Loading...
BUDAYA
Penulis: Fung Siauw 11:13 WIB | Selasa, 16 April 2013

Ayo ke Rumah Tiup

Rumah Tiup ( foto: Satuharapan.com)

Anton kecil sangat menyukai alat musik, namun karena tidak mampu membeli alat musik impiannya, ia kemudian menggambar sebuah alat musik di atas secarik koran bekas. Entah apa yang ada di angannya, yang jelas jarinya tidak henti bergerak di atas koran yang ia gambar seraya meniupkan siulan yang mengalir keluar dari bibirnya. Seolah ia sedang memainkan alat musik tiup.

Impian terbesar inilah yang mungkin membawa Anton dewasa pada pembangunan "Rumah Tiup" yang berada di kawasan Pasar Rebo, Jakarta Timur. Di rumah yang diperolehnya dari hasil jual beli alat musik itu ia memfasilitasi masyarakat (siapapun) yang berminat pada alat musik tiup dengan menghadirkan 108 buah alat musik tiup mulai dari saksofon, klarinet, dan flute.

Keseriusannya dan minatnya pada kesenian khususnya alat musik tiup, telah membawa Anton pada profesi guru musik yang mendidik lebih dari 1000 orang, tanpa dikenakan biaya sedikitpun. 

Terkesima

Ketika masih duduk di kelas enam Sekolah Dasar, Anton menyaksikan pemain saksofon di sebuah acara untuk pertama kalinya. Pada saat itu pula-lah, ia terkesima melihat bentuk saksofon, terlebih ketika mendengar suara indah yang mengalir keluar dari alat musik tiup itu.

20 tahun kemudian setelah pengalaman itu, barulah Anton mampu membeli sebuah saksofon. Karena belum menguasai alat musik impiannya itu, ia kemudian gigih mencari guru musik. Meskipun pada awalnya sangat sulit karena mendapatkan penolakan, ia pantang menyerah. Salah seorang guru pernah mengatakan, "Saya tidak mengajarkan orang Indonesia, saya hanya menerima murid bule," kenang Anton seraya menirukan sang guru.

Di Rumah Tiup yang didirikan oleh Anton dan sang istri, Tina ini, siapapun bisa mendapatkan alat musik tiup dengan harga terjangkau hingga belajar musik secara gratis. Peminat sekaligus pelajar musik di Rumah Tiup datang mulai dari usia enam tahun sampai kakek-kakek berusia 80 tahun. Rumah Tiup sengaja dibentuk sederhana dan merakyat sehingga kesan kekeluargaan yang diinginkan oleh Anton bisa terasa oleh para murid dan juga guru. Usaha yang dikelola oleh Anton ini kini juga memiliki cabang di Cibubur dan di kota Yogyakarta, Jawa Tengah.    

Percaya Diri

Menurut cerita pengalaman beberapa peserta didik yang masih duduk di bangku Sekolah Menengah Umum (SMU), ia mendapatkan rasa percaya diri setelah tampil di acara sekolah dengan memainkan saksofon. Anak yang sebelumnya pemalu dan minder kini pandai bergaul.

Hal serupa  juga dialami salah seorang murid Rumah Tiup yang juga berprofesi sehari-hari sebagai Office Boy. Lantaran sering diminta beraksi dengan saksofon-nya di lingkungan kantor, rasa percaya dirinyapun kian membesar dan kini ia tidak minder lagi.

Saksofon juga yang telah memberikan kehangatan dalam keluarga kecil Anton yang kini berusia sekitar 45 tahun.

”Dilihat dari penampilannya,saksofon memang terlihat mewah dan ekslusif, tetapi karena ketekunan dan keyakinan bahwa setiap orang diciptakan sama dan tidak ada orang yang lebih dari orang yang lainya, sesungguhnya keberhasilan ada di depan mata”, pungkas Anton meyakinkan.

Editor : Wiwin Wirwidya Hendra

Rumah Tiup dapat dijumpai di alamat: Jl. Paiman Barat 1 No.71 Pasar Rebo, Jakarta Timur.


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home