Tanpa El Nino Bumi Terus Menghadapi Pemanasan
WASHINGTON, SATUHARAPAN.COM – Bumi, tahun lalu tidak seperti tahun 2016, tapi menempati urutan kedua atau ketiga, bergantung pada siapa yang menghitung.
Menurut para ilmuwan, hal itu menunjukkan tanda, bahwa pemanasan global adalah perbuatan manusia, karena tahun 2017 juga merupakan tahun terpanas, yang pernah mereka lihat walaupun tanpa El Nino yang meningkatkan suhu secara alami.
Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional dan kantor meteorologi Inggris, pada hari Kamis (18/1) mengumumkan, tahun 2017 adalah tahun terpanas ketiga yang tercatat. Pada saat yang sama, NASA dan peneliti dari sebuah lembaga nirlaba di Berkeley, California, menyebutnya yang kedua.
Perhitungan yang sedikit berbeda lembaga-lembaga tersebut, karena ada kesenjangan dalam data, ketika mereka menghitung Arktik yang terlalu panas.
Suhu rata-rata global pada tahun 2017 adalah 14,7 derajat celsius (58,51 derajat fahrenheit), yaitu 0,84 celsius (1,51 derajat fahrenheit) di atas rata-rata abad ke-20, di bawah tahun 2016 dan 2015, kata NOAA. Lembaga lain meghitung dengan perbedaan yang tidak jauh namun tidak sama persis.
Sebelumnya, prakirawan Eropa mengatakan, 2017 tahun terpanas kedua, sementara Badan Meteorologi Jepang menyebutnya sebagai terpanas ketiga. Dua kelompok ilmiah lain yang menggunakan satelit, Organisasi Meteorologi Dunia Perserikatan Bangsa-Bangsa menyebut 2017 sebagai tahun terpanas kedua sama dengan tahun 2015.
"Ini adalah perubahan iklim yang disebabkan oleh perbuatan manusia," kata ahli kimia pemenang Hadiah Nobel Mario Molina dari University of California San Diego.
Tahun mana yang pertama, kedua atau ketiga tidak terlalu penting, kata ilmuwan iklim Princeton University Gabriel Vecchi. Yang sebenarnya penting adalah tren menunjukkan pemanasan yang jelas, katanya.
NOAA: Lima Tahun Terpanas Telah Dimulai Sejak Tahun 2010.
Selama musim El Nino, telah terjadi pemanasan di Pasifik tengah, yang mengubah cuaca di seluruh dunia, dan meningkatkan suhu dunia, tentu saja, dua derajat, kata para ilmuwan. Terlebih kuatnya musim El Nino di tahun 2015 dan 2016.
Pada tahun 2017 El Nino selesai, dan digantikan dengan La Nina, yang mampu menurunkan suhu. Namun, jika tidak ada pemanasan yang dibuat oleh manusia, sebenarnya akan rata-rata atau sedikit lebih dingin dari biasanya, kata ilmuwan iklim Pusat Penelitian Atmosfer Nasional Ben Sanderson.
Pada sisi lain, NASA telah menghitung jika tidak ada kontribusi suhu El Nino dan La Nina dari data global selama bertahun-tahun, suhu di bumi selama tahun 2017 tentu akan turun.
Ilmuwan iklim NASA, Gavin Schmidt mengatakan, polusi karbon seperti menempatkan Bumi pada eskalator kenaikan suhu, gunung berapi seperti melompat naik atau turun satu atau dua langkah pada eskalator tersebut, kata para ilmuwan. Tren selama bertahun-tahun akan mengalami kenaikan suhu, kata mereka.
Bahkan ilmuwan iklim Northern Illinois University Victor Gensini, tidak pernah hidup melalui tahun yang selalu lebih panas dari biasanya.
"Saya melihat gambar-gambar musim dingin yang hebat dari akhir tahun 1970-an dari orang tua saya dan bertanya-tanya apakah saya akan pernah mengalami hal seperti itu seumur hidup saya," kata Gensini, yang berusia 31 tahun. (Voanews.com)
Editor : Sotyati
Satu Kritis, Sembilan Meninggal, 1.403 Mengungsi Akibat Erup...
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Sebanyak 1.403 korban erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki di Flores Timur, N...