Loading...
HAM
Penulis: Sabar Subekti 08:58 WIB | Minggu, 28 April 2024

344 Truk Bantuan Kemanusiaan Bergerak ke Jalur Gaza, 100 Truk untuk Jalur Gaza Utara

Pasukan AS mulai membangun dermaga terapung di Gaza dan diharapkan dapat beroperasi pada awal Mei.
Tentara Angkatan Darat Amerika Serikat memuat unit AC di atas USAV Monterey di dermaga Pangkalan Gabungan Langley-Eustis selama pratinjau media mengenai penempatan Brigade Transportasi ke-7 di Hampton, Virginia, pada 12 Maret 2024. (Foto: AFP/Roberto Schmidt)

YERUSALEM, SATUHARAPAN.COM-Sebanyak 344 truk bantuan kemanusiaan diperiksa dan dikirimkan ke Gaza melalui Israel hari Kamis (25/4), menurut COGAT, badan Kementerian Pertahanan yang bertanggung jawab atas urusan sipil di wilayah Palestina.

Dalam sebuah postingan di X, sebelumnya Twitter, COGAT mengatakan bahwa 100 truk di antaranya dikoordinasikan untuk dipindahkan ke Gaza utara, tempat sekitar 300.000 warga sipil berlindung di tengah perang yang sedang berlangsung dengan Hamas.

Pejabat tinggi kemanusiaan PBB untuk Gaza mengatakan kemarin bahwa Israel telah mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan pengiriman bantuan ke wilayah tersebut, namun menambahkan bahwa tindakan mendesak lebih lanjut diperlukan untuk meningkatkan volume makanan dan barang-barang penting lainnya yang dibutuhkan di wilayah tersebut.

Pasukan AS Bangun Dermaga di Gaza

Pasukan Amerika Serikat telah mulai membangun dermaga maritim di lepas pantai Gaza dengan tujuan mempercepat aliran bantuan kemanusiaan ke daerah kantong tersebut ketika mulai beroperasi pada bulan Mei, kata Pentagon pada hari Kamis (25/4).

Presiden AS, Joe Biden, mengumumkan pembangunan dermaga terapung tersebut pada bulan Maret ketika para pejabat bantuan meminta Israel untuk memudahkan akses pasokan bantuan ke jalur darat Gaza. Apakah dermaga tersebut pada akhirnya akan berhasil meningkatkan bantuan kemanusiaan masih belum jelas, karena para pejabat internasional memperingatkan akan adanya risiko kelaparan di Gaza utara.

Pelabuhan tersebut terletak tepat di barat daya Kota Gaza, sedikit di utara jalan yang membelah Gaza yang dibangun militer Israel selama pertempuran. Daerah tersebut merupakan wilayah yang paling padat penduduknya sebelum serangan darat Israel mendorong lebih dari satu juta orang ke selatan menuju kota Rafah di perbatasan Mesir.

Kampanye militer Israel selama enam bulan melawan Hamas, yang dimulai setelah pembantaian kelompok teror tersebut pada tanggal 7 Oktober di wilayah selatan, telah menghancurkan Jalur Gaza dan menjerumuskan 2,3 juta penduduknya ke dalam krisis kemanusiaan.

Seorang pejabat senior pemerintahan Biden, yang berbicara kepada wartawan tanpa menyebut nama, mengatakan bantuan kemanusiaan yang datang dari dermaga harus melewati pos pemeriksaan Israel di darat. Padahal bantuan tersebut telah diperiksa oleh Israel di Siprus sebelum dikirim ke Gaza. Israel ingin mencegah bantuan apa pun sampai ke teroris Hamas dan meningkatkan upaya perang mereka.

Kemungkinan adanya pos pemeriksaan menimbulkan pertanyaan tentang kemungkinan penundaan bahkan setelah bantuan mencapai pantai. PBB telah lama mengeluhkan hambatan dalam mendapatkan bantuan dan mendistribusikannya ke seluruh Gaza.

“Saya dapat memastikan bahwa kapal militer AS, termasuk USNS Benavidez, telah mulai membangun tahap awal dermaga sementara dan jalan lintas di laut,” kata juru bicara Pentagon Mayor Jenderal Patrick Ryder kepada wartawan.

