WHO: Vaksin Demam Berdarah Tidak Boleh Diberikan Sembarangan
LONDON, SATUHARAPAN.COM — Badan PBB untuk Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) mengatakan vaksin yang pertama kali diperuntukkan untuk kebutuhan demam berdarah harus digunakan dengan “cara yang jauh lebih aman”. Artinya, suntikan yang diberikan sebagian besar hanya boleh diberikan pada orang-orang yang sebelumnya pernah terinfeksi penyakit itu.
Pada bulan November, produsen vaksin itu, Sanofi Pasteur, mengatakan mereka yang belum pernah terjangkit oleh penyakit itu berisiko untuk menderita penyakit yang lebih serius setelah mendapatkan suntikan vaksin tersebut.
Setelah pertemuan yang berlansung selama dua hari pekan ini, kelompok vaksin independen WHO mengatakan mereka sekarang memiliki bukti bahwa vaksin itu hanya boleh digunakan “secara eksklusif atau hampir secara eksklusif pada orang-orang yang sebelumya pernah terjangkit penyakit demam berdarah.”
Badan kesehatan PBB itu mengatakan harus dikembangkan sebuah uji sehingga dokter dengan cepat dapat menyampaikan apabila orang tersebut pernah terjangkit penyakit demam berdarah – namun kelompok itu mengakui metode itu tidak bersifat langsung.
“Kami melihat adanya hambatan signifikan dalam menggunakan vaksin dengan cara itu, namun kami yakin kondisi ini juga akan mendorong pengembangan uji diagnostik cepat,” ujar Dr Joachim Hombach, sekretaris eksekutif pada kelompok pakar WHO, dalam sebuah konferensi pers hari Kamis (19/4).
Sanofi tahun lalu mengatakan dokter harus mempertimbangkan apabila pasien sebelumnya pernah terinfeksi atau belum oleh penyakit demam berdarah sebelum memutuskan apakah pasien harus menanggung risiko lewat imunisasi yang diberikan. Perusahaan itu mengatakan pihaknya memperkirakan akan menderita kerugian sebesar 100 juta euro ($118 juta) terkait dengan berita yang muncul tersebut.
Orang-orang yang pernah menderita penyakit itu lebih dari sekali berisiko untuk menderita penyakit itu yang disertai dengan pendarahan. Virus yang disebarkan oleh nyamuk ini ditemukan di iklim tropis dan sub-tropis di seluruh Amerika Latin dan Amerika Selatan, Asia, Afrika, dan lokasi lain. Penyakit ini memiliki gejala mirip penyakit flu yang dapat menyebabkan radang sendi, mual, muntah-muntah, dan ruam. Pada kasus-kasus yang parah, demam berdarah dapat menyebabkan masalah pernapasan, pendarahan, dan kegagalan organ.
Sekitar separuh penduduk dunia berisiko terjangkit penyakit demam berdarah; WHO memperkirakan 96 juta orang jatuh sakit yang disebabkan oleh infeksi virus ini setiap tahunnya.
Filipina Menjatuhkan Denda Simbolis
Setelah pengumuman yang dibuat oleh Sanofi tahun lalu, Filipina telah menghentikan program imunisasi demam berdarah, program vaksinasi untuk demam berdarah yang pertama di dunia. Pemerintah juga menuntut pengembalian dana lebih dari $59 juta dari Sanofi dan mempertimbangkan untuk mengambil tindakan hukum lebih lanjut.
Pada bulan Februari, Filipina menyatakan vaksin itu berpotensi terkait dengan kematian tiga orang: seluruhnya meninggal karena demam berdarah meskipun mereka telah divaksinasi.
Negara itu menjatuhkan denda simbolis sebesar $2.000 kepada Sanofi dan menangguhkan persetujuan atas vaksin itu, dan menuduh perusahaan itu melanggar aturan terkait pendaftaran dan pemasaran suntikan vaksinasi tersebut.
Lebih dari 730.000 anak berusia 9 tahun atau lebih di Filipina telah menerima paling tidak satu dosis vaksin demam berdarah, dimana jumlah dosis yang diberikan mencapai tiga dosis.
Tidak ada pengobatan yang bersifat spesifik untuk demam berdarah dan tidak ada vaksinasi lain yang berlisensi yang tersedia di pasar. (voaindonesia.com)
Editor : Sotyati
Petugas KPK Sidak Rutan Gunakan Detektor Sinyal Ponsel
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Petugas Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menggelar inspeksi mendadak di...