Loading...
OLAHRAGA
Penulis: Moh. Jauhar al-Hakimi 23:18 WIB | Selasa, 19 Juni 2018

Ujian Kamar Ganti Spanyol

Jelang Pertandingan Iran vs Spanyol
Pertandingan kesebelasan Iran melawan Amerika Serikat pada Piala Dunia 1998. (Foto: en.prothomalo.com)

 SATUHARAPAN.COM - Jauhkan sepakbola dari politik, kalimat ini sempat menyeruak ketika sepakbola digunakan propaganda untuk sebuah bangsa tertentu. Sepakbola yang menuntut untuk berlaku fair sudah sewajarnya jauh dari kepentingan politik. Sportivitas, inilah semangat yang selalu dikobarkan dalam setiap penyelenggaraan turnamen-kompetisi sepakbola.

Meskipun tidak sempat menjadi sebuah euforia, kemenangan kesebelasan Iran melawan Amerika Serikat pada PD 1998 disambut gegap gempita pendukungnya baik di dalam negeri Iran maupun di luar negeri. Kemenangan tersebut menandai awal baru hubungan Iran-AS. Di lapangan hijau pemain kedua kesebelasan bermain secara sportif dan menerima hasil dengan lapang dada. Sepakbola bisa mencairkan hubungan dua bangsa yang kerap bersitegang dalam ranah politik.

Sepakbola Iran di mata kolega Eropanya mendapat tempat tersendiri. Banyak pemain bertalenta yang menjadi pemain kunci pada klub-blub besar Eropa. Ali Daei sempat memperkuat klub raksasa Jerman Bayern Munchen. Bersama Daei gelandang Mehdi Mahdavikia, Khodadad Azizi dan Karim Bagheri, pun menjadi pemain penting di klubnya. Sayangnya setelah Mahdavikia, Iran seolah krisis pemain bertalenta. 

Upaya Carlos Queiroz memanggil pemain diaspora Iran di luar negeri adalah gambaran tidak terlalu berjalannya regenerasi di tubuh timnas Iran. Beruntung langkah Queiroz mampu memacu pemain-pemain muda Iran untuk lebih berprestasi. Setidaknya Iran saat ini memiliki pemain muda Madjid Hosseini, Taremi, Azmoun, Gholizadeh, yang turut dibawa Queiroz ke Rusia.

Meskipun beberapa pemain muda, pelatih Julen Lopetegui mewarisi DNA kesebelasan juara yang dibangun pelatih sebelumnya: Aragones dan Vicente del Bosque. Kesulitan Lopetegui bukanlah meracik strategi permainan, namun lebih bagaimana dia mampu membangun suasana di kamar ganti yang kondusif bagi skema permainan yang disusunnya. 

Bagaimanapun kesebelasan Spanyol saat ini diisi dengan pemain-pemain bintang yang telah memberikan kontribusi bagi klub yang dibelanya maupun bagi negara Spanyol. Bukan perkara mudah menyatukan individu-individu bertalenta dengan prestasi yang telah dicapainya. Pemanggilan kembali pemain senior Andreas Iniesta adalah gambaran bagaimana Lopetegui berusaha mencari figur yang mampu menyatukan pemain Spanyol baik di lapangan maupun luar lapangan.

Faktor non-teknis inilah yang harus diselesaikan oleh Lopetegui sejak di kamar ganti pemain. Selebihnya hampir setiap pemain Spanyol sudah memahami strategi apa yang sedang dimainkan serta peran apa yang harus disandangnya. Pemecatan Lopetegui beberapa hari menjelang PD 208 menjadi kerugian terbesar bagi Spanyol. Artinya mereka tidak bisa membangun kolektivitas tim sejak kamar ganti dengan maksimaml.

Sebagaimana tim-tim unggulan Argentina, Belgia, Brasil, Jerman, seluruh lini kesebelasan Spanyol diisi pemain-pemain yang kenyang pengalaman baik pemain senior maupun talenta mudanya.

Tiki-taka vs jogo bonito Asia

Setelah pada pertandingan pertama menghadapi timnas Portugal, pada pertandingan kedua fase grup B Lopetegui menghadapi kesebelasan dengan gaya permainan yang sama. Di tangan Queiroz sedikit banyak gaya permainan ala jogo bonito diterapkan pada kesebelasan Iran.

