Loading...
HAM
Penulis: Prasasta Widiadi 14:10 WIB | Senin, 18 Juli 2016

Stigma Negatif Dapat Membunuh OHIDA Lebih Cepat

Ilustrasi: Suasana pra konferensi 21 st International AIDS Conference. (Foto: oikoumene.org).

DURBAN, SATUHARAPAN.COM – Konselor dari University of  Western Cape, Afrika Selatan, Faghmeda Miller menjelaskan stigma buruk terhadap penderita Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) berpotensi membunuh penderita AIDS dengan lebih cepat daripada Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang menggerogoti Orang yang Hidup dengan AIDS (OHIDA).

Tampil sebagai pemateri pada pra konferensi lintas iman tentang  AIDS (21 st Pre Conference  International AIDS Conference) di Durban, Afrika Selatan, hari Minggu (17/7), Miller mengemukakan sebagai salah satu orang yang memiliki kepedulian terhadap penderita AIDS, dia masih merasa diperlakukan tidak adil.

Menurut Miller, perlakuan dan stigma tidak adil yang diberlakukan masyarakat tertentu merupakan tekanan psikologis yang membuat OHIDA mengalami guncangan jiwa dan tidak memiliki rasa percaya diri untuk kembali hadir di tengah masyarakat, dan cenderung mengucilkan diri.

“Stigma buruk dapat membunuh lebih cepat daripada penyakit itu sendiri,” kata Miller.

Dia mengingatkan pemuka agama dimanapun juga harus memberikan pengertian yang benar tentang AIDS. “Kita jangan meneruskan lagi kebiasan memberi stigma buruk terhadap orang yang hidup dengan AIDS (OHIDA), karena OHIDA sebenarnya dapat hidup lebih lama bila tidak ada stigma buruk,” kata dia.

Dalam kesempatan yang sama seorang OHIDA asal Rwanda, Nadege Uwase Munyaburanga menceritakan sejak berusia 16 tahun dia positif dinyatakan mengidap AIDS.

Dia menuturkan tetap menjalin relasi dengan baik dengan orangtuanya, dan tidak mengucilkan diri. “Saya mencoba meraih mimpi saya sebagai ilmuwan, dan tidak menghiraukan label sebagai orang yang hidup dengan HIV,” kata dia.

Aktivis dari Young Woman Christian Association (Asosiasi Perempuan Muda Kristen) ini mengatakan sejak lama dia mengajak banyak generasi muda yang hidup dengan AIDS maupun tidak untuk sama-sama berbuat dan berpikir positif, karena menurut dia, sebuah lingkungan sosial yang mau menerima OHIDA merupakan salah satu kunci meningkatkan kualitas dan kapasitas hidup OHIDA.

Kegiatan prakonferensi 21 st International AIDS Conference berlangsung 16-17 Juli di Durban, Afrika Selatan. Konferensi akan berlangsung 18-22 Juli di tempat yang sama.

Beberapa waktu lalu, anggota dari Jaringan Internasional Pemimpin Agama yang Hidup dengan atau Secara Pribadi Terkena HIV atau AIDS (International Network of Religious Leaders Living with or Personally Affected by HIV or AIDS / INERELA), Phumzile Mabizela, menekankan bahwa memahami tentang persebaran HIV  dan penyakit AIDS di tingkat keluarga, maka kepala keluarga harus memahami latar belakang budaya dan isu yang terkait seputar HIV-AIDS di negara tersebut.

Selain itu, Mabizela mengatakan kepala keluarga, baik ayah maupun ibu, apabila mengajarkan tentang seksualitas harus memisahkan antara hal yang bersifat religi dan hal yang bersifat jasmani.  (oikoumene.org)

Editor : Diah Anggraeni Retnaningrum


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home