Loading...
BUDAYA
Penulis: Moh. Jauhar al-Hakimi 16:59 WIB | Minggu, 29 Oktober 2017

"Arum Manis", SMSR 4 Tahun dalam Kenangan

"Arum Manis", SMSR 4 Tahun dalam Kenangan
Perupa senior Djoko Pekik didampingi Dunadi (kanan) dan Rakhmat Supriyono (baju hitam) saat pembukaan pameran "Arum Manis" di Galeri SMSR Jalan PG Madukismo, Kasihan-Bantul, Sabtu (28/10) malam. (Foto-foto: Moh. Jauhar al-Hakimi)
"Arum Manis", SMSR 4 Tahun dalam Kenangan
Lukisan karya Yopi Hendiana, alumni SMSR '91 dalam pameran "Arum Manis".
"Arum Manis", SMSR 4 Tahun dalam Kenangan
Lukisan seri berjudul "Rumah Kita" karya Yaksa Agus.

YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Sekolah Menengah Seni Rupa Yogyakarta atau biasa dikenal dengan SMSR yang saat ini berubah nama menjadi SMKN 3 Kasihan Bantul. Hingga pertengahan tahun 1990-an, SMSR menjadi salah satu sekolah tingkat menengah yang harus ditempuh dalam waktu empat tahun. Dalam perjalanannya, perubahan SMSR menjadi sekolah menengah kejuruan berimplikasi pada kurikulum yang harus mengikuti regulasi yang ada dan berubah menjadi tiga tahun.

SMSR angkatan 1991 dan lulus tahun 1995 menjadi produk terakhir dari “SMSR Yogyakarta”. Perubahan tersebut mendapat penolakan murid SMSR saat itu dan beberapa guru praktik serta seniman termasuk Amri Yahya. Puluhan siswa melakukan unjuk rasa di halaman gedung SMSR Jl. Bugisan, Kasihan-Bantul menolak pergantian SMSR menjadi SMSK, Rabu (12/10/1994). Tujuh siswa dibawa ke Mapolres Bantul untuk dimintai keterangan.

Peristiwa tersebut menjadi kenangan bagi alumni SMSR angkatan 1991 yang menggelar pameran seni rupa "Arum Manis" di Pendopo SMSR, 28 Oktober -6 November 2017.

Pameran dibuka ketua Ikatan Alumni Sekolah Seni Rupa (IKASSRI) Dunadi bersama perupa senior Djoko Pekik dan kepala Sekolah SMSR Rakhmat Supriyono, Sabtu (28/10) malam bertepatan hari Sumpah Pemuda, diawali dengan kirab bregada Raden Saleh yang sekaligus membuat lukisan on the spots menggunakan peralatan kirab yang dibawanya.

Dalam tulisan yang dibuat Kepala SMKN 3 Kasihan Bantul, Rakhmat Supriyono disebutkan  angkatan 1991 ini masih dengan kurikulum lama dengan masa studi empat tahun. Belum terlampau banyak dijejali teori sebagaimana kurikulum SMK saat ini. Dari fakta ini dapat diduga kualitas skill mereka pastinya lebih dahsyat dari produk SMK yang hanya tiga tahun digembleng dan dijejali banyak teori. Pada era SMSR siswa punya banyak waktu untuk eksperimen dan mengeksplorasi teknik.

Perjalanan alumni selepas dari bangku pendidikan memang cukup beragam. Sebagian tetap berjalan pada trek, sebagian lagi menyimpang ke jalur lain yang lebih nyaman sambil tetap berkarya sebagai hobi. Beberapa diantaranya bahkan sudah melanglang buana semisal Ismanto Wahyudi, Yaksa Agus,

Dari dua puluh perupa alumni SMSR '91 yang turut dalam pameran, tidak seluruhnya menggeluti seni lukis. Ada yang berprofesi desainer, pengrajin, penggiat keramik, pengajar dan sebagainya. Pameran tersebut menjadi ikhtiar mereka melawan lupa: lupa berkarya, lupa pada bakat, lupa pada masa-masa manis di SMSR.

Kedekatan alumni SMSR '91 pada sosok guru mereka, dua guru SMSR yang sudah purna tugas Agus Supartomo dan Subandi Giyanto turut mendampingi karya-karya alumni SMSR '91. Karya lukisan berjudul "Kuda Emasku" yang dibuat Subandi Giyanto (2017) mampu mencuri perhatian pengunjung.

Pameran "Arum Manis" akan berlangsung hingga 6 November 2017 di Galeri SMSR Jalan PG Madukismo, Kasihan-Bantul.

 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home