Loading...
INSPIRASI
Penulis: Yoel M Indrasmoro 00:00 WIB | Sabtu, 01 Maret 2014

Dengarkanlah Dia!

Transfigurasi. (foto: www.hidupkatolik.com)

SATUHARAPAN.COM – Kisah ”Pemuliaan Yesus di Atas Gunung” (Mat. 17:1-9). merupakan salah satu metode mengajar Yesus. Jangan lupa catatan waktu: ”enam hari kemudian”!

Bisa jadi para murid bingung dengan jalan yang hendak ditempuh Yesus. Mungkin mereka bertanya-tanya: ”Bagaimana mungkin Yesus mati dibunuh? Mungkinkah orang membunuh-Nya? Mungkinkah orang menangkap-Nya, setan-setan saja takut kepada-Nya? Bukankah itu suatu kemustahilan?”

Memang suatu kemustahilan. Namun, baiklah kita ingat bahwa Yesus tidak pernah ditangkap. Yang benar: Dia menyerahkan diri-Nya. Dan kematian bukanlah akhir; kebangkitan membuktikan bahwa Dia sungguh Allah. Kisah transfigurasi merupakan salah satu metode Yesus untuk menyatakan bahwa Dia itu Allah.

Kenyataan itu seharusnya tak membuat para murid gentar menghadapi salib. Jalan salib adalah jalan sengsara yang harus dilalui Sang Guru. Hanya dengan jalan itulah keselamatan manusia menjadi nyata.

Tak hanya Yesus yang harus menempuh jalan itu. Para murid juga diminta menempuh jalan sengsara—rela menderita agar makin banyak orang merasakan kasih Allah. Itulah yang terjadi: Yakobus mati dengan pedang pada zaman Herodes, Yohanes dibuang ke Patmos, dan Petrus disalib dengan kepala di bawah.

Apalagi di atas gunung itu, mereka mendengar suara: ”Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia.” Itu pulalah yang diceritakan Petrus dalam suratnya (2Ptr. 1:17-21). Jalan hidup ketiganya memang berdasarkan kalimat ini: dengarkanlah Dia.  

Sekali lagi, transfigurasi tak hanya perubahan wajah. Lebih dari itu, transfigurasi merupakan tindak kepedulian Yesus terhadap murid-murid-Nya. Mereka belum mengerti, sehingga harus diberi pengertian. Mereka, sebagaimana Petrus, agak kurang ajar, sehingga harus diberi pelajaran. Dan suara dari surga mengajak mereka bertiga untuk mendengarkan Yesus.

Dalam kalimat ”Dengarkanlah Dia!” tersirat bahwa Allah ingin menyapa umat-Nya. Sapaan adalah tanda kasih. Mungkinkah ada hubungan tanpa sapaan? Beruntunglah kita jika Allah masih mau menyapa kita! Dia mau menyapa kita karena kita penting dalam pandangan-Nya. Karena itu, jalan terlogis ialah menyendengkan telinga kita terhadap sapaan-Nya!

Ya, dengarkanlah Dia!

Editor: ymindrasmoro

Email: inspirasi@satuharapan.com


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home