Loading...
DUNIA
Penulis: Sabar Subekti 07:34 WIB | Minggu, 21 Februari 2021

Taiwan Dakwa Empat Pensiunan Perwira Militer dalam Kasus Spionase untuk China

Seorang pilot bersiap untuk lepas landas dengan F-CK-1 Ching-kuo Indigenous Defense Fighter (IDF) di pangkalan Angkatan Udara di Tainan, Taiwan, pada 26 Januari 2021. (Foto: dok Reuters)

TAIPEI, SATUHARAPAN.COM-Empat pensiunan perwira intelijen militer Taiwan, termasuk seorang mayor jenderal, didakwa melakukan kegiatan mata-mata untuk China, kata jaksa penuntut umum, hari Sabtu (20/2).

Kuartet itu dituduh mengembangkan jaringan mata-mata dan mengumpulkan informasi rahasia untuk Beijing, kata kantor kejaksaan distrik Taipei.

Kedua belah pihak telah memata-matai satu sama lain sejak kelompok Nasionalis melarikan diri ke pulau itu untuk membentuk pemerintah saingan pada tahun 1949, setelah kalah dalam perang saudara di daratan melawan kaum komunis.

China mengklaim Taiwan yang memiliki pemerintahan sendiri dan demokratis sebagai bagian dari wilayahnya, dan menunggu reunifikasi, dengan kekerasan jika perlu.

Dua mantan kolonel Taiwan direkrut oleh seorang pejabat keamanan nasional China di Provinsi Guangdong, di wilayah selatan, kata pengacara pemerintah, dan telah memperkenalkan beberapa rekannya kepada pejabat tersebut sejak 2012.

Di antara mereka yang diduga diperkenalkan adalah mantan mayor jenderal, yang diidentifikasi dengan nama keluarganya Yueh.

Yueh menerima uang tunai, hadiah dan tamasya gratis selama beberapa perjalanan ke daratan China dan Makau, dan bekerja untuk merekrut petugas lain untuk "mengembangkan jaringan intelijen" untuk Beijing, kata jaksa.

Terdakwa "menyadari kebuntuan antara negara kami dan komunis China... tetapi mereka menginginkan keuntungan ilegal seperti yang (ditawarkan oleh China) untuk melakukan bisnis di sana, hadiah finansial dan perjalanan gratis," kata jaksa dalam sebuah pernyataan.

Mereka menghadapi dakwaan di bawah undang-undang keamanan nasional dan undang-undang kerja intelijen nasional.

Beijing telah meningkatkan tekanan terhadap Taipei sejak terpilihnya Presiden Tsai Ing-wen tahun 2016, termasuk karena dia menganggap Taiwan sebagai negara yang secara de facto berdaulat.

Pada bulan Oktober, pengadilan Taiwan menghukum seorang letnan kolonel empat tahun penjara, karena dia memata-matai untuk Beijing, seperti dilaporkan media pemerintah China tentang tindakan keras terhadap "ratusan" kasus spionase yang terkait dengan Taiwan, dan menangkap "sekumpulan mata-mata Taiwan dan kaki tangannya".

CCTV, televisi milik China juga menyiarkan empat "pengakuan" di televisi oleh warga Taiwan yang ditahan di bawah sistem peradilan China yang tidak jelas. Beberapa warga Taiwan telah menghilang di dalam tahanan China karena dituduh melakukan berbagai kejahatan anti terhadap negara dalam kasus-kasus yang menyebabkan protes di dalam negeri. (AFP)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home