Beginilah cara kerja jalur laut:

  1. Palet bantuan akan diperiksa dan dimuat ke kapal-kapal komersial di Siprus, yang kemudian akan berlayar sekitar 200 mil ke platform terapung besar yang sedang dibangun oleh militer AS.
  2. Palet tersebut akan dipindahkan ke truk, dibawa ke kapal militer yang lebih kecil, dan kemudian dibawa beberapa mil ke jalan lintas, yang panjangnya kira-kira 1.800 kaki (550 meter) dan ditambatkan ke garis pantai oleh militer Israel.
  3. Truk-truk tersebut kemudian akan menyusuri jalan lintas menuju area penurunan yang aman, di mana palet akan didistribusikan ke lembaga-lembaga bantuan. Misi itu bisa berlangsung beberapa bulan, kata seorang pejabat militer AS kepada Associated Press.

Seorang pejabat PBB mengatakan pelabuhan tersebut kemungkinan akan memiliki tiga zona – satu zona yang dikuasai Israel di mana bantuan dari dermaga diturunkan, zona lain di mana bantuan akan ditransfer, dan zona ketiga di mana pengemudi Palestina yang dikontrak oleh PBB akan menunggu untuk mengambil dari kapal bantuan sebelum membawanya ke titik distribusi.

Dermaga ini awalnya akan menangani 90 truk setiap hari, namun jumlah tersebut dapat meningkat menjadi 150 truk setiap hari jika sudah beroperasi penuh. PBB mengatakan pekan ini bahwa jumlah rata-rata harian truk yang memasuki Gaza selama bulan April adalah 200 dan puncaknya terjadi pada hari Senin sebanyak 316 truk.

Khawatir Serangan

Jalur Gaza bagian utara masih menghadapi bencana kelaparan, kata wakil kepala pangan PBB pada hari Kamis, seraya meminta bantuan dalam jumlah yang lebih besar dan agar Israel mengizinkan akses langsung dari pelabuhan Ashdod di selatan ke penyeberangan Erez.

Kekhawatiran mengenai risiko pasukan Amerika terjebak dalam perang Israel-Hamas semakin terlihat pada hari Kamis ketika muncul berita tentang serangan mortir di dekat area di mana dermaga akhirnya akan menyentuh tanah. Namun tidak ada pasukan AS yang hadir, dan Biden telah memerintahkan pasukan AS untuk tidak menginjakkan kaki di pantai Gaza.

Para pejabat PBB sedang mengunjungi lokasi tersebut bersama pasukan Israel pada saat serangan terjadi, kata Pasukan Pertahanan Israel sebagai tanggapan atas pertanyaan mengenai insiden tersebut. IDF mengatakan para pejabat PBB dilarikan ke tempat perlindungan oleh pasukan di tengah serangan itu.

Pejabat PBB juga membenarkan adanya serangan mortir tersebut kepada AP, mengatakan tidak ada yang terluka. “Organisasi teroris terus secara sistematis merugikan upaya kemanusiaan sambil mempertaruhkan nyawa pekerja PBB, sementara Israel mengizinkan pasokan bantuan kepada penduduk Jalur Gaza,” tambah IDF (Pasukan  Pertahanan Israel).

Tidak ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas tembakan mortir tersebut, namun seorang pejabat Hamas mengatakan kepada AP pada hari Rabu bahwa kelompok teror tersebut akan menolak kehadiran militer asing yang terlibat dalam proyek pelabuhan tersebut.

Dalam sebuah pernyataan, IDF mengatakan brigade militer, termasuk ribuan tentara, bersama dengan kapal Angkatan Laut Israel dan Angkatan Udara, akan bekerja untuk melindungi pasukan AS yang mendirikan dermaga. IDF mengatakan dalam sebuah pernyataan pada hari Kamis bahwa mereka telah menyetujui “upaya kolaboratif” untuk proyek Joint Logistics Over The Shore, yang dikenal sebagai JLOTS.

“IDF akan beroperasi untuk memberikan dukungan keamanan dan logistik untuk inisiatif JLOTS, yang mencakup pendirian dermaga terapung sementara untuk mengirimkan bantuan kemanusiaan dari laut ke Gaza,” kata militer.

