Loading...
SAINS
Penulis: Dewasasri M Wardani 13:35 WIB | Senin, 13 Maret 2017

WHO: Antibiotik Baru untuk Lawan Kekebalan Bakteri Amat Dibutuhkan

WHO menyerukan perlunya segera dikembangkan antibiotik baru untuk melawan kekebalan bakteri yang kian meningkat. (Foto: voaindonesia.com)

JENEWA, SATUHARAPAN.COM – Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) menyerukan perlunya segera dikembangkan antibiotik baru untuk melawan kekebalan bakteri yang kian meningkat. Untuk pertama kalinya, badan PBB itu telah menyusun daftar 12 kelompok bakteri yang sangat mengancam kesehatan manusia.

Daftar WHO itu terbagi dalam tiga kategori berdasarkan mendesaknya kebutuhan akan antibiotik baru. Marie-Paule Kieny, asisten direktur jenderal bagi sistem dan inovasi kesehatan, mengatakan salah satu super bug yang paling mengkhawatirkan tidak masuk dalam daftar itu.

“Bakteri yang menyebabkan tuberkulosis tidak masuk dalam daftar itu karena sudah ada konsensus bahwa tuberkulosis adalah prioritas paling penting bagi riset dan pengembangan antibiotik baru," katanya.

Ketiga kategori itu adalah prioritas kritis, tinggi, dan menengah. Grup kritis termasuk bakteri yang kebal berbagai macam obat. Bakteri-bakteri ini tersebar di rumah-rumah sakit, panti jompo, dan di kalangan pasien yang menggunakan ventilator dan kateter darah. WHO mengatakan bakteri itu bisa menyebabkan infeksi parah dan sering kali mematikan.

Kieny mengatakan, kategori prioritas tinggi dan menengah mengandung bakteri kebal obat yang menyebabkan lebih banyak penyakit umum seperti gonorrhea dan keracunan makanan yang disebabkan salmonela.

“Kini, ketika kekebalan terhadap antibiotik mencapai tingkat yang mengkhawatirkan, justru belum ada solusinya. Masalahnya bukan hanya ilmiah yaitu antibiotik baru semakin sulit ditemukan; tapi, insentif pasar yang rendah juga merupakan isu. Antibiotik biasanya digunakan untuk jangka pendek, tidak seperti terapi bagi penyakit kronis, yang akan mengembalikan investasi dalam jumlah besar,” kata Kieny.

Kieny mengatakan, sebuah proposal telah disusun untuk menggalang dana inovasi sebesar dua miliar dolar (Rp26,7 triliun). Dana ini akan dimaksudkan sebagai insentif bagi perusahaan-perusahaan farmasi untuk memulai riset dan pengembangan antibiotik baru.

Dia mengatakan, Tiongkok dan Inggris telah menjanjikan 72 juta dolar (Rp961 miliar) untuk dana itu. (voaindonesia.com)

 

Editor : Sotyati


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home