Loading...
DUNIA
Penulis: Sabar Subekti 17:21 WIB | Rabu, 25 Desember 2013

Betlehem di Antara Natal dan Kemerdekaan Palestina

Suasana malam Natal di kota Betlehem, Palestina. (Foto: dari telegraph.co.uk)

BETHLEHEM ,  SATUHARAPAN.COM – "Pesan Natal adalah pesan damai, cinta dan persaudaraan. Kita harus menjadi saudara satu sama lain," kata Patriark Fouad Twal, seorang pastor Katolik Roma di Betlehen, Palestina, hari Selasa (24/12).

Ribuan peziarah Kristen dari seluruh dunia memadati kota Bethlehem di Tepi Barat untuk perayaan Natal pada hari Selasa (24/12). Hal itu membawa keceriaan di musim liburan yang hangat di tempat kelahiran Yesus yang dalam Alkitab justru disebutkan sebagai malam yang dingin.

Suasana ini membantu mengangkat semangat masyarakat di Bethlehem sebagai pemimpin dalam menyatakan harapan bahwa tahun mendatang akhirnya akan membawa Palestina menjadi negara merdeka milik mereka sendiri.

Namun suasana itu terganggu oleh serangan kelompok Hamas terhadap Israel yang menewaskan seorang penjaga yang bergugas di perbatasan, dan dibalas oleg Israel dengan serangan  roket yang menewaskan seorang anak perempuan Palestina berusia tiga tahun.

Pihak Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB)  segeramenyerukan para pihak untuk menahan diri dan mencegah kekerasan berlanjit. Melalui juru bicaranya, Sekjen PBB mengecam pembunuhan seorang warga sipil Israel di perbatasan dari Gaza, dan pemboman bus dekat Tel Aviv pada hari Minggu.

PBB menolak semua tindakan yang menargetkan warga sipil dan mengajak semua pihak untuk pengekangan maksimal untuk mencegah siklus lain pertumpahan darah," kata juru bicara itu.

Wisata Natal

Kota Betlehem terlihat ramai pada Malam Natal. Para wisatawan berkeliling kota, terutama di Manger Square, berhenti di restoran dan toko-toko suvenir yang diterangi pohon Natal. Marching band anggota pemuda setempat makin membuat kota meriah.

Will Green dari New York, Amerika Serikat, datang bersama istrinya, Debbie, dan putri mereka berusia dua tahun, Daphne. Mereka  berada di antara kerumunan orang yang menyambut iring-iringan pawai saat ia memasuki kota di dekat Yerusalem.

Green mengatakan bahwa berada di Betlehem untuk Natal adalah mimpi yang menjadi kenyataan. "Semua cerita ini tumbuh bersama. Ada di sini. Ini bagian dari kehidupan kami. Kami mendengar mereka dalam keluarga, sekolah dan gereja. Ini adalah tempat kelahiran," kata dia.

Green perlahan-lahan mendorong kereta anak dan istrinya mengikuti kerumunan menuju Gereja Nativity, yang dibangun di tempat di mana orang Kristen percaya Yesus dilahirkan.

Pejabat Palestina menyambut pawai itu di pintu masuk Bethlehem. Iring-iringan mobilnya merayap melalui jalan-jalan sempit kota itu saat ia berhenti untuk berjabat tangan dan menyapa kerumunan para pengunjung. Hal ini membuatnya  perjalanan pendek membutuhkan hampir 90 menit untuk sampai ke Gereja Nativity, di mana ribuan orang berkumpul di depan gereja untuk Ibadah Malam.

Presiden Palestina, Mahmoud Abbas dan kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa, Catherine Ashton , di antara pejabat diharapkan untuk menghadiri ibadah itu.

Namun jumlah pengunjung masih tidak sebanyak akhir 1990-an yang merupakan rekor terbanyak, ketika upaya perdamaian Israel - Palestina berada pada puncaknya.

Pengunjung Menurun

Setelah pemberontakan Palestina yang dimulai pada tahun 2000, jumlah pengunjung merosot. Namun berkat sebuah periode yang relatif tenang, mereka telah terus naik dalam beberapa tahun terakhir. Dan diharapkan akan didorong naik tahun ini dengan dimulainya kembali pembicaraan damai.

"Pesan kami adalah pesan keadilan dan perdamaian," kata Menteri Pariwisata Palestina, Rula Maayah. "Kami warga Palestina sedang mencari perdamaian dan kami layak untuk memiliki perdamaian dan anak-anak kami layak untuk hidup dalam damai."

