Loading...
EKONOMI
Penulis: Sabar Subekti 07:10 WIB | Senin, 03 Agustus 2020

Suriah: Perusahaan Minyak Amerika Teken Perjanjian dengan SDF Pimpinan Kurdi

Sebuah kendaraan militer Amerika Serikat, bagian dari konvoi yang datang dari Irak utara, melewati sebuah sumur minyak di pedesaan kota Qamishli di timur laut Suriah pada Oktober 2019. (Foto: dok. AFP)

DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Kementerian luar negeri Suriah mengatakan pada hari Minggu (2/7) bahwa perusahaan minyak Amerika Serikat telah menandatangani perjanjian dengan Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang dipimpin Kurdi yang mengendalikan ladang minyak timur laut dalam apa yang digambarkan sebagai kesepakatan ilegal yang bertujuan "mencuri" minyak mentah Suriah.

Sebuah pernyataan kementerian, yang dipublikasikan di kantor berita pemerintah Suriah, SANA, tidak menyebutkan nama perusahaan yang terlibat dalam kesepakatan dengan SDF, aliansi dalam merebut wilayah Suriah utara dan timur dari ISIS dengan bantuan AS.

Belum ada tanggapan langsung dari pejabat SDF terhadap permintaan komentar, dan juga belum ada komentar langsung dari para pejabat AS pada hari Minggu.

Seorang senator dan Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo, merujuk pada kesepakatan ladang minyak antara SDF dan perusahaan AS selama sidang Komite Hubungan Luar Negeri Senat pada hari Kamis lalu, menurut Reuters.

Senator dari Partai Republik, Lindsey Graham, mengatakan selama komite mendengar bahwa Komandan Umum SDF, Mazloum Abdi, memberitahunya bahwa kesepakatan telah ditandatangani dengan perusahaan Amerika untuk "memodernisasi ladang minyak di timur laut Suriah," dan bertanya kepada Pompeo apakah pemerintah mendukungnya.

"Ya," jawab Pompeo dalam audiensi yang disiarkan langsung oleh PBS. "Kesepakatan itu memakan waktu sedikit lebih lama... daripada yang kita harapkan, dan sekarang kita dalam implementasi."

Damaskus "mengecam keras perjanjian yang ditandatangani antara milisi Al-Qasd (SDF) dan perusahaan minyak Amerika untuk mencuri minyak Suriah di bawah sponsor dan dukungan dari pemerintah Amerika," kata pernyataan Suriah disiarkan SANA. "Perjanjian ini batal demi hukum dan tidak memiliki dasar hukum."

Suriah memproduksi sekitar 380.000 barel minyak per hari sebelum perang saudara meletus menyusul tindakan keras terhadap protes pada tahun 2011. Iran dan Rusia mendukung pemerintah Presiden Bashar Al-Assad dan Amerika Serikat yang mendukung oposisi.

Damaskus kehilangan kendali atas sebagian besar ladang penghasil minyak di kawasab timur Sungai Efrat di Deir Al-Zor. Sanksi Barat juga menghantam industri energi negara itu.

Presiden AS, Donald Trump, mengatakan bahwa meskipun ada penarikan militer dari timur laut Suriah, sejumlah kecil pasukan Amerika akan tetap berada "di mana mereka memiliki minyak". Pentagon mengatakan akhir tahun lalu bahwa pendapatan ladang minyak akan masuk ke SDF.

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home