Loading...
DUNIA
Penulis: Dewasasri M Wardani 10:27 WIB | Minggu, 10 Mei 2020

Apa yang Harus Dilakukan Saat Lockdown COVID-19 Dicabut?

Orang-orang menempelkan plester di lantai di depan konter untuk mengingatkan pelanggan agar menjaga jarak di sebuah toko daging di Roma, Italia, pada 6 Mei 2020. (Foto: Antara/Xinhua/Alberto Lingria)

BEIJING, SATUHARAPAN.COM – Berikut adalah protokol untuk perlindungan: kenakan masker, sering mencuci tangan, disinfeksi permukaan yang sering disentuh, hindari tempat ramai, social distancing sebagai "kebiasaan baru".

Setelah melihat hasil yang cukup menggembirakan dari upaya pengendalian selama berbulan-bulan, banyak negara mulai melonggarkan kebijakan mereka dan memulai kembali aktivitas kerja, yang membuat perlindungan individu menjadi semakin penting.

Italia, Prancis, Spanyol, dan Australia telah mengumumkan rencana tahap demi tahap untuk mencabut kebijakan karantina wilayah (lockdown). Jerman telah memberikan lampu hijau kepada toko dan sekolah untuk dibuka kembali. Sementara untuk Inggris, Perdana Menteri Boris Johnson akan mengumumkan rincian rencana pencabutan lockdown pada Minggu (10/5).

Negara-negara secara bertahap harus melonggarkan lockdown, namun tetap "waspada" terhadap COVID-19 dan siap memberlakukan upaya pembatasan kembali jika kasus COVID-19 kembali meningkat, demikian diungkapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 1 Mei lalu.

Jadi, apa yang harus dilakukan masyarakat untuk melindungi diri dengan lebih baik setelah negara mereka mencabut langkah-langkah pembatasan sebelum pandemi berakhir?

Informasi saat ini menunjukkan bahwa, dua jalur utama penularan coronavirusbaru adalah melalui percikan cairan saluran pernapasan dan kontak, menurut WHO. Karena itu, tetap mengenakan alat pelindung diri dapat membantu.

"Mengenakan masker medis merupakan salah satu langkah pencegahan yang dapat membatasi penyebaran penyakit virus pernapasan tertentu, termasuk COVID-19," kata WHO dalam sebuah pedoman sementara yang diterbitkan pada April.

Namun, lembaga internasional itu mengatakan di laman situsnya bahwa "masker hanya efektif jika diterapkan bersama dengan kebiasaan membersihkan tangan, menggunakan cairan pembersih tangan berbahan dasar alcohol, atau sabun dan air."

Selain itu, langkah-langkah seperti menutup mulut dan hidung dengan tisu atau siku yang ditekuk saat batuk atau bersin, serta membersihkan dan mendisinfeksi permukaan yang sering disentuh termasuk meja, gagang pintu, telepon, dan keyboard, adalah kebiasaan yang baik, seperti yang disarankan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (Centers for Disease Control and Prevention/CDC) Amerika Serikat (AS).

Mengingat semakin banyak negara mengizinkan kegiatan di luar ruangan, CDC AS menyarankan untuk tidak mengunjungi taman yang baru-baru ini terpapar COVID-19 atau yang ramai pengunjung.

WHO juga tidak menyarankan mendatangi tempat-tempat ramai, karena orang lebih mungkin untuk melakukan kontak dekat dengan seseorang yang terinfeksi COVID-19 dan lebih sulit untuk menjaga jaga jarak fisik dengan semestinya.

Lembaga pemikir (think tank) India, Observer Research Foundation (ORF), pada Jumat (8/5) dalam sebuah laporan membahas cara mengatasi tantangan mobilitas massa setelah lockdown, dan menerapkan jaga jarak sosial (social distancing) sebagai "kebiasaan baru."

"Karena krisis ini merupakan (hal) 'baru', kita perlu menemukan solusi yang tidak terpikirkan sebelumnya, atau yang sempat ditolak karena terlalu futuristik atau tidak praktis bagi negara berkembang dan padat penduduk seperti India," kata Paresh Rawal dari ORF.

Hingga saat ini, lebih dari 3,7 juta orang telah terinfeksi, dan sekitar 260.000 telah meninggal dunia akibat COVID-19, demikian menurut laporan situasi WHO pada Jumat(9/5). (Xinhua/Ant)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home