Loading...
INSPIRASI
Penulis: Gregorius Silimbulang 04:40 WIB | Selasa, 03 Mei 2016

Anda Suka Menunda-nunda?

Hilangkan kebiasaan menunda-nunda pekerjaan!
Sekaranglah saatnya! (foto: istimewa)

SATUHARAPAN.COM – Ketika diperhadapkan dengan tugas entah dari atasan atau guru dan orang tua, jawaban yang sering muncul adalah ”Tunggu sebentar!” Kita pun mungkin sering mengucapkannya. Bahkan, secara otomatis.

Dalam dunia pekerjaan, target tim menjadi berat—untuk tidak mengatakan mustahil—tercapai bila anggotanya suka menunda. Anehnya, ketika tiba evaluasi, Si Anu dituduh tidak bekerjasamalah, kurang beruntunglah, dan segala macam upaya berkelit lainnya sebagai pelarian dari fakta sudah terlanjur melewatkan banyak kesempatan.

Jika demikian, bagaimana bisa visi perusahaan atau lembaga terwujud?  Peningkatan kesejahteraan bukanlah solusi yang urgen diperjuangkan jika kita masih belum mampu mengendalikan masalah pribadi yang dalam dunia psikologi dinamai procra stination (prokrastinasi) ini!

Produktivitas adalah komponen utama yang sering bermasalah dalam dunia kerja akibat menunda-nunda. Setali tiga uang, dalam dunia pendidikan kita pun masih bergumul dengan hal ini.

Implikasi yang jelas terlihat adalah kebiasaan menunda untuk mengerjakan pekerjaan rumah, target penyelesaian skripsi dan kelulusan, sedikit banyak memengaruhi kiprah seseorang di dunia kerja. Kecuali dia lekas menyadari hal ini dan melakukan perubahan, prokrastinasi akan terus merajalela dan alhasil produktivitas rendah.

Jika kita mengklaim penyebab rendahnya kesejahteraan dalam pekerjaan karena owner kurang peduli, maka mungkin baik jika kita berefleksi dulu. Jangan-jangan justru karena kita yang suka menunda pekerjaan sehingga kurang produktif dan menyebabkan tempat kerja kita kurang berlaba.

Jika potret pendidikan kita bermasalah dengan rendahnya mutu dan daya saing, jangan-jangan karena kita sering membonsai perkembangan diri sendiri dengan kesukaan menunda.  Bukan semata karena sarana yang kurang memadai, sistem yang kurang mendukung, atau kurikulum yang berubah-ubah .

Rasanya baru afdal jika kita ”mengeluarkan dahulu balok di mata sendiri” sebelum buru-buru ”melihat dan mengeluarkan secuil kayu di mata orang lain.” Jangan sampai kita bersemangat bicara masalah peningkatan kesejahteraan dalam dunia kerja dan mengkritisi rendahnya daya saing di dunia pendidikan sementara masalah kesukaan menunda-nunda begitu mudahnya luput dari hadapan kita.

 

Email: inspirasi@satuharapan.com

Editor : Yoel M Indrasmoro


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home