Loading...
RELIGI
Penulis: Eben E. Siadari 09:51 WIB | Sabtu, 24 Oktober 2015

Umat Kristen Roma: Kristus Menghendaki Kami Mengasihi Pengungsi Muslim

Deno Nikolic dan istrinya, Biljana Nikolic di rumah mereka (Foto: Julian Melchior/ The Asian Wall Street Journal)

VUKOVAR, SATUHARAPAN.COM - Umat Kristen Roma di Kroasia percaya bahwa iman Kristiani menghendaki mereka mempraktikkan kasih dengan membantu para pengungsi Muslim yang memasuki negara mereka. Bila banyak di antara warga mereka dulu pergi ke luar negeri untuk menjadi misionaris, kini mereka menganggap diri mereka lah yang menjadi misionaris dan sasaran layanan misi mereka justru telah tiba dan tersedia di depan mata mereka, yaitu para pengungsi.

"Tidak ada yang terjadi bila Tuhan tidak mengizinkan, dan jika itu kehendak Tuhan, kita harus menerimanya," kata  Deno Nikolic dan Biljana Nikolic, pasangan suami-istri penganut Kristen Roma di Kroasia, yang menjadi relawan membantu para pengungsi.

"Ini seperti ujian iman kita untuk menunjukkan kasih melalui situasi seperti ini. Jika orang mengatakan mereka Kristen tetapi tidak memiliki kasih atau keinginan untuk melayani orang-orang ini, bagaimana mereka bisa menjadi orang Kristen?, " kata mereka.

Baru-baru ini, Biljana Nikolic mengalami peristiwa yang sempat mengguncangkan perasaannya. Di sebuah kamp pengungsi dekat perbatasan Serbia-Kroasia, ia mengambil inisiatif menyelamatkan bayi yang baru lahir. Ibu bayi itu termasuk dalam rombongan bus yang penuh dengan pengungsi dari seberang perbatasan. Bayi itu masih berlumuran darah di pangkuannya, tetapi tidak menangis. Ia segera memanggil dokter Palang Merah untuk membantu.

"Aku gemetar," kata Biljana. "Keluarga bayi itu semua mengelilingi aku. Aku merasa seperti baru pertama kali memegang bayi yang baru lahir, padahal aku sudah punya empat anak," kata dia, dalam sebuah laporan yang ditulis oleh Jullian Melchior untuk The Wall Street Journal (22/10).

Eropa bergulat dengan pergeseran populasi terbesar sejak Perang Dunia II, dengan kehadiran ribuan bahkan ratusan ribu pengungsi. Banyak di antara warga yang bereaksi ketakutan, mengingatkan adanya ancaman terhadap budaya Eropa dan Islamisasi atas benua itu.

Namun, komunitas Kristen Roma yang kecil di Kroasia tetapi terus bertumbuh, menghadapi perkembangan ini dengan sikap yang bersahabat. Orang-orang beriman ini, seperti Biljana, dengan antusias membantu para pendatang baru Muslim. Banyak orang Kristen Roma yang terlalu miskin sehingga satu-satunya mimpi mereka adalah  bekerja di luar negeri sebagai misionaris. Tetapi  sekarang, mereka mengatakan, ladang misi telah datang kepada mereka.

Mereka langsung bertindak ketika pada pertengahan September, pemerintah Hongaria menutup perbatasannya dengan Serbia dan ribuan pengungsi dan migran mengubah rute mereka untuk melakukan perjalanan melalui Kroasia. Sejumlah umat Kristen Roma terlibat setiap hari menyajikan makanan, membantu tim medis, bermain dengan anak-anak dan berdoa.

Selain karena ingin mempraktikkan iman mereka, sikap ini juga dilatar belakangi oleh pengalaman mereka dan leluhur mereka atas kesulitan yang pernah mereka hadapi. Pada abad lalu Kristen Roma telah menjadi target Nazi Jerman dan juga mengalami perang Yugoslavia; bahkan saat ini banyak di antara mereka masih hidup dalam kemiskinan ekstrem. Mereka juga mengalami diskriminasi di seluruh wilayah Balkan. Jadi, ketika umat Kristen Roma melihat penderitaan para pengungsi dan migran, mereka mengidentifikasi diri mereka dengan penderitaan para pengungsi itu.

