Loading...
SAINS
Penulis: Melki Pangaribuan 14:34 WIB | Kamis, 27 Agustus 2015

114 Ribu Hektar Lahan Berhasil Diselamatkan dari Dampak Kekeringan

114 Ribu Hektar Lahan Berhasil Diselamatkan dari Dampak Kekeringan
Menteri Pertanian Amran Sulaiman. (Foto: Dedy Istanto)
114 Ribu Hektar Lahan Berhasil Diselamatkan dari Dampak Kekeringan
Rapat Kerja Menteri Pertanian dengan Komisi IV DPR RI, di Komplek Parlemen, Jakarta, hari Kamis (27/8). (Foto: Melki Pangaribuan)

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Menteri Pertanian RI, Amran Sulaiman mengatakan Kementerian Pertanian (Kementan) sejak awal sudah mengantisipasi kekeringan di sejumlah daerah dengan melakukan berbagai kegiatan melalui Program Upaya Khsusus.

“Kegiatan antisipasi kekeringan yang telah dan sedang dilakukan antara lain memberikan bantuan pompa air sebanyak 21.953 unit sejak November 2014. Melaksanakan rehabilitasi jaringan irigasi tersier seluas 1,50 juta ha,” kata Amran Sulaiman dalam Rapat Kerja Menteri Pertanian dengan Komisi IV DPR RI, di Komplek Parlemen, Jakarta, hari Kamis (27/8).

Selain itu, kata Amran Sulaiman, Kementan telah membentuk Brigade penanganan kekeringan dan membangun embung, dam-parit, long storage dan sumur air tanah dangkal, serta melaksanakan hujan buatan bekerjasama dengan BNPB, BPPT, dan TNI.

“Kita juga membangun embung, dam-parit, long storage dan sumur air tanah dangkal, serta melaksanakan hujan buatan bekerjasama dengan BNPB, BPPT, dan TNI,” kata Mentan.

Puso

Amran Sulaiman mengatakan BMKG memprediksi bahwa El Nino pada tahun ini bersifat moderat dan cenderung menguat yang diperkirakan akan berlangsung hingga November 2015. Dampak yang diperkirakan terjadi adalah adanya beberapa daerah endemis kekeringan yang mengalami puso dan mundurnya awal musim hujan 2015/2016.

“Sampai dengan 22 agustus 2015, lahan yang terkena puso seluas 35.202 ha atau sebesar 0,25 persen dari total luas panen seluas 14.332.049 ha. Daerah-daerah yang terkena dampak kekeringan cukup luas, antara lain: Sumatera Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten dan Sulawesi Selatan,” katanya.

Sementara itu, data dampak El Nino terhadap produksi padi tahun 1977-2015 menunjukkan bahwa luas rata-rata areal padi yang berdampak El Nino kuat tidak selalu lebih luas dibanding areal padi yang berdampak El Nino moderat dan lemah. “Hal ini terjadi karena pada El Nino lemah sering petani terkecoh prakiraan musim tanam, sehingga pertanamaannya puso,” katanya.

Dari pengalaman tahun-tahun sebelumnya, Kementerian Pertanian sejak awal sudah mengantisipasi kekeringan ini dengan melakukan berbagai kegiatan melalui Program Upaya Khusus.

“Upaya-upaya antisipasi kekeringan tersebut telah menunjukkan hasilnya, yaitu periode Oktober 2014 hingga Juli 2015 luas lahan yang terkena puso 52.918 ha, angka puso tersebut lebih rendah jika dibandingkan periode yang  sama pada Oktober 2013 hingga Juli 2014 yang tidak ada El Nino namun luas lahan yang terkena puso seluas 167.625 ha,” katanya.

Menurut Amran Sulaiman, apabila kondisi puso pada kedua periode tersebut dibandingkan maka lahan yang bisa diselamatkan dari puso seluas 114.707 ha.

“Selain karena adanya upaya antisipasi dampak kekeringan, pengaruh El Nino secara umum mengancam pada areal luas panen padi periode September hingga Oktober 2015 seluas 2,1 juta ha atau 15,11 persen dari luas panen padai 2015 seluas 14.332.049 ha,” katanya.

Luas panen terbesar telah terjadi pada periode Januari hingga Agustus 2015 dengan luas panen 10.931.346 ha atau 76,37 persen dan telah menghasilkan produksi padi sebesar 58,46 juta ton Gabah Kering Giling (GKG).

Dengan mempertimbangkan kebutuhan dan ketersediaan beras, serta kehilangan produksi akibat dampak kekeringan maka diperkirakan pada tahun 2015 ini masih akan ada surplus. Hal ini juga didukung dengan adanya penambahan luas tanam pada Oktober 2014 hingga Agustus 2015 seluas 494.397 ha.

Menurut Amran Sulaiman, apabila dikurangi dengan luas pertanaman yang terkena puso, maka masih terdapat luas areal tambah tanam seluas 441.479 ha. “Namun demikian kami menyadari bahwa yang harus kita jaga adalah masalah gejolak harga beras.  Untuk itu kami bersama instansi terkait berupaya mencegah terjadinya gangguan para spekulan beras,” kata Mentan.

Editor : Eben E. Siadari


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home