Loading...
SAINS
Penulis: Sabar Subekti 19:58 WIB | Kamis, 20 Januari 2022

WHO: COVID-19 Naik 145% di Asia Tenggara

Dalam sepekan ini, secara global kasus COVID-19 naik 20%, namun itu lebih lambat ketimbang sepekan sebelumnya.
WHO: COVID-19 Naik 145% di Asia Tenggara
Seorang petugas kesehatan mengambil sampel usap hidung dari seorang siswa untuk tes virus corona di sebuah sekolah, di Karachi, Pakistan, Rabu, 19 Januari 2022. (Foto: AP/Fareed Khan)
WHO: COVID-19 Naik 145% di Asia Tenggara
Pot bunga anggrek dipajang untuk dijual untuk merayakan Tahun Baru Imlek di Hong Kong, Rabu, 19 Januari 2022. Tahun Baru Imlek China jatuh pada 1 Februari 2022. (Foto: AP/Kin Cheung)

JENEWA, SATUHARAPAN.COM-Jumlah kasus virus corona baru secara global naik 20% pekan lalu menjadi lebih dari 18 juta, itu menandai perlambatan lonjakan yang disebabkan oleh penyebaran varian Omicron, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Namun di Asia tenggara kasus COVID-19 naik 145%. Dalam laporan mingguannya tentang pandemi, badan kesehatan PBB itu mengatakan jumlah infeksi COVID-19 baru meningkat di setiap wilayah dunia kecuali Afrika, di mana kasus turun hampir sepertiga. Jumlah kematian secara global tetap sama dengan pekan sebelumnya, sekitar 45.000.

Kasus COVID-19 yang dikonfirmasi melonjak sekitar 50% pekan sebelumnya, dan awal bulan ini, WHO melaporkan peningkatan satu pekan terbesar dalam kasus pandemi.

WHO mengatakan dalam laporannya yang dikeluarkan hari Selasa malam bahwa Asia Tenggara memiliki peningkatan terbesar dalam kasus virus corona pekan lalu, dengan jumlah orang yang baru terinfeksi melonjak sebesar 145%. Timur Tengah mengalami kenaikan mingguan 68%.

Peningkatan terkecil tercatat di Amerika dan Eropa, masing-masing sebesar 17% dan 10%. Para ilmuwan mengatakan pekan lalu ada tanda-tanda awal di AS dan Inggris bahwa wabah yang didorong oleh Omicron mungkin telah memuncak di negara-negara itu dan bahwa kasus-kasus itu bisa segera turun tajam.

Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, mengatakan pada hari Selasa bahwa varian yang sangat menular itu “terus menyebar di dunia.” Dia mengatakan itu "menyesatkan" untuk menganggapnya sebagai penyebab penyakit ringan, meskipun penelitian menunjukkan Omicron lebih kecil kemungkinannya menyebabkan penyakit parah atau rawat inap dibandingkan pendahulunya.

“Kami prihatin dengan dampak Omicron pada petugas kesehatan yang sudah kelelahan dan sistem kesehatan yang terbebani,” kata Tedros. Dia mengakui bahwa beberapa daerah tampaknya keluar dari gelombang omicron terbaru tetapi memperingatkan bahwa "belum semua negara keluar dari kesulitan." (AP)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home