Loading...
HAM
Penulis: Sabar Subekti 13:10 WIB | Sabtu, 24 Agustus 2013

Ceritakan Terus Kisah Perbudakan, Karena Perbudakan Terjadi Hingga Hari Ini

NEW YORK, SATUHARAPAN.COM – Organisasi PBB untuk Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan (UNESCO) mengajak untuk mengajarkan tentang cerita pahlawan-pahlawan yang melawan perbudakan. Hal itu adalah cara untuk menghormati jasa mereka dan menegaskan tentang menghormati hak asasi manusia.

Tanggal 23 Agustus oleh Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) ditetapkan untuk memperingati perjuangan pembebasan perbudakan dan perdagangan manusia. Tanggal itu ditetapkan berkaitan dengan pemberontahan para budak di Haiti, dan di negara-negara Barat. Dan peringatan itu menjadi penting, karena perbudakan dan perdagangan manusia masih berlangsung hingga hari ini.

Menceritakan kisah perdagangan manusia dan perbudakan adalah cara penting untuk membayar upeti kepada para pejuang kebebasan dan menghormati kontribusi mereka terhadap penegasan hak asasi manusia, kata Irina Bokova, Direktur UNESCO (United Nations on Education, Science and Culture Organization), Jumat (23/8)

"Kita harus mengajarkan nama-nama pahlawan dari kisah itu, karena mereka adalah pahlawan dari seluruh umat manusia," kata Irina Bokova, dalam pesan untuk menandai Hari Internasional untuk Memperingati Perdagangan Manusia dan Penghapusannya.

Makna dan implikasi sejarah ini harus diketahui oleh seluruh umat manusia dan mengajarkannya di dalam dan luar sekolah, melalui media dan di arena publik, kata Bokova. "Semoga itu menjadi sumber rasa hormat dan panggilan universal untuk kebebasan bagi generasi mendatang."

Pemberontakan Budak di Haiti

Tanggal 23 Agustus berkaitan dengan pemberontakan para budak yang berlangsung pada 22-23 Agustus 1791. Ketika itu budak-budak di Saint Domingue, Haiti, melancarkan pemberontakan yang akhirnya menjadi revolusi Haiti.

"Mempelajari sejarah ini sama artinya dengan membayar upeti kepada pejuang kemerdekaan dan mengakui kontribusi mereka yang unik untuk penegasan hak asasi manusia universal," kata Bokova. Dia menambahkan bahwa melalui perjuangan mereka, keinginan mereka untuk memiliki martabat dan kebebasan, para budak itu berkontribusi pada penghargaan universalitas hak asasi manusia.

Para pahlawan masa lalu juga menjadi contoh untuk melanjutkan perjuangan untuk kebebasan, melawan prasangka rasial yang diwariskan pada masa lalu dan terhadap bentuk-bentuk baru perbudakan yang hidup sampai hari ini, katanya.

UNESCO telah memainkan peran utama dalam mendorong pemahaman dan pengakuan dari perdagangan budak. Sejak berdirinya Route Slave Project (Projek Rute Perbudakan) pada tahun 1994, lembaga ini telah bekerja untuk mengungkapkan perdagangan manusia dan akibatnya. Pengungkapan itu melalui kekayaan tradisi dan budaya dan diwujudkan dalam bentuk seni, musik, tari dan budaya di berbagai negara, bahkan di Afrika yang masih menghadapi kesulitan.

Projek itu untuk mempromosikan saling pengertian dan rekonsiliasi internasional dan stabilitas melalui konsultasi dan diskusi. Hal tersebut juga untuk meningkatkan kesadaran, mempromosikan perdebatan dan membantu membangun konsensus tentang pendekatan yang akan diambil dalam mengatasi masalah perdagangan manusia dan perbudakan.

Perbudakan di Masa Moderen

Dalam pesannya, Bokova menekankan bahwa transmisi sejarah ini merupakan landasan dari upaya badan PBB untuk membangun perdamaian, dialog antar budaya dan saling pengertian. “Perdagangan manusia bukan hanya terjadi pada sesuatu masa di masa lalu. Itu adalah sejarah kita dan telah membentuk wajah banyak masyarakat modern, menciptakan hubungan tak terpisahkan antara masyarakat dan benua, dan mengubah ekonomi dan budaya bangsa," kata dia.

"Kisah perbudakan mengatakan bahwa kita bisa mengatasi. Bahwa dunia bisa berubah menjadi lebih baik. Dan bahwa kita dapat melakukan lebih dari sekadar bertahan hidup, kita bisa melambung, “ kata dia.

Dalam peringatan ini PBB memberikan hormat pada 15 juta korban dari empat abad perdagangan budak transatlantik, menyoroti penderitaan jutaan lebih yang masih bertahan dari kebrutalan perbudakan di zaman moderen ini.

Hampir 21 juta orang terjebak dalam pekerjaan di mana mereka dipaksa atau ditipu, namun mereka tidak bisa melepaskan diri. Hal inimenurut perkiraan Organisasi Perburuhan Internasional PBB (ILO) tahun 2012.


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home