Loading...
EKONOMI
Penulis: Diah Anggraeni Retnaningrum 10:48 WIB | Kamis, 01 Januari 2015

Taman Sari Gua Sunyaragi Cirebon Kembali Dipercantik

Taman Sari Gua Sunyaragi Cirebon Kembali Dipercantik
Salah satu gua yang ada di Taman sari Gua Sunyaragi Cirebon. Gua pengawal merupakan tempat berkumpul para pengawal Sultan. (Foto-foto: Diah A.R)
Taman Sari Gua Sunyaragi Cirebon Kembali Dipercantik
Pemerintah menganggarkan Rp 2,5 miliar untuk mempercantik kawasan sekitar Gua Sunyaragi dengan mengganti pagar, memotong rumput, memperbaiki pendopo yang sudah rusak dimakan usia.
Taman Sari Gua Sunyaragi Cirebon Kembali Dipercantik
Bangsal Jinem merupakan tempat Sultan memberikan wejangan kepada para prajurit dan melihat prajurit berlatih perang.
Taman Sari Gua Sunyaragi Cirebon Kembali Dipercantik
Gua Peteng sebagai tempat nyepi untuk kekebalan tubuh. Di depan gue tersebut ada patung Perawan Sunti yang memiliki mitos bahwa jika ada seorang gadis yang memegang patung tersebut akan sulit mendapatkan jodoh.

CIREBON, SATUHARAPAN.COM – Taman Sari Gua Sunyaragi Cirebon akhirnya direnovasi setelah kurang lebih 30 tahun tidak mengalami perawatan. Kini salah satu cagar budaya kota Cirebon tersebut makin cantik dan terlihat lebih bersih setelah pemerintah daerah kota Cirebon mengganti pagar pembatas dan membersihkan batu-batu karang yang merupakan bahan  utama dari bangunan candi tersebut.

“Gua Sunyaragi ini mulai dibersihkan dan diganti pagar pembatasnya mulai bulan November 2014,” kata salah satu pemandu wisata di Taman Sari Gua Sunyaragi Nur Mas Argadi Kusuma kepada satuharapan.com di kompleks Taman Sari Gua Sunyaragi Cirebon, Rabu (31/12).

“Dananya di dapat dari pemerintah dan yang mengusulkan untuk merenovasi adalah Sultan Keraton Kasepuhan Sultan Sepuh XIV PRA Arief Natadiningrat. Kira-kira untuk Gua Sunyaragi sendiri menghabiskan dana sekitar Rp 2,5 miliar.”

Dia mengatakan bahwa tidak hanya Gua Sunyaragi namun Keraton Kanoman, Keraton Kasepuhan, Keraton Kacirebonan, Masjid Agung Sang Cipta Rasa dan Makam Sunan Gunung Jati yang juga ikut direnovasi.

Nur menyatakan bahwa karena gua ini sudah dilindungi oleh Dinas Purbakala, maka bangunannya tidak boleh banyak diubah dan hanya memperbaiki yang rusak saja. “Batu-batu yang ada di sini pun hanya disemprot saja untuk menghilangkan lumutnya.”

Minim Perhatian Pemerintah

Taman Sari Gua Sunyaragi Cirebon ini baru tiga kali direnovasi yaitu pada tahun 1937 oleh pemerintah kolonial Belanda, 1976 oleh Direktorat Perlindungan dan Pembinaan Sejarah dan Purbakala dan Direktorat Jenderal Kebudayaan. Tahun 2014 adalah ketiga kalinya bangunan bersejarah ini direnovasi.

Awalnya Gua Sunyaragi ini dikelola oleh pihak Keraton Kasepuhan, kemudian sekitar tahun 1976 diambil alih oleh pemerintah daerah selama kurang lebih 20 tahun. Pada tahun 1997 pengelolaan Gua Sunyaragi diserahkan kembali dari pemerintah kepada Keraton Kasepuhan.

Nur mengatakan selama dua tahun dia bertugas di Gua Sunyaragi, dalam satu bulan pihak manajemen hanya mampu menghasilkan uang sebanyak Rp 1,5 juta per bulan, akumulasi dari biaya tiket masuk pengunjung sebesar Rp 8.000.

"Uang Rp 1,5 juta itu pun dibagi menjadi empat bagian yaitu untuk Sultan, pegawai yang bertugas di sini, biaya operasional dan biaya pemeliharaan. Berbeda dengan keraton yang mampu menghasilkan uang sebanyak Rp 1,5 juta per hari."

“Selama ini kami bertahan hanya dari hasil tiket yang kami jual,” kata Nur.

Namun, setelah direnovasi dan masuk masa liburan di bulan Desember 2014 ini, Gua Sunyaragi mampu menghasilkan Rp 21 juta per hari. Selain itu dia mengatakan bahwa salah satu kereta Keraton yang kini dipindah ke Gua Sunyaragi merupakan salah satu faktor pendorong meningkatnya pendapatan Taman Sari Gua Sunyaragi tersebut.

Sejarah Singkat Gua Sunyaragi

Gua Sunyaragi adalah gua yang berlokasi di kelurahan Sunyaragi, Kesambi, Kota Cirebon yang terdapat bangunan mirip candi yang disebut Gua Sunyaragi, atau Taman Air Sunyaragi, atau sering disebut sebagai Tamansari Sunyaragi.

Nama "Sunyaragi" berasal dari kata "sunya" yang artinya adalah sepi dan "ragi" yang berarti raga, keduanya adalah bahasa Sanskerta. Tujuan utama didirikannya gua tersebut adalah sebagai tempat beristirahat dan meditasi para Sultan Cirebon dan keluarganya.

Sejarah berdiri gua Sunyaragi memiliki dua buah versi, yang pertama adalah berita lisan tentang sejarah berdirinya Gua Sunyaragi yang disampaikan secara turun-temurun oleh para bangsawan Cirebon atau keturunan keraton. Versi tersebut lebih dikenal dengan sebutan versi Carub Kanda.

Kemudian, versi yang kedua adalah versi Caruban Nagari yaitu berdasarkan buku Purwaka Caruban Nagari tulisan tangan Pangeran Kararangen atau Pangeran Arya Caribon tahun 1720. Sejarah berdirinya gua Sunyaragi versi Caruban Nagari adalah yang digunakan sebagai acuan para pemandu wisata gua Sunyaragi. Menurut versi ini, Gua Sunyaragi didirikan tahun 1703 Masehi oleh Pangeran Kararangen, cicit Sunan Gunung Jati.

Menurut Caruban Kandha dan beberapa catatan dari Keraton Kasepuhan, Tamansari dibangun karena Pesanggrahan Giri Nur Sapta Rengga berubah fungsi menjadi tempat pemakaman raja-raja Cirebon, yang sekarang dikenal sebagai Astana Gunung Jati.

Hal itu dihubungkan dengan perluasan Keraton Pakungwati (sekarang Keraton Kasepuhan Cirebon) yang terjadi pada tahun 1529 M, dengan pembangunan tembok keliling keraton, Siti Inggil, dan lain-lain. Sebagai data perbandingan, Siti Inggil dibangun dengan ditandai candrasengkala Benteng Tinataan Bata yang menunjuk angka tahun 1529 M.

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home