Loading...
BUDAYA
Penulis: Eben Ezer Siadari 18:32 WIB | Sabtu, 22 November 2014

Ben Guefrache Terpilih Jadi Perempuan Islam Tercantik Dunia

Fatma Ben Guefrache dari Tunisia (kiri), Bilqis Adebayo (tengah) dari Nigeria dan Samaneh Zand dari Iran ketika berada di Yogyakarta dalam rangka World Muslimah Award. Foto: AFP

PRAMBANAN, SATUHARAPAN.COM -  Ilmuwan komputer dari Tunisia, Fatma Ben Guefrache, terpilih menjadi pemenang  The World Muslimah Award (WMA) 2014 yang diselenggarakan di Candi Prambanan, Yogyakarta (21/11). WMA adalah ajang kontes kecantikan khusus untuk perempuan Muslim,  yang pertama kali dilakukan tahun lalu sebagai tandingan dan protes terhadap kontes Miss World yang dianggap merendahkan martabat perempuan.

Ben Guefrache memenangi kontes ini dengan mengalahkan 17 kontestan lainnya, termasuk 4  diantaranya dari Indonesia. Para pesaingnya datang dari berbagai negara, dengan berbagai latarbelakang profesi. Seluruh finalis diwajibkan mengenakan jilbab, namun yang dinilai bukan hanya penampilan mereka. Para finalis juga harus fasih membaca ayat-ayat Alquran dan menjelaskan pandangan tentang Islam di dunia modern.

“Kami ingin melihat bahwa mereka memahami segala sesuatu yang berkaitan dengan gaya hidup Islami – mulai dari apa yang mereka makan, apa yang mereka pakai, bagaimana mereka menjalani hidup,” kata Jameyah Sheriff, salah seorang panitia kontes, menjelaskan kriteria penilaian.

Oleh kemenangannya, Ben Guefrache  berhak atas sejumlah hadiah, termasuk arloji emas, dinar emas dan paket perjalanan ibadah ke Tanah Suci, Mekkah. Namun, kemenangan tersebut tak hanya ia pergunakan untuk menikmati hadiah-hadiah. Ia juga memanfatkannya untuk menyampaikan aspirasi politiknya tentang Palestina.

"Semoga Allah yang maha besar membantu saya dalam misi ini, dan bebaskan Palestina, please, please, bebaskan rakyat Palestina dan rakyat Siria," kata perempuan berusia  25 tahun ini sambil berlinang air mata, sebagaimana dilaporkan oleh AFP..

Tujuh Mengundurkan Diri

Terselenggaranya kontes ini tak sepi dari masalah, termasuk mundurnya tujuh finalis.  Di sisi lain, beberapa finalis dari luar negeri mengaku harus berjuang menghadapi birokrasi Indonesia yang rumit demi mendapatkan visa.

Alasan utama lainnya dibalik pembatalan kehadiran finalis ialah tidak ada izin dari orang tua. Mereka tidak diperbolehkan pergi sendirian.

Sementara itu kontestan dari India harus ketinggalan pesawat karena terlalu lama ditanyai oleh petugas Bandara di negaranya. Rupanya petugas tersebut mencurigainya karena bepergian sendirian dan berjilbab. Namun akhirnya ia dapat berangkat dengan pesawat berikutnya.

Masturah Jamil dari Singapura juga mengalami hal yang menyesakkan dada. Ia terpaksa harus berhenti dari pekerjaannya sebagai guru karena tidak mendapat izin cuti untuk berpartisipasi pada kontes ini. Dan ia lebih memilih ikut ajang ini.

Komentar yang berimbang atara sisi positif dan negatif ajang ini datang dari Dina Trokia, finalis dari Inggris. Ia mengatakan sangat berharap agar kontes semacam ini tidak hanya merupakan tandingan dari kontes Miss World yang khas Barat. Ia menginginkan kontes ini seharusnya dapat menghilangkan prasangka buruk terhadap Islam.

“Saya pikir yang paling penting adalah menunjukkan bahwa kami adalah perempuan normal, kami tidak menikah dengan teroris. Jilbab yang kami pakai tidak menakutkan,” kata dia.

Namun, harapan tersebut tampaknya tidak sepenuhnya ia dapati pada kontes ini. "Saya datang ke kompetisi ini dengan harapan iman saya semakin kuat, tetapi sejauh ini yang saya lihat kontes ini lebih banyak menonjolkan promosi, media dan wajah cantik,” tutur dia.

Satu hal menarik lainnya ialah lokasi final WMA di candi Prambanan di Jawa Tengah. Candi peninggalan tradisi Hindu itu dipilih bukan tanpa maksud. Menurut panitia, tempat itu dipakai untuk menunjukkan bahwa Islam juga bersahabat dengan agama lain.

Selain di candi Prambanan, para kontestan  juga berfoto-foto di candi Borobudur. Mereka  juga dibawa mengunjungi panti asuhan dan rumah jompo.

 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home