“Keterlibatan IDF dalam inisiatif JLOTS adalah salah satu dari banyak upaya bantuan kemanusiaan, yang semakin menunjukkan komitmen IDF untuk bekerja sama dengan komunitas internasional untuk memastikan masuknya bantuan kemanusiaan secara berkelanjutan kepada penduduk sipil di Jalur Gaza,” tambahnya.

Meskipun pelabuhan tersebut diperkirakan mulai digunakan pada bulan Mei, seorang pejabat senior militer AS mengakui bahwa pemasangan akhir jalan lintas yang dibangun AS ke pantai di pelabuhan akan diatur oleh situasi keamanan, yang dinilai setiap hari.

Ketika ditanya tentang serangan mortir baru-baru ini, pejabat militer tersebut mengatakan bahwa AS menilai serangan tersebut tidak ada hubungannya dengan misi kemanusiaan, dan menambahkan bahwa keamanan di sekitar pelabuhan akan “jauh lebih kuat” ketika pengiriman dimulai.

Selain itu, AS telah melatih langkah-langkah ofensif dan defensif untuk memastikan pasukan AS yang bekerja di dermaga dan mereka yang berada di anjungan terapung beberapa mil lepas pantai semuanya terlindungi.

Meskipun foto-foto satelit menunjukkan pembangunan pelabuhan besar di sepanjang pantai dekat Kota Gaza, kelompok-kelompok bantuan memperjelas bahwa mereka mempunyai kekhawatiran yang luas mengenai keselamatan mereka dan keraguan tentang bagaimana pasukan Israel akan menangani keamanan.

Kelompok bantuan terguncang setelah serangan Israel awal bulan ini menewaskan tujuh sukarelawan World Central Kitchen dalam misi yang dikoordinasikan dengan IDF. Militer telah memecat dua perwira dan secara resmi menegur komandan senior atas pemboman tersebut, yang disebutnya sebagai kesalahan tragis.

Sonali Korde, pejabat Badan Pembangunan Internasional AS, mengatakan perjanjian penting mengenai keamanan dan penanganan pengiriman bantuan masih dinegosiasikan. Hal ini termasuk bagaimana pasukan Israel akan beroperasi di Gaza untuk memastikan bahwa pekerja bantuan tidak dirugikan.

“Kita perlu melihat langkah-langkah yang diterapkan. Dan komunitas kemanusiaan dan IDF terus berbicara dan terlibat serta mengulangi dan meningkatkan sistem sehingga semua orang merasa aman dan terlindungi di lingkungan operasi yang sangat sulit ini,” kata Korde.

Program Pangan Dunia (WFP) PBB telah setuju untuk memimpin upaya pengiriman bantuan. Carl Skau, wakil direktur eksekutif WFP, yang berbicara pada hari Kamis di PBB, mengatakan “penting bagi kita untuk dapat beroperasi, menjangkau masyarakat, memiliki akses terhadap kebutuhan, dan melakukannya dengan cara yang aman dan terjamin.” Dia juga mengatakan misi pelabuhan harus menjadi salah satu bagian dari upaya Israel yang lebih luas untuk meningkatkan pengiriman bantuan berbasis darat yang berkelanjutan guna mencegah kelaparan.

Seorang pejabat PBB, yang berbicara tanpa mau disebutkan namanya untuk membahas pertimbangan di balik layar, mengatakan masih ada beberapa poin penting seputar bagaimana Israel akan menangani keamanan pelabuhan. Militer dilaporkan berusaha memasang posisi senjata yang dikendalikan dari jarak jauh, yang ditentang oleh PBB, kata pejabat tersebut, meskipun tidak jelas senjata apa yang dimaksud.

Di tengah kesulitan dalam menyalurkan bantuan ke Gaza, banyak negara bahkan telah mencoba mengirimkan bantuan melalui udara – sebuah taktik yang menurut kelompok bantuan adalah upaya terakhir karena tidak dapat menyalurkan bantuan dalam jumlah besar dan juga telah menyebabkan kematian.

“Semakin banyak waktu yang kita habiskan untuk membicarakan JLOTS,” kata Bob Kitchen, wakil presiden bidang darurat di Komite Penyelamatan Internasional, “semakin banyak kita membicarakan tentang airdrop – semua ini sangat mahal, relatif berskala rendah dan hanya sekedar pertunjukan sampingan. . Itu adalah pengalih perhatian.” (AP/ ToI)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home