak oposisi menjadi makin lemah, di mana dukungan Barat yang menjadi andalan mereka juga makin kurang jelas.
Kantor berita Rusia, RIA Novosti, mengutip sumber diplomatik yang tak disebutkan namanya, pada hari Selasa (27/12) yang mengatakan bahwa perwakilan militer Rusia dan Turki juga mengadakan konsultasi dengan oposisi Suriah di Ankara. Pertemuan itu untuk membahas bagaimana gencatan senjata nasional dilakukan dan dapat dipertahankan.
Berebut Pasokan Air
Sementara itu, tentara Suriah meningkat pemboman udara di lembah yang dikuasai pemberontak di barat laut kota Damaskus sejak pekan lalu. Serangan ini untuk merebut kembali daerah strategis di mana mata air utama terdapat dan merupakan penyedia sebagian besar kebutuhan air untuk ibu kota.
Tentara menembaki dan membombardir beberapa kota di Wadi Barada, lembah sekitar 18 kilometer dari Damaskus sejak Jumat lalu. Jalan menuju ke kota-kota di lembah dan tebing gunung yang mengelilingi daerah berada di bawah kendali elite Garda Republik dan kelompok militan Hizbullah dari Syiah Lebanon, kata warga.
"Mereka berusaha untuk mendorong kami untuk menyerah, dan kami tidak akan menyerahkan tanah kami," kata Abu Al Baraa, seorang komandan di Ahrar Al Sham, sebuah kelompok pemberontak di daerah itu.
Pemerintah Suriah yang didukung oleh kekuatan udara Rusia dan milisi yang didukung Iran, terus menekan oposisi bersenjata di sekitar ibu kota.
Selain sumber air utama di Wadi Barada, daerah itu terletak di jalan dari Damaskus ke perbatasan Lebanon yang digunakan sebagai jalur suplai bagi kelompok Hizbullah. Tentara Suriah menuding pemberontak mencemari air dengan bahan bakar diesel dan memotong pasokan air ke ibu kota.
Para pemberontak di daerah itu telah beberapa kali memotong pasokan air di masa lalu sebagai upaya menekan dan mencegah tentara menduduki daerah tersebut. Tapi mereka menyangkal keracunan air seperti yang mereka katakan.
Editor : Sabar Subekti
Petugas KPK Sidak Rutan Gunakan Detektor Sinyal Ponsel
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Petugas Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menggelar inspeksi mendadak di...