Loading...
SAINS
Penulis: Kartika Virgianti 08:03 WIB | Minggu, 06 Oktober 2013

Alzheimer Indonesia: Berbagi Pengalaman dan Mengajak Masyarakat Peduli

Alzheimer Indonesia: Berbagi Pengalaman dan Mengajak Masyarakat Peduli
Caregiver Meeting, dengan slogan Jangan Maklum dengan Pikun. (Foto-foto: Kartika Virgianti)
Alzheimer Indonesia: Berbagi Pengalaman dan Mengajak Masyarakat Peduli
DY Suharya, Executive Director Alzheimers Indonesia.
Alzheimer Indonesia: Berbagi Pengalaman dan Mengajak Masyarakat Peduli
Caregiver yang sharing pengalamannya dalam merawat pasien alzheimer.
Alzheimer Indonesia: Berbagi Pengalaman dan Mengajak Masyarakat Peduli
Caregiver yang sharing pengalamannya dalam merawat pasien alzheimer.

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Alzheimer’s Indonesia (Alzi) mengadakan  acara pertemuan sebagai ajang sharing pengalaman dalam merawat pasien alzheimer, yang bertempat di Function Room, Golfhill Terrace Apartment Pondok Indah, Jakarta Selatan, Sabtu (5/10). Dengan slogan “Jangan Maklum dengan Pikun”, Alzi ingin mengajak semua masyarakat Indonesia, kaum muda maupun orang tua untuk lebih concern terhadap penyakit ini.

Acara yang bertemakan Caregivers Meeting: The Journey of Caring for families people with dementia and alzheimer ini, dihadiri sekitar 30-an orang yang termasuk di dalamnya pengasuh (caregiver) dan keluarga pasien alzheimer, sampai para profesional di bidangnya yakni neurolog, psikiatri, ahli komunikasi kesehatan, serta LSM (lembaga swadaya masyarakat) seperti Asosiasi Alzheimer Indonesia (AAZI) dari DKI Jakarta.

Caregiver meeting sendiri sebenarnya sudah lama dari tahun 2009, sekarang baru kita bentuk lagi lebih konsisten dengan aktivitas yang lebih banyak,” kata DY Suharya (41), sebagai pembicara dalam acara ini, sekaligus Executive Director Alzi.

Meningkatkan kualitas hidup orang dengan demensia alzheimer di Indonesia dengan kegiatan yang berhubungan dengan awareness, advokasi dan training, merupakan tujuan utama pertemuan caregiver ini, menurut DY (baca: Diway) yang juga pengajar di FISIP UI, Depok, social marketing, dan juga konsultan komunikasi kesehatan untuk World Bank dan UNICEF.

Berbagi Pengalaman Merawat Pasien Alzheimer

“Drama yang dibuat ibu saya semuanya dijadikan musuh, mencari orang untuk ada di pihaknya, tapi ia tidak punya kemampuan untuk menghadapi masalahnya dengan bijak, tidak bisa melakukan kegiatan sendirian, sulit menyelesaikan tugas sehari-hari, sulit mengatur keuangan, sulit fokus. Ibu saya ini dari kesepuluh tanda alzheimer ini selama 50 tahun telah terjadi,”

“Waktu di Perth saya juga bekerja menjadi Bus Driver untuk orang-orang berkebutuhan khusus. Di Australia orang-orang skizofren, autistik, epilepsi, ADHD, itu diberikan lowongan pekerjaan, dan dikasih 2.000 dolar Australia. Di sini yang normal saja susah cari kerja, kalau di Australia mereka dikasih 2.000 dolar, saya jemput mereka di depan rumahnya. Mereka yang epilepsi saat kejang-kejang, saya yang jadi first aid harus bisa menghadapinya,” ungkap DY.

Ada saat dimana pasien tidur sampai empat hari tidak bangun-bangun, blank sama sekali tidak bisa melakukan apa-apa bahkan cara makan sampai cara tidur pasien bisa lupa, bisa juga pasien marah-marah tidak jelas sepanjang hari, bahkan ngotot terhadap suatu hal yang tidak pernah terjadi, berdasarkan pengakuan dari para caregiver yang saling sharing pengalamannya.  

“Pada pasien alzheimer itu apapun bisa terjadi, seperti yang tadi biasanya tidak begitu, tahu-tahu jadi begitu. Atau ada semacam halusinasi yang mengatakan pada dirinya untuk diam tidak boleh ngomong, kita tidak tahu hal-hal semacam itu. Hal ini akibat kerusakan di otaknya,” kata dokter Diana, salah satu psikiatri yang hadir menjelaskan kepada yang lainnya.

Itulah alzheimer, satu orang yang sakit semua orang di sekitarnya kena dampaknya, fisik, mental, biaya dan segalanya. Obatnya belum ada, penelitian masih dijalankan di seluruh dunia, lalu apa yang bisa kita lakukan?

“Yang paling jelas sekarang saya juga aktif mengadvokasi pemerintah untuk memiliki Alzheimer National Plan. Jadi orang datang ke Puskesmas, Posyandu, Rumah Sakit sudah tahu karena ada protap-nya (prosedur tetap).” jelas DY.

“Pemerintah saat ini masih berbenah, karena di Kementerian Kesehatan (Kemenkes) sendiri belum ada divisi khusus untuk ini,” tambahnya.  

Mengandalkan NGO dan Sosial Media

Terselenggaranya acara ini atas bantuan terutama dukungan dana dari NGO (non-government organization/LSM) yang termasuk Alzi sendiri, pihak keluarga pasien alzheimer, tapi lebih banyak memanfaatkan sumber daya dari orang-orang yang tergabung dalam komunitas alzheimer ini.

Kedepannya pertemuan ini akan rutin diadakan setiap bulan, hari Sabtu di minggu pertama, dengan konsep yang lebih baik sesuai ekspektasi yang di-sharing-kan pada hari ini, dan terutama akan ada kehadiran para profesional lainnya, misalnya ahli yoga, pembicara dari WHO (organisasi kesehatan dunia), caregiver training dari Belanda, Alzheimer Netherland yang kebetulan juga bekerja sama denga Alzi, sampai pengarang buku, sesuai dengan kebutuhan orang. Alzi juga bertujuan untuk menggalang dana, nantinya akan ada pembuatan film, buku, kumpulan foto, dan banyak hal, tapi semua lewat proses.

Tanggal 10 Oktober 2013 mendatang akan ada pameran di Bidakara, gratis dan terbuka untuk umum, Direktorat Kesehatan Jiwa Kemenkes melakukan pameran, salah satunya Alzi juga ikut terlibat di sini.

Dalam mempublikasikan kegiatannya, Alzi mengandalkan jejaring sosial Facebook Alzheimer Indonesia dan Twitter @alzi_indonesia atau website alzheimerindonesia.org, hal ini dijelaskan oleh DY,  banyak juga orang yang datang pada hari ini bahkan orang tua yang mengaku mereka mengetahui informasi ini dari sosial media. 

Editor : Bayu Probo


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home