Maayah mengatakan jumlah pengunjung ke Betlehem diharapkan untuk naik sebesar  14 persen dari tahun lalu. Seorang juru bicara mengatakan bahwa 10.000 pengunjung asing telah memasuki kota pada Selasa sore, sedikit lebih tinggi dari tahun lalu. Kementerian Pariwisata Israel  yang mengkoordinasi kunjungan dengan Palestina, mengatakan jumlahnya bisa mencapai 25.000 selama musim liburan.

Masalah Politik

Meskipun ada kegembiraan Natal, politik di Timur Tengah tetap menjadi latar belakang yang mempengaruhi. Untuk masuk Bethlehem, iring-iringan para peziarah harus menyeberang melalui tembok beton pemisah yang dibangun Israel selama pemberontakan.

Israel mengatakan bahwa penghalang diperlukan untuk menjaga penyerang memasuki wilayah yang terdekat dengan Yerusalem. Namun Palestina mengatakan struktur bangunan itu telah menahan kota dan mencuri tanah mereka.

Maayah mengatakan bahwa penghalang, bersama dengan pemukiman Israel di dekatnya dan kontrol Israel terhadap situs arkeologi di Tepi Barat  membuatnya menjadi sulit untuk mengembangkan sektor pariwisata.

Selain itu, beberapa warga Palestina tampaknya berpikir bahwa putaran saat pembicaraan perdamaian akan berbuah. Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, John Kerry mengadakan  pembicaraan dengan Israel dan Palestina pada musim panas lalu. Namun  belum ada tanda-tanda kemajuan.

Israel masih melakukan serangkaian serangan udara dan serangan lainnya pada hari Selasa di Jalur Gaza sebagai pembalasan atas penembakan mematikan terhadap seorang warga sipil Israel yang bekerja di perbatasan. Pertempuran itu membuat seorang gadis Palestina usia tiga tahun meninggal.

Populasi Kristen Merosot

Perayaan Natal juga berfungsi sebagai pengingat dari jumlah berkurang dari orang Kristen yang hidup di Palestina. Selama beberapa dekade, puluhan ribu orang Kristen telah meninggalkan dan melarikan diri dari kekerasan dari Palestina. Mereka mencari peluang hidup yang lebih baik di luar negeri. Jumlah orang Kristen di sana kini mencapai persentase yang kecil dari populasi Palestina.

Bethlehem sekarang hanya memiliki sepertiga warganya yang Kristen, dan sebagian besar penduduk kota itu justru Muslim. Dalam sebuah gerakan tahunan, Israel mengizinkan sekitar 500 anggota komunitas Kristen di Gaza untuk meninggalkan wilayah yang dikuasai Hamas itu, dan melintasi Israel untuk menghadiri perayaan di Betlehem.

Dalam setahun, setidaknya ada satu malam di mana penduduk dan pengunjung kota itu, sedikit melupakan masalah mereka untuk merayakan liburan, yaitu pada malam Natal.

Nick Parker, seorang mahasiswa dari Georgia Tech University, AS, mengatakan bahwa dia menikmati makanan dan berteman dengan penduduk setempat dan sesama pelancong. "Ini khusus untuk berada di sini di mana Yesus dilahirkan," kata dia. "Ini kesempatan khusus, sekali dalam seumur hidup.”

Konflik Sangat Lama

Israel dan Palestina menandatangani perjanjian gencatan senjata yang ditengahi Mesir yang membawa mengakhiri siklus kekerasan yang meletus  antara Israel dan kelompok Palestina Hamas  yang menguasai Gaza pada November tahun lalu.

Banyak pihak mendesak agar Israel dan Palestina tetap teguh dalam komitmen mereka untuk mencapai solusi dua  negara untuk mengakhiri kekerasan secara permanen.

Setelah absen selama detiga tahun, Israel dan Palestina melanjutkan perundingan langsung pada  Agustus lalu melalui upaya dari Amerika Serikat. Pejabat senior PBB menekankan pentingnya membangun kembali berbicara damai untuk hasil yang permanen dan kedua belah pihak menghindari tindakan-tindakan yang mungkin merusak upaya untuk mencapai solusi politik untuk konflik yang sudah sangat lama ini. (un.org / AP/ huffingtonpost.com)


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home