Loading...
BUDAYA
Penulis: Moh. Jauhar al-Hakimi 09:29 WIB | Sabtu, 04 November 2017

Wayang 1001 Dalang

Wayang 1001 Dalang
Pameran tunggal Samuel Indratma "Wayang Lost Stang" di Sangkring art project Jl. Nitiprayan No. 88, Ngestiharjo-Bantul, 3 - 25 November 2017. (Foto-foto: Moh. Jauhar al-Hakimi)
Wayang 1001 Dalang
---

YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Apa jadinya ketika wayang berada di belakang tangan puluhan dalang dalam waktu bersamaan? Jika setiap dalang masing-masing berada di hadapan satu beber, kejadian itu akan masuk dalam catatan rekor MURI. Namun jika dalang berada di depan satu beber yang sama, kemungkinan yang terjadi adalah keruwetan, kekacauan, atau bisa jadi malah menjadi sebuah sajian pementasan wayang kolaboratif-interaktif.

Perupa Samuel Indratma memamerkan karya seninya dengan berbagai karakter wayang dengan "memaksa" pengunjung untuk menjadi dalang. Ini menjadi kenakalan pertama Sam, panggilan Samuel Indratma ketika dengan sengaja membiarkan pengunjung untuk memainkan peran karakter apapun terkait wayang yang dipamerkan.

Pameran tunggal  Samuel Indratma bertajuk "Wayang Lost Stang" yang dihelat di Sangkring art space dibuka pada Jumat (3/11) malam. Berbagai karakter wayang didisplay di atas puluhan sepeda kuno (pit onthel) dalam bilik hitam Sangkring art space tanpa pencahayaan.

Kenakalan berikutnya, minimnya pencahayaan memaksa pengunjung pameran membawa sendiri lampu senter untuk bisa melihat karya dengan jelas. Jika memang tidak membawa sendiri alat penerang bisa melihat karya yang disinari pengunjung lain atau tenggelam dalam kegelapan menyaksikan bayangan karya yang disinari pengunjung di dinding Sangkring art space. Setiap pilihan tentu memiliki pengalaman dan cerita yang berbeda.

Begitupun setiap cara penyinaran pada karakter wayang akan memberikan efek yang berbeda. Dalam penyinaran statis/diam pengunjung bisa melihat karya secara detail dan akan menghasilkan bayangan tidak bergerak detail karya Sam di dinding, sementara dalam penyinaran bergerak pengunjung bisa membuat cerita menurut versinya sendiri terlebih ketika hal tersebut mendapat respon dari pengunjung lainnya. Bagaimana dengan dialog pementasan? Dengan dibatasi jumlah pengunjung sebanyak maksimal 30 orang dalam satu sesi, bahkan dalam kesenyapan pun telah menjadi dialog tersendiri. Lalu lalang pengunjung yang tanpa sengaja terkena sinar lampu senter pengunjung lainnya menambah warna lain setiap sesi.

"Silakan bagi pengunjung yang membawa telepon genggam berlampu senter atau gawai cerdas bisa menggunakan untuk melihat karya dengan bantuan lampu senter dari gawai yang dibawa." sapa Sam pada setiap pengunjung yang akan memasuki bilik panggung. Tanpa disadari ini menjadi sebuah himbauan: jika Anda sedang menonton sebuah pameran seni ataupun event seni lainnya, nikmatilah acara yang ada dengan berhenti dari sibuk menggunakan gawai.

Dengan penyajian yang diserahkan langsung kepada pengunjung, Sam seolah sedang benar-benar lost stang dengan sesedikit mungkin memberikan narasi. Sebuah hal baru bagi pengunjung untuk mengalami langsung, membuat cerita dalam versi sendiri, menikmati perform karya kolaborasi. Tentunya dalam tingkat keintiman yang berbeda.

Jika ada wayang naik sepeda, itu artinya sedang ada seniman yang lost stang. Dan cara terbaik untuk menikmati jalan cerita yang sedang dipentaskan adalah datang dan mengalaminya secara langsung. Di bilik panggung semua pilihan sama menariknya.

Pameran tunggal Samuel Indratma "Wayang Lost Stang" akan berlangsung 3-25 November 2017 di Sangkring art project Jl. Nitiprayan No. 88, Ngestiharjo-Bantul.

Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home