Loading...
BUDAYA
Penulis: Moh. Jauhar al-Hakimi 06:06 WIB | Sabtu, 29 April 2017

'Slow Fashion Lab' Digelar di Ark Galerie

'Slow Fashion Lab' Digelar di Ark Galerie
Lukisan-lukisan batik surealis karya Arwin Hidayat dalam pameran 'Slow Fashion Lab' di Ark Galerie Jalan Suryodiningratan No. 36 A Yogyakarta, Jumat (28/4). (Foto-foto: Moh. Jauhar al-Hakimi)
'Slow Fashion Lab' Digelar di Ark Galerie
'Der Sekundantraum' (digital c-prints on diasec) karya Melati Suryodarmo.

YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Selama dua minggu Ark Galerie Yogyakarta menggelar pameran seni rupa "Slow Fashion Lab". Pameran yang dikuratori oleh oleh seniman tekstil, Aprina Murwanti mencoba menginspirasi pengunjung untuk melakukan aksi nyata yang berkesinambungan dalam produksi pakaian dan tekstil. Pameran ini menghadirkan hasil fashion yang berkesinambungan dari praktisi lokal dan tradisional Indonesia yang peduli lingkungan.

Perupa Arwin Hidayat dengan medium batik mengeksplorasi seni batik yang tradisi dengan kemungkinan-kemungkinan seni batik di masa kini, melalui karya batiknya dengan figur-figur aneh yang sepintas seperti lukisan surealis memenuhi bidang gambar. Ace House Collective dengan karyanya berjudul 'Zirah Pribadi Mandiri' memilih jaket dengan berbagai emblem (patches) yang menempel, sebagai bentuk representasi atas berlangsungnya pertarungan negosiasi identitas dalam keseharian masyarakat kontemporer Indonesia.

Melati Suryodarmo dalam seri karyanya 'Der Sekundantraum' mengenakan baju-baju sebanyak mungkin dari yang pernah ia pakai dalam sepanjang perjalanan hidupnya sebagai narasi konsumsi busana dalam hidup manusia.  Sementara seniman Theresia membicarakan tentang hal-hal privat dan domestik tentang fashion dalam karyanya 'Domestic Prints Series', XXLab melalui Soya C(o)u(l)ture mengusung tema yang secara langsung berhubungan dengan kampanye yang diusung dalam 'Slow Fashion Lab', yaitu fashion yang juga mempedulikan mikrosistem ekologis, melalui laboratori produksi tekstil dari limbah tahu.

Istilah fast fashion mengacu pada produksi dan sistem distribusi secara spesifik bagi busana/fashion yang diproduksi secara massal -umumnya meniru desain high end- dan dijual di seluruh dunia dengan harga rendah. Dengan bangkitnya industri fast fashion di dunia internasional,  Indonesia juga menghadapi  kerusakan fatal pada mikrosistem ekologis dan sumber airnya, disebabkan oleh limbah pewarna, penggunaan bahan beracun dan eksplorasi air berlebihan untuk produksi tekstil. Pameran 'Slow Fashion Lab' memperkenalkan alternatif yang bergaya dan berkesinambungan dari label, seniman dan desainer lokal.

Lewat pameran 'Slow Fashion Lab' para pengunjung diundang untuk merasakan, melihat dan belajar tentang alternatif yang berkesinambungan terhadap fast fashion dan ikut terlibat dalam budaya swakriya.

Selain pameran diselenggarakan juga rangkaian bincang seniman, pemutaran film “The True Cost” dan diskusi mengenai pewarna alami, pemberdayaan masyarakat melalui industri fashion, dan konsumsi garmen di industri fashion anak muda, serta workshop Soya C(o)u(l)ture.

Pameran yang merupakan bagian dari proyek “IKAT/eCUT – Textiles between Art, Design, Tradition, and Technology” oleh Goethe Institue Asia Tenggara, dibuka pada Jumat (28/4) malam dan akan berlangsung hingga tanggal 12 Mei 2017 di Ark Galerie Jalan Suryodiningratan No. 36 A Yogyakarta.

 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home