Di hampir seluruh wilayah Eropa Timur, warga Roma adalah minoritas dan terpinggirkan. Begitu miskinnya, banyak anak-anak Kristen Roma yang tidak bersekolah. Akibatnya hanya sedikit kesempatan bagi mereka untuk berkiprah di tengah masyarakat.

Biljana masih ingat ketika  hidup di jalanan di Serbia dengan suami dan anak-anak mereka di akhir 1990-an, tidak lama setelah perang berakhir. Mereka mengemis dan berjuang untuk bertahan hidup. Dua anak kecil mereka tampak kotor. Ia masih ingat, karena khawatir anak-anak itu akan sakit, ia memasukkan air ke botol air mineral lalu memanaskannya di bawah sinar matahari. "Jadi kami mengerti (penderitaan pengungsi)," kata dia.

Biljana juga memahami kekuatan kasih Kristiani dalam memenangkan jiwa-jiwa. Ketika ia dan suaminya pulang kembali  ke Kroasia, tanpa uang, beberapa orang Kristen memberi mereka makan, mengundang mereka ke gereja, dan membantu mereka menemukan tempat berlindung.

"Kami mengatakan, 'Mengapa kalian membantu kami?'" kenang Biljana. "Kami hanya orang Gipsi. Tidak ada yang mengasihi Gipsi Jawaban mereka:. Karena Kristus datang untuk melayani, dan orang Kristen harus mengikuti teladanNya."

Hal itulah yang memenangkan jiwa Biljana dan suaminya. Akhirnya pasangan itu  mendirikan gereja Kristen Roma pertama di Kroasia dimana mereka melayani sebagai pendeta.

Meskipun data statistik yang akurat sulit diperoleh, Kristen Roma tengah mengalami booming di tengah masyarakat di Kroasia dalam lima tahun terakhir. Perkembangan itu juga melampaui sekat-sekat etnis.

Ketika  atap rumah ibadah mereka runtuh musim panas lalu, keluarga Nikolic berjuang untuk menemukan seseorang yang bersedia untuk menyewa tempat kepada mereka. Tetapi iman telah menyatukan keluarga itu dengan orang percaya lainnya,  tidak hanya dengan warga Kroasia lainnya, tetapi juga dengan para pemimpin gereja dari seluruh dunia.

Misionaris dari Amerika dan Eropa telah memainkan peran dalam awal gerakan Kristen Roma di Kroasia. Dan, bahkan  lebih mengejutkan, kelompok misi dari Tiongkok  meluncurkan inisiatif khusus untuk membantu bertumbuhnya gereja Kristen Roma di Kroasia.

Dorongan transkultural yang sama sekarang berlaku dalam upaya gereja Kristen Roma menolong para pengungsi dan migran Muslim. Meskipun itu dirasakan kurang nyaman atau tabu di berbagai negara Eropa, gereja Kristen Roma tetap menjalankan misinya.

"Jika prioritas pertama kami adalah etnis kami atau bangsa kami, kami akan takut," kata Melody Wachsmuth, seorang Amerika yang telah meneliti gereja Roma, menghabiskan beberapa tahun bersama keluarga Nikolic. "Tapi ini adalah kesempatan untuk menunjukkan kasih Kristus dan untuk melayani mereka. Kita tidak bisa melakukan itu di negara-negara mereka berasal. "

Mereka berharap bahwa pelayanan mereka dapat menghidupkan kembali bangsa Eropa dari sikap apatis terhadap  agama. "Saya kagum bahwa Muslim yang telah kehilangan segalanya masih mengeluarkan sajadah mereka untuk berdoa," kata Biljana. "Jika mereka memutuskan untuk menjadi Kristen ...wow."

 

Editor : Eben E. Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home