Loading...
BUDAYA
Penulis: Tunggul Tauladan 22:19 WIB | Selasa, 10 November 2015

Semangat Pahlawan dalam Bingkai Tarian Gatotkaca

Batara Narada sedang menimang Tetuko (Gatotkaca muda) saat melawan serbuan para raksasa pimpinan Sekipu. (Foto: Tunggul Tauladan)

YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM -- Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) kembali menghelat Festival Sendratari di Concert Hall, Taman Budaya Yogyakarta (TBY). Festival yang digelar pada Selasa (10/11) malam tersebut merupakan pagelaran ke-46.

Festival sendratari ke-46 kali ini mengambil tema “Lahirnya Gatotkaca”. Tema tersebut tampaknya disesuaikan dengan perhelatan festival yang jatuh tepat pada 10 November yang diperingati sebagai Hari Pahlawan. Tema atau lakon yang ditampilkan juga dipilih berdasarkan kisah heroisme seorang Gatotkaca sebagai salah satu ksatria dalam jagad pewayangan.

“Festival ini mengambil tema ‘Lahirnya Gatotkaca’ yang kebetulan digelar bertepatan dengan Hari Pahlawan. Mudah-mudahnya spirit-spirit heroik yang dimiliki oleh Gatotkaca itu juga menjadikan semangat kita untuk hidup dan mengabdi di DIY,” demikian disampaikan oleh Kepala Dinas Kebudayaan DIY, Drs. Umar Priyono, M.Pd dalam kata sambutan yang sekaligus membuka acara.

Lebih lanjut Umar menyampaikan bahwa perhelatan festival sendratari pada malam ini telah melalui proses panjang sehingga memunculkan 5 kontingen yang merupakan perwakilan dari 4 kabupaten dan 1 kotamadya yang berada di wilayah DIY. Proses panjang tersebut diharapkan mampu membuahkan hasil, satunya adalah pembinaan seni di DIY.

“Dengan cara ini sesungguhnya dinamika dan pembinaan berkesenian bisa berjalan dengan baik. Dengan cara ini juga kita bersama di dalam memajukan kebudayaan dalam kebersamaan. Artinya kalau itu bisa dilanjutkan, bisa dikembangkan dalam aspek dimensi pembangunan yang lain, sesungguhnya saiyeg saeko proyo (gotong-royong), di dalam proses pembangunan Yogyakarta itu bisa kita lakukan bersama,” ujar Umar Priyono.

Sebagai penutup Umar Priyono menggantungkan harapannya terhadap perhelatan pada malam ini. Umar berharap bahwa dengan adanya festival sendratari ini, maka akan memberikan dampak yang positif, khususnya bagi kemajuan kebudayaan di Yogyakarta.

Di sisi lain, Kepala TBY Drs. Dyah Tetuko Suryandaru menyampaikan apresiasi yang setinggi-tingginya terhadap penyelenggaraan festival ini. Menurut Dyah Tetuko, kegiatan ini sesungguhnya mampu membuka ruang terhadap pertumbuhan sendratari di Yogyakarta. Suntikan berupa ruang berkreasi dengan memberikan apresiasi berupa prestasi menjadi motivasi tersendiri bagi para seniman yang bergelut di dalamnya.

“Penyelenggaraan kegiatan ini untuk memberi ruang sendratari di Yogyakakarta. Dasarnya adalah kebutuhan memberi ruang dan dorongan atas pertumbuhan sendratari di Yogyakarta,” kata Dyah Tetuko.

Festival Sendratari AntarKabupaten-Kota Se-DIY digelar selama dua hari (10-11/11). Setiap kabupaten maupun kota menampilkan satu kontingen yang akan memperebutkan piala bergilir. Masing-masing kontingen menampilkan suguhan tari-tarian dengan tema yang sama, yaitu kelahiran ksatria bernama Gatotkaca.

Ksatria yang berjuluk “Otot kawat balung wesi” (otot yang terbuat dari kawat dan tulang dari besi) ini dikenal dengan segudang aksi heroik. Salah satu aksi heroik Gatotkaca tersaji dalam perang besar antara Pandawa dan Kurawa yang bertajuk Perang Bharatayudha.

Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home