Meskipun sudah tidak menangani Portugal, pada November 2010 skuad warisan Querioz mampu mengalahkan Spanyol dalam sebuah pertandingan persahabatan dengan 4 gol tanpa balas. Dalam hal materi pemain, tidak fair membandingkan Iran dengan Portugal, namun Querioz tentu punya formula untuk menahan permainan Spanyol. Setidaknya pada PD 2010 Querioz mampu menyulitkan Spanyol di babak 16-besar. Ketika itu Spanyol 'hanya' mampu mengalahkan Portugal yang ditangani Queiroz dalam pertandingan yang cukup ketat dengan skor 1-0.

Membandingkan komposisi pemain kesebelasan Spanyol dengan Iran, hampir di semua lini Spanyol memiliki materi pemain yang mampu mengimbangi gaya permainan Iran. Barisan pertahanan Spanyol yang dikomandani Ramos bersama Carvajal, Pique, dan Alba rasanya masih terlalu tangguh untuk bisa ditembus barisan penyerang Iran Azmoun-Taremi-Dejagah.

Kreativitas Iniesta-Busquets-Thiago pun rasanya sulit untuk diimbangi gelandang Ghoddos, Ghoochannejhad. Bukti ketangguhan gelandang Spanyol bisa dilihat pada partai persahabatan menjelang PD 2018. Juara bertahan Jerman ditahan imbang 1-1, begitupun dengan Rusia dengan skor 3-3. Argentina yang bermaterikan pemain bertalenta tinggi dipaksa menelan kekalahan 6 gol tanpa balas. Meski begitu Spanyol masih belum mampu menunjukkan permainan terbaiknya. Melawan Swiss mereka hanya mampu bermain imbang 1-1.

Menghadapi Iran di pertandingan kedua, kesebelasan Spanyol tentunya ingin mendapatkan hasil yang maksimal setelah pada laga pertama terluka akibat tiga gol Christiano Ronaldo ke gawang De Gea. Hattrick CR7 menjadi bukti bagaimana lemahnya seluruh lini Spanyol yang datang sebagai salah satu tim unggulan. Begitu tidak terorganisirnya permainan Spanyol membuat CR7 bisa leluasa bergerak pada lini pertahanan yang dijaga Pique dan Ramos.

Meskipun tidak bisa dipandang sebelah mata, kemampuan skuad Spanyol di atas kertas akan mampu mengatasi kesebelasan Iran. Pada dua pertandingan fase grup B Spanyol akan tancap gas untuk melempangkan langkahnya lolos dari fase grup. Hanya yang harus diingat, Iran telah memiliki tiga poin dari pertandingan pertamanya. Tentu mereka tidak ingin mendapatkan hasil satu poin ataupun kalah, karena dengan mengalahkan Spanyol di ajang bergengsi Piala Dunia bukan sekedar rekor prestise namun juga sejarah baru lolos fase grup. Dan CR7 yang pernah diasuh Queiros telah memberikan "bocoran" sisi lemah mana dari Spanyol yang bisa ditembus, terlebih ketika saat ini Spanyol bisa dikatakan menjalani PD 2018 sebagai sebuah kesebelasan yang terluka: kehilangan nahkoda di kamar ganti dan di lapangan, serta dibuat babak belur oleh satu orang yang menjadi musuh bebuyutannya "CR7".

Bagi Queiros inilah ladang pembuktian bagi dirinya di ajang bergengsi PD. Mampu menahan permainan tim favorit juara Spanyol akan menjadi semangat bagi tim yang dilatihnya. Inilah kesempatan Iran untuk menorehkan kembali pencapaian mengalahkan tim-tim besar. Di ajang PD selalu ada kejutan dari tim-tim kecil. Pada PD 1990 Argentina sebagai juara bertahan merasakan bagaimana pahitnya dikalahkan Kamerun pada pertandingan pembuka. Dalam semangat yang sama kesebelasan Iran punya modal untuk bermain lebih lepas saat menghadapi Spanyol.

Jadwal pertandingan

Pejumpaan kesebelasan Iran pada fase grup B melawan timnas Spanyol akan berlangsung  di Kazan Arena, Kazan pada Rabu (20/6) pukul 21.00 waktu setempat atau Kamis (21/6) pukul 01.00 WIB.

Perkiraan susunan pemain:

Iran (4-4-2) : Beiranvand (gk), Rezaeian, Montazeri, Mohammadi, Hosseini, Hajsafi, Dejagah, Ghoddos, Ghoochannejhad/Ebrahimi, Azmoun, Taremi. | pelatih: Carlos Queiroz

Spanyol (4-3-3) : De Ghea (gk), Carvajal, Ramos, Pique, Jordi Alba/Azpilicueta, Iniesta, Busquets/Koke, Thiago, Asensio/D. Silva, Costa, Isco.| caretaker pelatih: Hiero

 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home