Loading...
BUDAYA
Penulis: Prasasta 15:56 WIB | Minggu, 14 Juli 2013

Sebagian Besar Warga Jepang Tak Rasakan Faedah Menikah

Sebagian Besar Warga Jepang Tak Rasakan Faedah Menikah
Ilustrasi tidak menikah (foto:gettyimages.com)
Sebagian Besar Warga Jepang Tak Rasakan Faedah Menikah

TOKYO, SATUHARAPAN.COM - Sebuah survei terbaru oleh salah satu lembaga riset jepang, dan ditampilkan oleh japantoday.com pada Sabtu (13/7) menunjukkan bahwa hampir sepertiga dari orang Jepang tidak mendapat faedah setelah melangsungkan pernikahan.

Japantoday.com mengindikasikan bahwa pernikahan telah lama merupakan masalah pokok masyarakat Jepang, dengan industri besar pernikahan seperti biro jodoh, dan wedding organizer. Namun, beberapa dekade terakhir telah melihat pergeseran standar sosial dan jumlah orang yang tinggal hidup sendiri diperkirakan akan tumbuh pesat dalam beberapa tahun mendatang. Hal ini dibuktikan dalam  survei yang dimuat majalah Joshi Spa! yang mengungkapkan bahwa 33,5% dari 37.610 responden mengatakan mereka tidak melihat manfaat dalam pernikahan.

Majalah Joshi Spa! menuliskan beberapa pendapat dari respondennya yang mengatakan, "aku benci anak-anak untuk selamanya dan saya tidak pernah berpikir bahwa saya ingin apapun, jadi aku agak merasa seperti tidak ada gunanya."
Responden lain mengatakan, "Jika anda lajang, anda dapat menggunakan uang sesuka anda, dan tidak peduli berapa banyak anda habiskan untuk hobi, tidak ada yang akan mengeluh. Tetapi jika Anda menikah, semua itu hilang, jadi saya benar-benar ingin bertanya, jujur, apakah ada manfaat untuk menikah?"

Joshi Spa! membagi survei ini menurut kelompok umur, dalam survei tersebut menunjukkan bahwa kelompok terbesar orang yang tidak tertarik dalam pernikahan berada di usia 30-an, dengan jumlah 40,5 persen kemudian 38 persen dari responden berusia remaja belasan tahun, kemudian 39,1 persen berusia 20 tahun-an, namun 35,9 persen responden di usia 40-an juga tertarik menikah.

Seperti yang diharapkan sebagian besar responden, kelompok yang lebih tua lebih mungkin untuk menemukan nilai dalam pernikahan. Namun, sulit untuk mengatakan apakah ini tanda perubahan permanen dalam pemikiran orang jepang, atau hanya mungkin berlaku untuk usia remaja, karena mereka yang berusia remaja mungkin memikirkan untuk menetap bersama orang tua.

Beberapa pendapat yang dikutip japantoday.com antara lain mengatakan bahwa tidak menguntungkan untuk menikah apabila hanya akan dirugikan secara ekonomis,

“Mungkin lebih baik untuk tidak menikah dengan orang yang berpikir tentang keuntungan dan kerugian. Kecuali Anda tidak keberatan hanya menjadi ATM.”

Pendapat yang lain menyatakan penyesalannya menikah karena setelah menikah tidak puas dengan pasangannya, tetapi tetap bertanggung jawab kepada keturunannya.

“Aku menikah, tapi, jujur, saya pikir lebih baik tidak. Kecuali untuk anak-anak ... Saya suka anak-anak saya.”

Editor : Yan Chrisna


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home