Loading...
BUDAYA
Penulis: Kris Hidayat 11:35 WIB | Jumat, 05 Juli 2013

TITIK TERANG, Sidang Rakyat Dimulai: Pentas tentang Perlawanan Atas Bobroknya Situasi

TITIK TERANG, Sidang Rakyat Dimulai: Pentas tentang Perlawanan Atas Bobroknya Situasi
Titik Terang, Sidang Rakyat Dimulai, produksi Satu merah Panggu. (foto: Kris Hidayat)
TITIK TERANG, Sidang Rakyat Dimulai: Pentas tentang Perlawanan Atas Bobroknya Situasi
Para pemain dan pendukung pertunjukan di akhir acara.
TITIK TERANG, Sidang Rakyat Dimulai: Pentas tentang Perlawanan Atas Bobroknya Situasi
Anak-anak muda menonton pertunjukan.

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - "Titik terang, Sidang Rakyat Dimulai", sebuah pentas teater yang mengangkat tema perlawanan atas hilangnya kedaulatan rakyat, gurita mafia korupsi dan hegemoni kekuasaan. Pertunjukkan ini berlangsung di Graha Bhakti Budaya,  Taman Ismail Marzuki, Jakarta (3-6/7) dan diproduksi oleh Teater Satu Merah Panggung dengan sutradara Ratna Sarumpaet.

Pesan  yang disampaikan pementasan ini disimpulkan dangan  kalimat penutup pertunjukan, "Keberadaan mereka tidak mungkin lagi kau sulap jadi NOL.  Mereka akan terus membesar dan mengepung ideologimu dengan hanya satu kata, Lawan!"

Pertunjukan teater ini dimulai dengan penampilan anak-anak paduan suara the Voice of Indonesia yang bernyanyi tentang harapan dan mimpi-mimpinya. Sepenggal syairnya berbunyi, "Berikan kami titik terang, bukakan kami jalan benderang. Kekasih hati, genggam tanganku, tatap mataku, menembus pusat jantungku." Lagu ini pengikat tema yang berulang-ulang dinyanyikan para pemain.

"Titik Terang, Sidang Rakyat Dimulai” berbicara tentang kehidupan manusia di sebuah negeri yang memiliki kepelikan persoalan sangat sempurna, dengan kebuntuhan yang juga sangat sempurna.

Ratna Sarumpaet, sebagai sutradara tidak memperhalus-halus kata, sebagai mana karya-karya Ratna yang lain. Titik Terang tidak menyembunyikan persoalan dalam lelucon atau sindiran, tapi dengan lugas mempersoalkan ketimpangan, ketidak adilan dan penghianatan pada kemanusiaan.

Menolak Putus Harapan

Penggambaran berbagai peristiwa kemiskinan, petani yang terampas tanahnya, perdagangan manusia sebagai tenaga kerja migran, mafia perbankan, hingga persoalan narkoba yang merenggut generasi muda dipaparkan dengan gamblang.

Teuku Rufnu Wikana memerankan mantan aktivis yang anaknya terjerat kasus narkoba. Atiqah Hasiholan, sebagai pemapar tokoh pelacur, dan Maryam Supraba sebagai seorang putri koruptor yang dicinta oleh Rio Dewanto sang penggagas Sidang Rakyat. Tokoh-tokoh yang memaparkan keberadaan sebuah "generasi tawuran" digambarkan dengan sosok Arma yang memilih bunuh diri karena meratap, menanggung malu sebagai anak koruptor.

Melalui "Sidang Rakyat", drama sosial-politik ini mengupas persoalan-persoalan pelik bangsa di balik semakin buruknya situasi Indonesia seperti pengkhianatan pada konstitusi, pelanggaran kedaulatan rakyat, termasuk kasus bank Century.

Sidang Rakyat dalam pertunjukan teater ini bahkan mengadili para petinggi negara dalam kasus mega korupsi yang dalam kenyataan tak kunjung tuntas di tangan KPK.

Penonton disuguhi cerita kehidupan manusia yang dipentasakan dengan kesunyian, nyanyi dan jerit anak-anak, kekecewaaan pelacur yang mempertanyakan moralitas bangsa, tari-tarian amarah rakyat, tangis putri koruptor, dan diakhiri pesan moral perlawanan sang penggagas.

Ratna Sarumpaet, memilih hadir di panggung sebagai seorang Ibu renta usia. Namun dia menolak putus harap, menggiring penonton bahwa ada “Titik Terang” yang harus dikejar, ada perenungan nurani yang harus ditempuh. Atas paparan bobroknya moral dan peliknya hidup menjadi rakyat yang seharusnya berdaulat, dia menuliskan, "Jadi jangan lari, meski perihnya tak terhingga, karena inilah bentuk revolusi paling sejati."

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home